26. Rafael Nesya Adiwijaya

69 9 0
                                    

Sudah beberapa hari sejak mereka tiba lagi di Indonesia. Sejak pertama kali tiba, Tala langsung mengunjungi Tara sesuai janjinya. Sesuai janjinya yang mengatakan akan langsung mengunjungi sepulangnya dari Singapura.

Karena susah payahnya ia meminta maaf dengan segala hal, akhirnya termaafkan juga oleh Tara. Tala benar-benar bekerja keras untuk hal itu.

Konteksnya masih sama. Masih dengan suasana liburan. Walaupun sudah mendapat kata maaf, Tara tetap dingin. Padahal waktu itu sikapnya sudah membaik, namun sekarang malah kembali lagi dingin seperti awal.

Sedangkan abangnya? Tala tak mau banyak menyita waktu abangnya lagi. Ia tau betul Rafael sekarang sedang sibuk dan ingin mulai punya kehidupan barunya.

Akhir-akhir ini, lebih tepatnya setelah kembalinya dari Singapura, Rafael banyak menghabiskan waktu bersama Nindya. Selain mengurus pekerjaan yang memang di bidang yang sama, mereka juga banyak menghabiskan waktu untuk saling mengenal satu sama lain.

"Kak, kalo gitu Tala pulang dulu ya?"

"Mau pulang ya pulang aja sana. Kenapa pake ngomong-ngomong segala."

"Hush, Tara ngomongnya gak usah ketus gitu dong. Ngomong baik-baik kan bisa." Salah satu pekerja yang Tala tau namanya Cecep itu membelanya.

"Udah mang Cecep, gak pa-pa kok. Ya udah, kalo gitu Tala permisi dulu, Assalamualaikum."

Cecep dan Deden hanya bisa menyayangkan sikap Tara pada Tala. Karena tidak seharusnya begitu. Mereka tau betul Tala adalah anak yang baik. Dia juga tulus dalam beberapa hal.

"Gak baik Tar bersikap seperti itu terus. Jangan sampe di kemudian nanti kamu yang menyesal. Mang Cecep sih hanya memberitau saja. Bukanya apa-apa."

Tara yang berpura-pura tak mendengarkan itu hanya fokus dengan barang-barang yang tengah di kerjakanya.

Katakanlah sekarang ia gengsi. Sebenernya ia tak bisa seketus ini lagi. Hanya saja, terasa ada yang berbeda memang melihat Tala terus berjuang untuknya. Meskipun sebenarnya itu bukanlah hal yang baik.

***

Kamis malam Jum'at. Hujan turun dengan sangat deras. Orang yang Tala tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

Rafael muncul dari balik pintu membuat rasa khawatir Tala hilang sudah. Apalagi melihat senyum abangnya yang mengembang sejak terlihat.

"Pengawal kenapa lama sih nyampe nya? Kenapa sampe malam begini?"

"Maaf tuan Putri. Pengawal tadi nunggu ujan reda dulu, terus mengantar putri kedua Nindya juga ke istananya. Maaf membuat tuan putri menunggu."

Tala langsung tersenyum dan memeluk abangnya. "Bang El harus tau kalo Tala sayanggg banget sama bang El."

Rafael mengangguk. Sambil mengelus kepala adiknya ia juga berkata, "Tuan putri juga harus tau kalo pengawal sayang banget sama tuan Putri."

Kalimat itu tulus. Baik Tala maupun Rafael mengatakannya dengan tulus.

Dalam hatinya, kembali Tala berpikir. Bagaimana kalau tidak ada bang El lagi? Akan sehancur apa hidupnya? Karena salah satu alasan kebahagiaannya selama ini memang ada pada laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
Statusnya memang Abang.

Namun Abang yang bisa merangkap jadi apapun sesuai kebutuhan. Sosok yang tidak akan mungkin tergantikan.

"Udah cukup pelukannya?" Rafael memberi jarak pelukan mereka. Sedangkan Tala tersenyum dan melepaskan pelukan itu.

LARA(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang