1st

6 3 3
                                    

"Raksa! kamu udah nunggu lama, ya?" Terdengar suara lembut dari gadis manis yang terengah-engah.

"Ya ampun, kenapa kamu harus lari-lari sih?" Balas Raksa dengan penuh perhatian.

"Aku kan takut kamu nunggu terlalu lama."

Tangan besar Raksa mendarat di kepala Keira, "Buat dapetin kamu, aku rela kok nunggu sampe kucing bertanduk."

"Cih... dasar gombal-boy. Ayo cepetan kita pergi, filmnya udah mau mulai nih." Kata Keira sambil menarik tangan Raksa.

Kali ini Raksa dan Keira memutuskan untuk menonton bioskop bersama. Ada satu film yang membuat pasangan itu merasa penasaran, judulnya adalah Ada Apa dengan Dunia. Film ini bercerita tentang dua orang yang sedang kasmaran, mereka berusaha untuk bergulat dengan dunia yang serba kompetitif ini. Masing-masing dari keduanya mempunyai impian yang membuat mereka harus berpisah karena tujuan yang berbeda.

"Hu...hu...hu..." Keira mengusap kedua matanya, "Sa, ceritanya sedih banget ya."

Dengan muka datar Raksa menjawab, "Kei, aku aja dari tadi udah nguap berapa kali coba. Filmnya tuh ngebosenin banget!"

Mendengar pendapat yang berbeda, Keira melotot ke arah Raksa.

"Hu...hu...hu..." Raksa berpura-pura menangis kali ini, "Iya... sedih banget Kei ceritanya. Sutradaranya bagus banget deh bikin filmnya."

Keira melayangkan tinjunya ke punggung Raksa, "Huh... Dasar gak punya hati!"

Raksa menghela napas, "Salah lagi deh gue."

Kencan mereka dilanjutkan dengan makan malam bersama di sebuah tempat atas rekomendasi dari media sosial. Setelah menonton film tadi, Keira menghabiskan banyak tenaga untuk menangis hingga membutuhkan energi baru melalui makanan.

"Emmm... mawkawnan di siwni ewnak bangwt yw, Sa," ucap Keira sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Duh... kamu ngomong apa sih? Coba telen dulu makanannya, jangan sampe keselek," balas Raksa sambil mengelap sudut bibir Keira.

Setelah selesai mengunyah makanan dan mengisi energi, Raksa mengeluarkan benda hitam di dalam sakunya dan bertanya, "Totalnya berapa, Mas?"

Tidak lupa sebagai seorang lelaki, Raksa mengantar Keira ke rumahnya. Bahkan dia menunggu Keira untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu sebelum dia pergi.

"Kamu masuk sekarang, terus langsung mandi dan tidur ya." Raksa mengelus kepala Keira.

"Siap 86! Kamu juga hati-hati ya di jalan," balas Keira.

Raksa mengangguk, "Yaudah masuk sana."

"Kamu kan udah nganterin aku. Kamu pergi dulu, baru aku masuk."

Raksa menatapnya, "Kei... mana bisa aku pergi ninggalin kamu. Kalo kamu kenapa-napa gimana?"

"Sa... aku kan udah persis di depan gerbang. Mana mungkin kenapa-napa lagi."

Malam masih sangat panjang bagi dua sejoli ini. Perdebatan tidak penting itu berakhir dengan Keira yang mengalah.


🥶🥶🥶🥶🥶


"SELAMAT PAGI, MA BROOOO!" Ucap seorang lelaki dari pertengahan koridor dengan tangan terbuka.

"Masih pagi udah berisik aja lo, Fin." Raksa berjalan melewati Fino, masuk ke kelas dan menaruh tasnya di atas meja.

Fino menampakkan wajah cemberutnya, "Cuek amat sih sama temen sendiri."

"Ngobrol-ngobrol, gimana kabar pacar? Sehat?" Tanya Fino tiba-tiba.

"Sehatlah, kan abis jalan kemaren." Jawab Raksa sambil mengenang kejadian manis itu.

Merasa ada kejanggalan, Raksa segera keluar dari imajinasinya, "Ngapain lo nanyain soal Keira?" Tatap Raksa curiga.

"Hmm..." Fino mengubah suasana menjadi serius kali ini, "Gue mau jujur sama lo, Sa. Sebenernya gue udah suka sama dia dari dulu."

Mata mereka saling bertatapan, keduanya seketika membatu.

"HAHAHAHA," pecah tawa keduanya.

"Makin lucu aja lo, dasar Indro." Raksa menepuk pundak Fino.

"Lo juga, dasar Indra!" Balas Fino.

Raksa menghentikan tawanya, "Hah? Indra siapa?"

Fino menahan tawanya, "Indra Bekta!"

Raksa menatap wajah lucu Fino, "HAHAHA." Keduanya kembali tertawa.

Seisi kelas kebingungan melihat tingkah mereka yang hanya dimengerti oleh kedua orang itu.

Tidak lama kemudian, masuklah seorang guru tua dengan pakaian batik PNS-nya. Pelajaran pertama pada hari ini adalah Bahasa Indonesia. Pak Dodi menjelaskan secara rinci terkait asal mula puisi dan para penyair ternama di Indonesia.

"Akhirnya kelar, pegel banget otak gue denger Pak Dodi jelasin," ucap Fino sambil merentangkan tangannya.

"Lebay lo," ketus Raksa.

"Iya deh. Gue mah tau anak kesayangannya Pak Dodi," kata Fino sambil mengejek Raksa dengan wajah usilnya.

Raksa menutupi wajah mengesalkan Fino dengan tangannya, "Yeh berisik lo. Gas kantin, yok!"

Suasana kantin sama seperti biasanya, sangat ramai. Jam istirahat bagaikan sirine bagi seluruh siswa untuk menuju ke satu tempat, yaitu kantin. Raksa melihat sekitar, mencari-cari keberadaan tuan putrinya.

"Nyariin siapa sih, Sa?" Tanya Fino kebingungan.

"Masih nanya aja lo... udah berapa tahun sih temenan sama gue?" Balas Raksa.

Dia melihat ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak didapatinya Keira. Fino yang sudah kelaparan memaksa Raksa untuk meninggalkan niatnya itu.

"Daripada lo nyariin dia yang gak jelas keberadaannya, mendingan ntar pulang sekolah ke Batu aja, kita nongkrong bareng. Asik gak?"

Raksa menghela kecewa, "Iye bawel. Ada siapa aja di Batu?"

"Biasalah... palingan pada sok sibuk lagi."

Mata Raksa membelalak ke arah Fino, "Maksud lo kita berdua doang?"


NEXT :)

LARAKSA: Lara dan Raksa [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang