"Siapa pemilik arwah itu?!"
Lan Wangji oh Lan Wangji, dia bukan Hanguang-Jun yang sedang terpuruk ataupun terpojok, beberapa kali Wuxian bertanya hanya keraguan yang menyelimuti otaknya. Sepertinya, kepalanya penuh kabut seraya enggan menatap kedua pemuda cantik didepannya. Tapi, bagaimana pun hasil yang ia dapat setelah bertanya pada roh dikantung arwah. Lan Wangji yakin, ia tidak mungkin salah dengan mantranya kali ini.
"Pemilik arwah ini adalah-"
"Adalah?" Wuxian semakin penasaran, bahkan hampir terjungkal kedepan saking penasarannya.
"Adalah Shizun."
Kali ini nada Lan Wangji menjadi semakin rendah, seolah ingin menarik respon dari sosok yang ia panggil Shizun.
Wei Wuxian benar-benar terjungkal kedepan. Untung saja, ia bisa menyeimbangkan diri dari duduknya.
"A-Aku masih hidup, bagaimana arwah itu milikku?" tanya Shizun yang tidak percaya.
Lan Wangji juga tidak mengerti apa yang terjadi, apa yang ia alami saat bertanya pada roh orang meninggal.
"Shizun, mantra ini sudah turun temurun, dalam kondisi apapun tidak mungkin salah."
Wei Wuxian menepuk pundak Lan Wangji dengan gurauan di bibirnya yang sedikit kaku, "Haha... La-Lan Zhan aku rasa kau sedikit menyinggung seseorang kali ini."
"Wei Ying, apa yang aku sampaikan benar adanya."
Seketika itu suasana menjadi hening.
Melihat hal ini tentu saja Wuxian sangat gatal untuk tidak bicara, Wuxian kembali melontarkan kata-kata, seolah memadamkan amarah Shizun.
"Begini saja, hal ini anggap saja seperti menerka, apapun itu- Shizun kau yang lebih berhak bertanya padanya, bukan?" Wuxian menunjuk Luo Binghe yang masih tertidur.
Luo Binghe sangat nyenyak tidur diatas paha milik Shizun, wajahnya yang sangat menggemaskan tidak melepas pemandangan tampan miliknya. Luo Binghe sesekali tersenyum dalam tidurnya, seolah-olah ia sangat senang. Tentu saja, apalagi jika tidak bermimpi berlarian mengejar kupu-kupu ditaman, atau berguling-guling ditanah dengan wujud anjingnya atau bermimpi indah dengan Shizunnya.
Shizun hanya menghela nafas, seakan berat tapi ia menggelengkan kepalanya dengan pasti.
"Akan aku simpan sendiri, Binghe tidak akan mengerti itu akan membuatnya sedih dan menangis."
"Bagaimana jika dia mengetahuinya?" sorot mata Lan Wangji menantang dingin, seperti pisau yang menancap pada gundukan tanah, panah yang menerjang udara secepat kilat, ataupun pedang yang membelah es.
"Apa maksudmu?!" Shizun menggertak tidak suka, hal ini menjadi sangat segan untuk ditonton. Kedua orang ini memiliki ego masing-masing.
"Sudahlah, kenapa menjadi begini. Lan Zhan, kau hargai Shizun, dan Shizun jangan diambil hati perkataannya. Dia tidak bermaksud menyinggungmu, maafkan saja dia."
Lan Wangji mengambil diri, ia tidak mau terlalu jauh sehingga mencari alasan untuk memberi ruang pada Shizun.
"Wei Ying, akan aku carikan ikan untukmu."
Wuxian hanya terdiam mematung melihat kedua orang ini berselisih paham, mau tidak mau dia hanya mengangguk pada Lan Wangji.
Setelah Lan Wangji menghilangkan dirinya, Wuxian mencoba berbincang dengan Shizun, namun Shizun masih terdiam.
"Shizun, aku tidak tahu masalah apa yang menimpa kalian, juga tidak berhak tahu. Jadi, jika itu aku, aku pasti akan mencari sebabnya, Shizun kau hanya perlu penjelasan. Bukankah hal itu mudah, lagipula bukankah dia murid yang kau didik dengan kerja kerasmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES - WANGXIAN (ON GOING)
FanfictionLan Wangji ditakdirkan bertemu dengan Wei Wuxian di masa depan, setelah 10.000 tahun hancurnya seluruh klan sekte. Sebagai hukuman menentang langit dan bumi. Mereka hidup abadi tanpa dikenali oleh penduduk desa. Rasa bersalah Wangji di masalalu, mem...