Baby don't like it; Lee Taeyong

209 24 4
                                    

❝Kekasihku tak suka ketika kau datang mendekat. Wajar saja jika aku takut dengan gadis berbahaya sepertimu, mungkin aku bisa jatuh lebih dalam lagi padamu

Baby don't like it - NCT 127

************Sinar temaram yang berasal dari pantulan lampu sorot LCD memenuhi ruangan kecil yang dingin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


************
Sinar temaram yang berasal dari pantulan lampu sorot LCD memenuhi ruangan kecil yang dingin itu. Suara tawa dan gaduh terdengar seiring adegan film komedi itu berganti. Sayangnya, kikikan geli itu keluar bukan karena adegan lucu  film Warkop DKI reborn, tapi karena respon alami dari dua anak manusia yang tengah bercumbu mesra. Tarangga memeluk erat pundak seorang gadis yang ada di sampingnya—berbaring di tempat tidurnya—sambil terus terkikik bahagia. Film terus terputar, tapi sayangnya fokus mereka berdua bukanlah ke arah dinding, tapi ke arah manik mata masing - masing. Perlahan pemuda itu mendekat, insting lelakinya keluar begitu saja setelah melihat bibir ranum gadis itu dengan jarak yang begitu dekat. Namun, belum sempat miliknya bertaut dengan milik gadis itu—bahkan mengecup saja belum—dering ponselnya berhasil mendistraksi geraknya. Pemuda itu menghembuskan nafas kesal, tapi nama yang tertera di layar ponselnya seketika berhasil membuat Tarangga kalang kabut sendiri. Dengan cepat, ia menurunkan volume filmnya, memberikan gestur perintah kepada gadis berparas ayu di dekatnya untuk tidak mengeluarkan suara.

Tarangga melangkah mendekati jendela, ponselnya sudah tertempel sempurna di telinga. Tak ada suara gaduh maupun kikikan wanita lagi yang terdengar—hanya suara keran dispenser yang tak ditutup dengan benar.

"Sayang?"

Tubuh Tarangga seketika merinding setelah mendengar suara lembut itu. Bukan karena hormon lelakinya keluar, tapi karena rasa bersalah yang tiba - tiba mampir di hatinya.

Suaranya terlalu lembut untuk seorang bajingan.

"Iya?" Jawabnya kaku

"Kamu lagi di mana?"

Tarangga menolehkan kepalanya, menganggukkan kepala ketika gadis yang masih setia berbaring di tempat tidurnya itu bertanya;

'Katrina?'

"Sayang?"

Panggilan kekasihnya seketika membuat Tarangga kembali fokus pada skyline yang ada di depannya.

"Oh, aku lagi di apartemennya Jaka," kilahnya, padahal jelas - jelas ia sedang berada di apartemennya sendiri.

"Eummm... Kamu mau nggak keluar sebentar aja? Kita udah jarang keluar bareng"

"Aduh, yang. Aku sibuk hari ini. Ini aja aku ke apartemennya Jaka karena sekalian bahas proyek. Minggu depan aja, ya?"

"Satu minggu yang lalu kamu juga bilang 'minggu depan' loh"

"Kan aku nggak tau kalau kerjaan aku bakalan sebanyak ini. Please, tolong ngerti aku"

"Setiap hari juga aku selalu pengertian, yang"

"Sekali lagi, ya?" Bujuk Tarangga agar Katrina mau memberinya waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya—tepatnya, menghabiskan malam dengan gadis lain.

Helaan nafas pasrah pun terdengar dari seberang sana, sedetik kemudian senyum bahagia mampir di bibir tipis pemuda itu.

"Yaudah deh, minggu depan aja. Oh iya, aku denger dari teman kantor kamu, katanya kamu sekarang deket banget sama Lala. Emangnya bener kamu sekarang deket sama Lala?"

Anjing.

Umpatan itu ia teriakkan dalam hati. Jika besok dia tahu siapa orang yang mengadu pada Katrina, bisa ia pastikan hari ini adalah hari terakhir orang itu datang ke kantor.

"Hah? Apa yang orang bilang belum tentu bener. Nggak usah didengerin, ah! Aku sama Lala cuma deket as partner aja, nggak lebih"

Lala—gadis yang masih setia terbaring di tempat tidur—pun menyunggingkan senyum miring. Ia tak tahu jika Tarangga sangat pandai dalam tipu muslihat—entah Tarangga yang pintar berbohong atau Katrina yang mudah dibohongi.

"Beneran? Kamu nggak bohong 'kan?"

"Memangnya kapan sih aku pernah bohong sama kamu? Udah dulu, ya? Aku mau lanjut bahas proyek sama Jaka. Good nite"

"Hm. Good nite"

"Memangnya kapan sih aku pernah bohong sama kamu?" Beo Lala ketika sambungan telepon Tarangga sudah terputus—berniat mengejek. Tarangga hanya tertawa, kakinya kembali memutar arah mendekat ke arah ranjang. Volume filmnya sudah terputar normal, adegan film pun satu persatu mulai berganti dengan adegan yang baru. Seperti sebuah kebiasaan, lengan Tarangga kembali merengkuh pundak penuh tato indah milik Lala. Pemuda itu menatap lama Lala yang tengah sibuk dengan popcorn yang terselip di jarak sempit mereka. Tarangga tak pernah tahu jika pesona Lala bisa seberbahaya ini. Dulu, kala pertama kali Lala bergabung dengan kantornya, ia sudah mewanti - wanti ini semua. Susah payah ia berusaha meyakinkan diri bahwa Katrina lebih baik daripada gadis designer ini. Namun, sekuat apapun ia mencoba, ternyata kepribadian bebas Lala—yang jauh berbeda dengan Katrina— berhasil memenuhi fantasi miliknya. Gadis itu memiliki senyum yang indah sekaligus mengerikan—mengerikan untuk keberlangsungan hidup Tarangga. Senyum itu berhasil membuat Tarangga merasa segala resiko menjadi begitu menyenangkan untuk dijalani. Gadis berjiwa bebas ini berhasil menarik Tarangga untuk melakukan hal buruk ini lagi dan lagi.

Sudah berulang kali ia mencoba keluar dari kubangan ini, tapi gadis itu selalu berhasil menariknya untuk jatuh lebih dalam lagi.

*************

Hello!!!

Thanks for reading!!!

Don't forget to vote and comment!!!

Byebye~

Asmaraloka Playlist | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang