IV | Inertia Moment

856 192 8
                                    

Berbicara dengan Wina merupakan pencapaian terbesar Kalev dalam minggu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbicara dengan Wina merupakan pencapaian terbesar Kalev dalam minggu ini. Lupakan fakta bahwa ia berhasil memperoleh nilai 100 pada quiz Termodinamika dan Gelombang karena hal itu tidak sebanding dengan berhasil membuat Wina bersedia menatapnya tanpa sorot sinis. Kendati awalnya Kalev sempat panik melihat bangku kebesarannya dihuni oleh Wina tapi ia tetap nekad mendekati gadis itu demi dapat duduk di sana.

Kantin FMIPA tak terlalu ramai hari ini. Seperti biasa Kalev dan Tama duduk di sisi tenggara kantin —sisi favorit mereka karena paling dekat dengan kasir.

"Mck. Gorengannya berminyak," keluh Kalev memelintir pisang goreng pesanannya.

Tama membalas tak habis pikir, "Lo mending nyewa koki sendiri deh, ngeluh mulu dari kemarin."

Kalev sangat picky eater. Apabila mereka lagi hangout, memilih tempat makan bakal amat merepotkan lantaran Kalev memiliki berbagai kualifikasi pada jenis-jenis makanan yang bisa disantapnya sehingga waktu yang mereka habiskan lebih banyak untuk mencari tempat makan daripada makannya itu sendiri.

"Menurut lo gue terima aja gak tawaran Kak Cherry buat gabung tim PKM dia?" tanya Kalev setelah menaruh pisang goreng separuhnya ke atas piring.

"Kalau gue jadi lo ya gue terima. Kesempatan bagus soalnya," jawab Tama si oportunis yang tidak pernah melewatkan kesempatan yang mampu mengembangkan dirinya.

"Okelah, nanti gue ngomong ke Kak Cherry."

Cherry seniornya di jurusan Fisika mengajak Kalev membentuk tim Program Kreativitas Mahasiswa atau yang disingkat PKM. Kalev kurang tertarik sebenarnya tapi tidak enak menolak Cherry.

"Kalev!"

Baru saja dibicarakan orangnya sudah muncul. Cherry menghampiri Kalev lalu duduk di sebelah laki-laki itu. "Hei Tama, gak papa kan gue bentar di sini?" Cherry melirik Tama yang duduk didepannya.

"Gak masalah Kak," sahut Tama santai.

Cherry pun menoleh menatap Kalev antusias. "Gimana? Tertarik join?"

Maksud perkataan Cherry pasti tawaran tim PKM itu. Kalev membuka mulutnya hendak menjawab tapi Cherry keburu menyelanya. "Wina!"

Spontan Kalev menengok ke arah pandangan Cherry, ada Wina yang memakai jas lab sambil memeluk lembaran laporan.

"Mau ke lab? Cepat banget?"

Wina melirik Kalev sekilas lalu merespon pertanyaan Cherry. "Iya biar dapat bangku depan."

"Eh nanti jangan langsung pulang ya, gue mau ngomongin PKM kita."

Kalimat Cherry membuat pupil Kalev melebar.

"Oh oke, see you at lab," pamit Wina sebelum menyeret kakinya buat pergi.

Sepeninggal Wina, Kalev langsung menodong Cherry dengan pertanyaan, "Wina gabung tim lo Kak?"

"Lah gue gak bilang?" Cherry tampak clueless sementara Kalev menghela napas panjang.

"Kak, kayaknya gue ga bisa join deh."

Sesuai perkataan Cherry, Wina menunggu gadis itu di depan pintu lab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai perkataan Cherry, Wina menunggu gadis itu di depan pintu lab. Cherry masih di dalam membereskan beberapa peralatan. Lima menit kemudian gadis itu keluar dengan wajah muram.

"Cher, are you okay?" Wina mengamati Cherry bingung. Mengapa mood gadis itu berubah tidak enak?

"Win..." gumam Cherry lemas.

"Ya?"

"Masa Kalev gak jadi join tim... Gue kudu nyari orang lagi dong padahal batas pendaftaran lusa," timpal Cherry menggembungkan kedua pipinya.

Wina tertegun. "Kamu minta Kalev gabung PKM kita?"

Gantian Cherry memiringkan kepala bingung. "Gue gak pernah bilang?"

Menggeleng, pikiran Wina seketika bergelut. Antara kesal karena Cherry tidak memberitahunya perihal mengajak Kalev, lega karena Kalev tidak jadi bergabung, tapi di sisi lain kesal juga karena Kalev tidak jadi bergabung.

"Kamu cuma minta dia doang emang?"

"Iyaa soalnya gue yakin dia gak bakal nolak secara you know lah Kalev itu gimana tapi eh gak tahunya dia nolak. Feeling betrayed, hiks," ucap Cherry pura-pura menangis.

Wina ingin bertanya di bagian 'you know lah Kalev gimana' lantaran Wina tidak punya ide Kalev itu bagaimana tapi niatnya itu ia urungkan dan ia memilih bertanya, "Terus gimana? Benar-benar ga ada cadangan lain pengganti Kalev?"

Cherry menggeleng. "Lo tahu gak sih nama Kalev bahkan udah gue input ke proposal kita saking pedenya gue dia masuk ke tim kita..." Gadis itu merapatkan bibirnya. "Aneh sih dia kayak tiba-tiba gitu nolaknya, kira-kira kenapa ya?"

Wina memiliki sebuah asumsi untuk pertanyaan Cherry.

"Cher, Kalev tahu gue juga anggota tim?"

"Awalnya enggak, dia tahu pas lo lewat kantin tadi. Itupun dia agak kaget gitu."

Gotcha.

Rasa penasaran Wina saat di lapangan futsal terjawab sudah. Kalev sadar Wina tidak menyukainya namun laki-laki itu tidak membenci dirinya. Sikap Kalev di lapangan adalah bukti bahwa cuma Wina yang menganggap hubungan mereka buruk dan cuma Wina yang menganggap Kalev sebagai saingan.

Kini hati Wina menggalau. Ia merasa bersalah kepada Cherry tapi ia kesal terhadap Kalev yang tidak memandangnya sebagai saingan. Apa Wina selemah itu sehingga Kalev tidak takut apabila Wina mengalahkannya di olimpiade selanjutnya?

Apapun itu Wina wajib menyelesaikan masalah ini. Demi Cherry, ia akan mencoba bicara dengan Kalev. Cherry selalu memperhatikannya selama lima semester Wina menjalani perkuliahan. Menyingkirkan gengsinya terhadap Kalev jauh lebih mudah daripada terus menerus bergumul dengan rasa bersalah kepada Cherry.

"Cher, gue bakal ngomong sama Kalev. Siapa tahu hati dia bisa luluh," putus Wina siang itu.

Wina berharap semoga saja pertemuan mereka tidak menjadi canggung dan Kalev bersedia mendengarkannya.

Wina berharap semoga saja pertemuan mereka tidak menjadi canggung dan Kalev bersedia mendengarkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIMIT - jake x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang