• the Brain •

33 4 0
                                    

Axell Wang, Schalhao 2060.

"Tahun 2055, dimana sebuah mayat ditemukan membusuk secara misterius di rumah tak berpenghuni di Kota Keivler. Lalu tim Otopsi Kepolisian segera memeriksa jasad itu bersama dengan Victor Gurenschmit, pendiri organisasi kemiliteran, Hetharegenium. Mereka menyimpulkan bahwa itu bukanlah sebuah mayat biasa, melainkan sebuah mayat 'Zombie'. Tentu pernyataan mereka membuat masyarakat ragu-ragu dan menertawakan hasil penelitian berbulan-bulan tersebut, sampai Zombie hidup lainnya ditemukan di Gallante, kota Nicallint, pada 5 bulan setelahnya, dan menginfeksi beberapa warga sehingga menjadikan Gallante sebagai kota mati. Gurenschmitt kemudian mengadakan rekrut dan pelatihan bagi para tentara negara dan relawan yang mendaftar masuk ke Hetharegenium. Apa lagi yang membuat Anda berfikir bahwa virus 'Zombie' yang merajalela di Petralium 5 tahun ini tidak berbahaya sama sekali?"
Axell menutup ucapannya dengan sarkatis. Hadirin yang menyaksikan ikut membungkam mendengarkan jawaban rinci Axell. Jawabannya sangat jauh jika dibandingkan dengan Pernyataan James Scott, juara lomba debat ajang internasional tahun lalu. Entah apa yang ada di pikirannya hingga ia tak mampu untuk memberi balasan dari pernyataan Axell. Mungkin hanya hari keberuntungan lainnya bagi si sipit itu.

"Waktunya habis!" Teriak seorang mc, "Oke! Mari kita lihat skor untuk masing-masing finalis!" Ia kemudian menunjuk layar dibelakangnya yang menampilkan skor total dari penilaian masing-masing juri.

"1052 poin untuk Wang Axell! Dan 837 poin untuk Scott James! Selamat untuk pemenang event lomba debat kami pada tahun ini! Wang Axell!!" Seruan lelaki itu disambut oleh gemuruh tepuk tangan dan seruan penonton. Sementara Axell hanya menyunggingkan senyum kemenangannya.

-

"Wang! Bapak tahu kamu pasti bisa menang! Haha! Selamat ya nak, kamu pantas dipandang sekolah. Gak heran sekolah kita merebut banyak piala setelah kamu pindah." Puji Eric, guru pendamping Axell kali ini. Ia hanya tersenyum simpul mendengar pujian angin tersebut. Tangannya memberikan piala emas pada Eric, untuk jadi pajangan di sekolahnya sementara Axell hanya mendapat sertifikat juara.

"Ya, ini sih, cuma kebetulan, pak. Gak biasanya saya dapet juara 1, paling cuma juara 2."

"Lho? Bukannya perubahan itu bagus, ya? Harusnya bersyukur dong, punya otak yg encer kyk gitu!" Pemuda surai hitam tersebut menghela napasnya. Eric kemudian membuka mobil mewahnya, lalu memasukinya dengan Axell. Keheningan memenuhi isi mobil setelah beberapa menit di perjalanan, hingga Eric membuka suara.

"Kamu sebelum kelas 12 ini, di kota mana, sih?"

"Di Reebanork. Tapi waktu penyerangan, saya sama keluarga saya untungnya selamat, kecuali Ayah saya yang dimakan Sabertooth. Sebab itu saya merasa berhutang pada Hetharegenium." Ujarnya lembut. Eric mengangguk paham.

"Jadi kamu kalau udah besar mau jadi tentara disana?" Axell terdiam sebentar, kata-kata gurunya itu terlalu menjanjikan baginya. Sebenarnya ia belum memiliki tujuan untuk melanjutkan hidupnya. Status keluarganya setelah ia pindah kota membuat ia kurang percaya untuk meneruskan ke bangku perkuliahan.

Setelah berpikir panjang, ia menangguk.
"Iya pak. Nanti saya mau daftar. Kebetulan disana juga ada sekolah jenjang SMA."

.
.
.
.
.

465 words
-
TBC.
Next, the Heart

The Jackals [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang