Pray For You; Winwin

35 4 0
                                    

Mengangkat kedua tanganku untuk mendoakanmu. Untuk bintang yang indah itu, semoga harimu berakhir dengan indah. Aku berharap tidak kehilanganmu

Pray For You - Lily

********Silau sinar matahari berusaha menyelinap masuk melalui celah - celah ventilasi suatu studio apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********
Silau sinar matahari berusaha menyelinap masuk melalui celah - celah ventilasi suatu studio apartemen. Seorang pemuda terlihat termangu di atas sofa, kakinya ditekuk dan kepalanya ditumpukan di atas lipatan lutut, terlihat putus asa. Di hadapannya terdapat sekaleng bir dan semangkok mie instan yang diletakkan begitu saja di atas meja; sepertinya itu menu makan malamnya yang tak sempat ia habiskan.

Ting!

Bunyi suara bel memecahkan keheningan di ruangan luas itu. Suaranya bergema, berdenting berkali – kali karena sang pemilik rumah tak kunjung membukakan pintu. Setelah empat kali berbunyi, pemuda itu akhirnya berdiri kemudian berjalan ke arah intercom; melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya.

"ah, pengantar makanan cepat saji," batinnya kemudian beralih membukakan pintu.

"terima kasih," ucapnya singkat lalu kembali menutup pintu apartemennya. Sekilas dapat ia lihat sorot mata penuh iba dan kasihan dari pengantar makanan tadi tanpa ia ketahui alasannya.

Suara pintu apartemen yang terkunci otomatis menggema di setiap sudut ruangan, suara gesekan alas kaki dan lantai pun terdengar, bahkan suara deru pendingin ruangan juga ikut memenuhi ruangan dengan dominan warna abu – abu tersebut; benar – benar menunjukkan betapa sunyinya ruangan itu sekarang. Pemuda bernama Erwin itu sejenak termangu menatap tumpukan kertas dan papan yang berisi foto dan nama seseorang.

'Tolong bantu kami menemukan Rania'

Sederet kata itu berhasil membuat tenggorokannya tercekat, dadanya kembali merasa sakit, dan matanya kembali memanas. Sisa – sisa selebaran yang telah disebar lebih dari satu tahun itu masih tersusun rapi, begitu pula papan berukuran 1x2 meter itu. Meskipun begitu, pemilik wajah dan nama yang tertera tak kunjung kembali.

Erwin menghela nafasnya perlahan lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju sofa. Sebelum duduk, ia sempatkan dulu untuk menyibak tirai apartemennya agar cahaya luar dapat leluasa masuk ke kamarnya. Lagi – lagi ia terpekur sejenak, kepalanya menengadah seraya menatap kosong ke arah birunya langit dan bentuk abstrak awan. Mungkinkah Rania juga sedang menatap langit saat ini? Pikirnya yang dibalas dengan seringai kecil oleh dirinya sendiri.

"Semoga," jawabnya dalam hati.

Erwin membuka paper bag yang berisi roti isi daging; menu yang beberapa bulan terakhir rutin ia pesan. Seperti sebuah kebiasaan, pemuda itu kembali terpekur sambal menatap lama roti isi yang masih terbungkus rapi oleh kertas berwarna hijau. Selang beberapa menit, alih – alih menikmati roti isi yang telah ia pesan, Erwin malah mengambil buku catatan kecil yang ia taruh di bawah meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmaraloka Playlist | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang