V | Free Fall

845 193 9
                                    

Wina mengcengkram erat tali tas selempangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina mengcengkram erat tali tas selempangnya. Menarik napas dalam-dalam sebelum berjalan menuju meja di mana Kalev berada. Perpustakaan cukup sepi yang berarti Wina tidak perlu khawatir apabila barisan 'cewek-cewek' Kalev mendadak muncul.

Bibirnya terkulum rapat saat berdiri tepat di depan Kalev. Laki-laki itu belum menyadari kehadirannya, masih sibuk memindai beberapa paragraf dari buku yang ia baca ke buku catatan miliknya.

Wina berdeham.

Kalev mendongak dan pupilnya melebar.

"Aku mau bicarain sesuatu dengan kamu," pinta Wina tanpa basa basi dahulu.

Mengedip-ngedip bingung, Kalev menoleh ke kanan kiri, lantas menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"

Wina mengangguk. "Yes. Kamu sibuk?"

"Hmm no?"

Wina langsung mendudukkan diri di samping cowok itu dan bertanya, "Maaf —kalau boleh tahu, kenapa kamu nolak tawaran Cherry?"

Kalev termenung.

"Emang lo mau gue gabung?"

Tangan Wina terkepal. Tebakannya tepat. Kalev tidak bersedia bergabung akibat dirinya.

"Kata siapa?" tanya Wina menatap lekat iris gelap Kalev. "Kata siapa aku gak mau kamu gabung?"

Kalev mengangkat bahu, balas menatap Wina tak kalah lekat. "No one, i just assume if u don't want me there because u don't like me."

Tebakan Wina tepat lagi. Kalev tahu Wina tidak menyukai dirinya.

"Terus kemarin waktu di lapangan kenapa bersikap baik ke aku? If you know that i don't like you?"

Menyibak rambut ke belakang, Kalev menjawab, "Gue pikir bersikap baik kewajiban semua manusia so there is no need for explanation right? Lagipula you're the one who hates me, gue gak benci lo Wina."

Oke. Wina paham. Sikap baik Kalev is just a obligatory dan ya cowok itu benar —Wina yang membenci Jake bukan sebaliknya. Anehnya kenyataan itu kian menambah kekesalan Wina sebab di mata Wina, Kalev memiliki 'peran besar' di hidupnya semenjak cowok itu merebut impiannya namun di mata Kalev, Wina bukanlah apa-apa selain kakak tingkat yang membencinya.

"Aku minta maaf udah bikin kamu gak nyaman selama ini," ujar Wina membuang segenap gengsi serta kekesalan yang ia pendam. Ini semua ia lakukan demi Cherry.

"Oh rupanya benar lo benci gue," Kalev tersenyum miris. "It's okay tho, wajar orang bisa benci orang lain tapi gue cuma penasaran kenapa lo benci sama gue, apa gue pernah buat salah?"

Tidak, Kalev tidak salah. Yang salah adalah Wina yang tidak dapat menanggalkan sifat iri hati yang terkubur busuk di sudut hatinya. Namun Wina tidak akan mengakui hal itu.

LIMIT - jake x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang