40. fakta untuk Tara

48 8 0
                                    

Karena mereka berkunjung ke kampung itu hanya dalam rangka akhir pekan saja, maka sekarang keduanya juga sudah kembali ke rumah. Mungkin, nanti jika memang ada kesempatan lagi, mereka pasti akan datang lagi ke kampung itu. kampung ramah yang sukses membuat rindu padahal baru saja kita keluar dari situ.

Tara langsung mengantar Tala untuk pulang ke rumahnya. Seperti saat menjemput, maka kali ini Tara juga mengembalikan lagi Tala pada kedua orangtuanya tanpa kurang satu apapun.

"Gimana liburanya? Seru?" Nesya langsung bertanya pada putrinya apa yang sekarang dirasakan selama liburan ini. Sekarang Tala sedang menyimpan barang-barangnya yang tak banyak itu pada tempatnya lagi. Sedangkan Tara sudah langsung pulang setelah mengantar Tala tadi.

"Seru ma, kampungnya ternyata enak banget. Walaupun gak terlalu rame sih, tapi warganya ramah-ramah banget. Gak terlalu ke pelosok kok, tapi sikap orang-orang di sana itu jauh banget sama anak-anak di kota."

Betapa senangnya Nesya melihat putrinya perlahan memang menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sekarang, mungkin sudah waktunya untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Rasa yang selama ini selalu ia tahan, sudah waktunya untuk benar-benar di hilangkan.

"Ya udah sayang, istirahat ya, pasti capek abis perjalanan jauh gitu."

Tala mengangguk, namun setelah mengingat sesuatu, ia langsung menanyakan pada mamanya. "Ma, kak Nindya ada di rumah?"

"Enggak, dua hari ini dia sibuk walaupun di hari libur. Katanya lagi banyak banget yang datang ke toko sama pesanan di butiknya juga."

Nindya memang pernah mengatakan jika ingin menyibukan diri dengan pekerjaan agar tidak ingat dengan segala kesedihan besar yang menimpanya. Namun, super sibuk pun ternyata tidak bisa membuatnya begitu saja melupakan itu semua.

"Papa udah coba tawarin bantuan dengan kirim asisten ke dia, tapi Nindya ngotot kalo dia masih bisa tanganin ini semua sendiri."

Tala mengangguk. Ia mengerti apa yang kakaknya itu rasakan pasti sama persis dengan apa yang kini ia juga rasakan. Sedihnya, kecewanya, rasa kehilanganya. Semua itu sama-sama mereka rasakan saat ini.

"Ma, kalo Tala yang ikut bantuin toko boleh?"

Nesya menoleh. "Beneran sayang? Bener kamu mau ikutan urusin toko?"

Tala mengangguk. "Iya ma." Mungkin, hanya dengan toko itu ia masih bisa terus merasa dekat dengan abangnya. Satu-satunya peninggalan yang harusya sudah ia juga ikut andil sejak toko itu kehilangan tuanya. Namun ternyata, ia perlu waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan rasa kehilangan yang sangat tiba-tiba itu.

Untuk sekarang, sudah waktunya. Ia sudah bisa bangkit, sudah bisa berpikir kembali. Sudah memahami dan mencoba ikhlas dengan apa yang dialaminya.

...

Tara bahagia dengan apa yang sedang ia jalani sekarang. Bersama satu wanita saja sudah bisa membuat kebahagiaan yang dulu hilang darinya, sekarang kembali lagi. Setiap malam dan setiap sujudnya, ia selalu mengatakan hal yang sama. Bahwa, "Ya Allah, untuk yang terakhir ini, jangan ambil lagi kebahagiaan ini dariku. Sungguh, aku akan benar-benar hancur jika itu terjadi."

Tara sekarang sedang di bengkel, kesibukan kuliahnya sekarang sudah lumayan bisa dikondisikan. Sehingga ia bisa mengatur jadwalnya, kapan harus sibuk dengan perkuliahan, kapan juga harus fokus dengan bengkel dan tentunya tidak pernah melupakan satu-satunya wanita yang menemaninya disaat titik terendah hingga titik yang sekarang ini.

"Gimana Tar? Masih tentang mbak yang dulu itu kan? Yang dulunya kamu cuekin terus itu?" Cecep mulai pembicaraanya. Di sela-sela pekerjaanya, mereka memang selalu bercerita seperti ini. Konon, ini adalah ide dari Pak Setyo bapaknya Tara.

Bahwa jika bekerja itu jangan terlalu serius. Bawa santai aja yang penting selesai. Ini bukan berarti kita kerjanya itu main-main, melainkan kita juga harus bisa membuat otak kita fress agar bisa terus enjoy dengan pekerjaan yang kita lakukan.

"Sudah pasti lah cep kembali sama mbak yang itu, pertanyaan kamu itu juga aneh-aneh aja. mbak itu kalo di sia-siain juga gak tau lagi lah siapa yang bakalan untung siapa yang bakalan rugi."

Tara mengerti, kedua pekerja di bengkelnya ini sangat pro sekali dengan Tala. Mereka bisa melihat ketulusan dalam diri wanita sederhana ini. Bahkan keduanya itu tidak terlalu baik jika dengan beberapa wanita yang malah tebar pesona, tapi dengan Tala, dari awal mereka berdua sudah ada di sisinya. Menjadi pembela dan penghibur disaat dirinya dulu masih cuek denganya.

"Mang Cecep mang Deden makasih ya dulu udah jadi penyemangat Tala. Waktu saya masih plin plan dengan hati saya sendiri. Sekarang saya sadar, kalo dia memang wanita tulus yang seharusnya dari dulu saya sadar itu."

"Gak masalah, yang penting sekarang kamu udah sadar. Ingat, kamu tidak bisa dapat kesempatan seperti ini lagi kalau sampai kamu menyia-nyiakanya lagi. Jadi, manfaatkan ini dengan baik."

"Setuju sama yang mang Cecep katakan. Pokonya, kita berdua pendukung hubungan kalian berdua garis keras."

Tara malah terhibur dengan sikap keduanya. Tidak ada bapaknya lagi, dua orang ini yang selalu menasehatinya tanpa diminta. Yang selalu memberikan wejangan tanpa diminta.

Tanpa ia sadari, bahwa Allah sudah mendatangkanya orang-orang baik yang selama ini tidak pernah lihat. Ia hanya fokus dengan segala sakit dan luka yang membekas lebih dalam daripada rasa bahagianya.

...

"Leo, apa Tara belum mau bicara sama kamu?" Mayang bertanya pada Leo. Ia sangat ingin sekali bertemu dengan putranya, karena ia sangat merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi di masalalu.

Semua apa yang terjadi di masalalu itu hanyalah salah paham. Dalang dibalik semua itu adalah orangtua Leo itu sendiri. Karena orangtua Leo jahat dan iri terhadap suksesnya sodara iparnya sendiri, maka semua itu akhirnya terjadi.

Terkait perselingkuhan Mayang dengan bapaknya Leo, itu sama sekali tidak pernah terjadi.

Mayang hanya berpura-pura untuk melakukan itu semua demi menyelamatkan putra dan suaminya. Karena, selain perusahaan suaminya yang bangkrut, sebenarnya orangtua Leo tidak puas dengan itu semua kalau tidak membuat bapak Tara benar-benar ada di titik terendahnya sampai tidak bisa bangkit lagi.

Semua itu hanya bisa terwujud jika mati, makanya Mayang mengambil jalan lain agar ia bisa mengendalikan bapaknya Leo dengan menikahinya. Begitupun orangtuanya atau kakek dan nenek Tara yang mendukung itu semua.

Pak Setyo bapak Tara juga tau alasan kenapa itu semua terjadi. Makanya, tidak terlalu ada dendam besar darinya untuk keluarga besar sang istri. Namun salahnya, belum sempat terkuak apa-apa. Belum sempat Tara mengetahui yang sebenarnya, bapaknya sudah lebih dulu pergi.

Mungkin dahulu, cara itu adalah cara yang salah. Terkesan malah seperti cerita sinetron yang dibuat-buat. Hanya saja, itu semua memang benar adanya seperti itulah yang terjadi.

Jika mendengar dari orang lain selain bapaknya, sudah pasti Tara tidak akan percaya begitu saja dengan cerita yang bisa saja itu hanyalah karangan belaka.

Sekarang bapak Leo sudah meninggal, membuat Leo selalu ingin mencari dan bertemu Tara untuk menjelaskan semuanya. Dulu mungkin ia memang tampak ada di pihak bapaknya, namun sekarang ketika ia sudah tau semua kebenaran itu, ia juga tentu tidak ikut membenarkan semuanya.

Leo juga ingin membalas budi, ingin selalu membantu Tara demi membalas semuanya. Kejahatan orangtuanya selama ini, ia berharap bisa mengurangi kebencian Tara meskipun tidak benar-benar membuatnya hilang.

...
Bentala Kukila dan Bumantara Astrophilia adalah dua orang yang berbeda namun saling berhubungan satu sama lain. Panggil saja Tala dan Tara. Orang-orang menyebutnya
LARA jika mereka bersama.

11 Februari 2022
Vote jangan lupa
coment juga ya setelah dibaca

Name caracter:

Bentala Kukila (Tala)
Bumantara Astrophilia (Tara)
Rafael Nesya Adiwijaya (El)
Arabella Zurayna (Bella)
Lareina Casmirra Calla (Lare)
Loriana Bresia Ayunindya (Nindya)
Leonard Dewandaru (Leo)
Neil Bumantra (Neil)

Itu hanya beberapa nama karakter yang paling sering muncul. Selanjutnya akan dikenalkan lagi sesuai awal kemunculannya.

LARA(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang