• Chapter 1 •

18 1 8
                                    

Hetharegenium, 2060
8 Months after the recruitment.

Manik abu-abu itu memancarkan rasa penasaran yang hebat, ia sibuk mengejar serigala putih di depannya yang seolah menuntunnya ke sebuah tempat. Cahaya purnama menuntun langkah mereka di tengah hutan pinus, jauh dari jangkauan manusia zaman ini.

Hingga pada satu titik, serigala itu berhenti berlari dan menoleh pada Conor yang terengah-engah, ikut berhenti dan memperhatikan serigala itu dengan tatapan tajam khasnya. Mamalia itu menaiki batu di depannya, menemui seorang pria dengan atribut tentara, lalu mengaum ke arah rembulan malam dengan gagah, sementara suara bising disekitarnya membuat laki-laki itu heran, dan menoleh ke segala arah. Suara bising itu makin menjadi, hingga ia menutup telinganya kesakitan.

BRAKKK

"Check, Amberton bicara kepada Niell, kedengeran gak? Hello?? Are you there?"

"Dijawab?"

"Gak gerak, sih. Tapi di Team Info, denyut nadinya normal, kok,"

"Gimana, dong? Tinggalin aja kali, pada ngejar loh,"

"Bukannya kalo balik sendiri malah di diskualifikasi?"

"Can someone reach him? Gue terlalu jauh posisinya buat ngobatin dia."

"...Wang? Gak usah pura-pura, deh, we know you're 15 meters away,"

Pria oriental itu memutar bola matanya malas, harusnya ia pergi lebih jauh setelah berdebat tadi.

"Fine..." ia berjalan ke lokasi temannya- tidak, rekannya pingsan. Mungkin akibat kelelahan. Ia menaikkan sedikit kaki Conor agar darah mulai mengalir ke otaknya.

"Bangun bangsat" gumamnya dalam hati.

"Udah sadar, belom?" Tanya Gadis berkacamata dari jauh.

"Harus ditungguin, gak mungkin langsung sadar, lah," Sahut Axell sedikit emosi. "Ngerepotin banget, lu"

"Eh, gue sama Lucy ambil alih lane, ya. Kita yang maju"

"OK, carefull." Jawab Sara, setelah itu dua perempuan tersebut mulai melanjutkan hiking mereka.

Axell bersandar di sebuah pohon, didepannya adalah tubuh rekannya yang masih belum sadarkan diri. Axell sudah memberinya kompres darurat dan menuangkan beberapa tetes air minum di mulutnya. Tapi nihil, ia tak kunjung sadar.

Beberapa pesera lain sudah lalu-lalang membalap keberadaan mereka. Ia pun menghela napas, memerhatikan tubuh ketua timnya.

"Lu itu lancar di pelatihan fisik kan? bela diri jarak dekat, nembak, lari, renang, sampe lu mati-matian latihan sampe lupa istirahat dan makan. Tapi lu gak lancar di intel sama medis. Apa karena ini di lingkup militer, jadi fisik lebih diutamakan dari hal lainnya? Dan lu jadi pusat perhatian yang dipuji-puji?" Ia terhenti sebentar, alisnya mengerut ironis.

"Sejujurnya gue iri sama lu."

OHOK! OHOK!

Mata sipit Axell membulat melihat tubuh di depannya terbatuk dan berpaling kesamping. Oh, rupanya dia sadar.

"Baikan?" Sapanya dingin seperti biasa, mengesampingkan rasa takut bahwa omongannya barusan terdengar Conor.

"Shit, sejak kapan gue disini?" Ia langsung bangkit dan mencoba berdiri, ia mencari peralatanya daripada menjawab Axell.

"TAS SAMA HELM GUE MANA WOI?! JANG BILANG DIBAWA MONYET-"

"Ini," Axell melemparnya dari balik pohon. "Lain kali istirahat, napa? Ngerepotin tau, udah ketinggalan jauh kita."

Conor menarik napas lega, "Ohh... thanks for keeping it. Terus yang lain gimana? Melly? Lucy?" Tanyanya sambil memakai kembali perlengkapannya.

"Mereka duluan, nungguin lu kelamaan."

"Hey there! Udah mendingan??" Sapa Sara dari Unit Controler di markas tujuan.

"Oh, hey. Mendingan lah, berapa meter lagi?" Jawabnya di Microphone sambil meneruskan perjalanan.

"Hmm... kira-kira 4 kilo lagi." Sara menjawab santai sementara keduanya tercengang.

Conor merebahkan dirinya di ranjang. Pukul 11 malam. Pemandangan ibu kota di malam hari dari jendela kamarnya memanjakan mata. Sementara teman sekamarnya, Arthur sudah tertidur lelap, sedangkan Conor tidak bisa tidur walau fisiknya ingin beristirahat total.

Sungguh hari yang melelahkan baginya, apalagi serigala halusinasinya itu terus muncul dan membuatnya membayangkan hal-hal aneh. Kira-kira sudah beberapa pekan sejak pertama kali ia bermimpi bertemu dengan seorang tentara dan serigala itu. Sejak itu serigala halusinasinya mengikutinya kemanapun, kapanpun.

Ia mengacak rambutnya lelah. Ia menghela nafas dengan berat. Menurutmya, halusinasi seperti itu hanya ada untuk anak kecil, bukan untuknya. Fokusnya menjadi teralihkan setiap hari. Timnya juga merasa sepeti itu sepekan lalu.

"Maksud dari serigala itu apa? Siapa tentara yang waktu itu ada di samping serigala itu?" Gumam Conor yang terjaga. Ia dengan cepat memutuskan untuk berkeliling sebentar sampai ia merasa kantuk, seperti biasa. Ia memakai jaket dan celana panjangnya, tak lupa topi merah favoritnya, mengingat udara musim gugur di luar mulai dingin.

Di tengah perjalanan pulang, ia terhenti pada semak di samping pohon dekat pintu masuk asrama blok A. Ia berjaga-jaga, takut bahwa orang jahat keluar dari semak tersebut dan menyerangnya. Perlahan ia mendekatinya tanpa suara langkah. Sepertinya sosok itu tidak mengetahui keberadaannya. Sungguh momen yang tepat, Conor berancang agar dapat memergokinya di tempat.

"Mau?"

"AAA!!!"  Conor melompat sedikit karena kaget. Gadis bertopi didepannya tertawa lepas melihat ekspresi Conor, Hah? Apa yang seorang perempuan lakukan di tengah malam di semak-semak? Membawa makanan pula?

"Si-siapa?!" Tanya Conor dengan tampilan berani, Perempuan berambut pendek itu dengan heran berdiri dan membawa sekantung makanan, masih tertawa.

"Oh... hahah, maaf... mukanya lucu banget, haha! Duh, maaf, maaf... *ehem* Saya Kluivert, polisi patrol. Bukannya wajar ada yang patrol? Gak usah kaget gitu, dong! Keliatan noraknya, tau." Jawabnya sambil meredakan tawanya. Tak lama ia melanjut dengan wajah serius sambil mengarahkan senter ke wajah Conor, "Kamu sendiri ngapain malem-malem?"

"Saya... cuma cari angin, bu."

"Gak usah bu! Saya masih jomblo, loh!"

"Eh- iya, maaf, kak." Jawab Conor gugup. Ia tidak bisa melihat jelas karena cahaya senter mengarah ke wajahnya.

"Yaudah, langsung balik, sono. Udahan kan?"

"Iya b- EH, kak. Saya permisi." Dengan itu Conor pergi dari sorotan senter didepannya. Ia menatap tajam kepergian Conor, lalu melanjutkan patrolnya.

"Duh kan, ilang ngantuknya," Ujar Conor dalam lift asramanya.
"Kalo tau gini, mending gak usah di deketin. Besok kena hukum gak, ya? Ah sekarang mah, mikirin cara tidur dulu, nanti pingsan lagi."
Pikirnya sambil berjalan menuju kamarnya.

.
.
.
.
.

917 Words.
-
TBC.

A/N
Hellooo
Maap awtor baru bisa apdet sekarang :"""
Antara kehabisan ide dan rasa males yang haqeqi, gara-gara masih banyak hal yang harus dikerjain T_T
Mungkin chapter selanjutnya juga bakal lama deh :"v maap ya :""
Thankyou for reading!!

-teh alpuket

The Jackals [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang