"Ayo, Min! Lama banget sih beres-beres tas doang."
"Sabar dong, Ra. Namanya juga cewe, jadi agak ribet," balas Mina kepada Lara.
Lara melirik ke arah jam yang sudah semakin sore, "Nyokap gue dah nungguin nih di rumah."
Mina memasukkan buku terakhir ke dalam tasnya. "Iya, ini udah kelar kok. Ayo jalan!"
Hari ini Lara dan Mina berencana untuk pergi ke Apotek dekat dengan Sekolah, tetapi Mina terus memaksa Lara untuk menemaninya berbelanja di Mal. Mendengar keluhan sahabatnya yang terus menerus itu, Lara memutuskan untuk menemaninya ke Mal setelah membeli obat untuk Ibunya.
Sesampainya di Mal, mereka langsung memutuskan untuk pergi ke Nisomi. Mina sangat ingin untuk melihat barang-barang unik, dan pastinya karena harganya yang cukup terjangkau.
"Abis dari Nisomi kita langsung pulang ya, Min?" Tanya Lara untuk memastikan agar sahabatnya tidak lepas kendali saat di Mal.
"Iya, tenang aja... abis dari Nisomi kita pasti langsung pulang kok!" Mina menjawab dengan antusias.
"Eh bentar, Min." Lara menghentikan langkahnya, "Gue mau ke toilet dulu sebentar. Lo tunggu di sini aja ya."
"Huh... udah seneng juga mau cepet-cepet liat barang." Mina menghela napas, "Yaudah sana cepetan."
Lara pun beranjak ke toilet. Sementara itu, Mina memperhatikan sekelilingnya. Matanya dipenuhi oleh bintang— sangat berbinar-binar. Dia melihat banyak outlet yang menarik perhatiannya., "Ada tempat baju, tempat makanan, tempat perhiasan, Fino, tempat elektronik..."
"Hah? Fino?" Mina menyipitkan matanya, melihat dengan seksama.
"Lagi ngapain dia? Siapa tuh yang di sebelahnya? Gandengan gitu, mesra amat." Mina mencodongkan badannya ke depan kali ini untuk melihat lebih jelas perempuan di sebelah Fino.
"Dorr!!!" Lara menepuk pundak Mina. Mina secara spontan langsung kembali ke posisi semula. Segala hal tentang Fino langsung pudar dari pikirannya.
"Apaan sih lo, Ra! Bikin gue kaget aja. Btw, cepet amat lo dah kelar dari toilet?"
Lara menyeringai sendiri, "Ketauankan lo lagi ngintipin orang? Tadi toiletnya sepi makanya gue cepet."
Tiba-tiba Mina teringat kembali tentang Fino, "Ra, liat deh." Mina menunjuk secara diam-diam ke arah Fino.
"Siapa tuh? Gak kenal gue?" Lara juga ikut menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas.
Dia membuka mulutnya, "OHHH... maksud lo Keira?"
Mina terdiam sejenak, "Fino? Keira?"
Mulutnya mulai menganga kali ini seakan-akan dia ingin berteriak. "Astaga... itu beneran Keira, Ra?!"
Lara meliriknya bingung, "Lah? Emang kenapa? Diakan emang cewe paling populer di sekolah kita, wajarlah kalo gue langsung kenal."
"Duh... temen gue kenapa lemot banget sih." Mina menepuk jidatnya.
Wajah Lara semakin terlihat bingung, "Maksud lo?"
"Ra... dengerin gue." Mina memegang kedua pipi Lara. "Keira tuh udah jadian sama orang lain, tapi sekarang dia pegangan tangan sama Fino!" Mina terengah-engah seakan jantungnya ingin lepas.
"Maksud lo Raksa diselingkuhin?" Mina mengangguk cepat, "Yaudah biarin aja, itukan urusan dia."
"Huh... dasar lo, gak tau yang namanya berita hangat!" Seru Mina sambil mengambil HP dari sakunya.
CEKREK—
"Min... lo ngapain sih? Cepet hapus fotonya. Ntar kita kena masalah." Lara mencoba untuk memperingatkan Mina, tetapi sahabatnya terlalu cuek akan hal itu.
"Tenang aja, Ra. Temen lo kan detektif!" Mina menyeringai sambil menggandeng lengan Lara, "Ayo kita jalan!"
Lara hanya memutar bola matanya pasrah dengan kelakuan sahabatnya itu.
🥶🥶🥶🥶🥶
"Bu, Raksa berangkat sekolah dulu ya!" Teriak Raksa yang menggelegar ke seluruh ruangan tengah.
"Sarapan dulu, Sa. Kemarinkan kamu udah gak sarapan," balas Ibunya.
Raksa menghela napas panjang, "Yaudah deh, Bu."
Raksa dan keluarganya berkumpul di meja makan untuk sarapan. Akan tetapi, Reza tidak ada di meja makan tersebut.
"Reza di mana, Bu?" Tanya Ayahnya.
"Lho? Ibu lupa," jawab Ibu Raksa, "Nayla, coba tolong panggilin adik kamu di kamarnya."
Nayla segera ke lantai atas untuk memanggil Reza. Setelah beberapa menit, Nayla turun dengan terburu-buru ke lantai bawah.
"Reza sakit, Bu! Suhu badannya tinggi," ucap Nayla tergesa-gesa.
Ayah dan Ibu Raksa langsung berlari ke lantai atas dan memeriksa keadaan Reza. Karena mereka sangat khawatir, Reza harus segera dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, Nayla sedang sibuk mempersiapkan tugas akhir perkuliahannya, Ayah ingin segera berangkat bekerja, dan Ibu tidak memungkinkan untuk mengantar Reza karena tubuhnya juga lemah.
Ibu mendatangi Raksa dan memegang tangannya, "Sa, tolong bawa adikmu ke rumah sakit dulu ya. Nanti biar Ibu hubungi pihak sekolah kalo kamu bakal terlambat."
Raksa mengangguk cepat dan segera membawa adiknya itu ke rumah sakit terdekat. Setelah mengalami pemeriksaan, ternyata Reza mengalami demam yang cukup tinggi, tetapi tidak perlu menginap di rumah sakit. Reza segera diberi beberapa obat, dan diperbolehkan untuk langsung pulang. Raksa mengantar adiknya itu ke rumah dan langsung berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Raksa langsung melapor ke guru piket atas keterlambatannya, "Permisi, Pak. Mohon maaf sa—"
"Berdiri di situ," balas sang Guru, memotong kalimat Raksa sambil menunjuk ke arah perempuan di ujung ruangan, "Angkat satu kaki, kedua tangan di telinga."
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAKSA: Lara dan Raksa [ON GOING]
RomanceHari-hari bahagia Raksa dengan Keira harus berakhir ketika dia mengetahui bahwa dirinya telah dikhianati. Terlebih lagi bukan hanya Keira yang mengkhianatinya, tetapi juga Fino, sahabatnya, bermain licik di belakang Raksa. Awalnya Raksa tidak mau me...