🌸 05.

447 48 4
                                    

🌸🌸🌸

[17 Maret 2020 / 🌸Him]

Malam berlalu begitu saja, dengan ibu yang tertidur di sisiku, aku membuka mataku dan melihat wajahnya yang tertidur. Wajahnya sangat damai, ibuku benar-benar wanita yang cantik. Setidaknya bagiku.

Bagiku, hanya ada dua wanita cantik di dunia ini, yaitu Ibu dan Ying.

Cahaya matahari pagi yang menembus jendelaku membuatku terbangun sepenuhnya. Aku menggerakan tanganku dengan hati-hati, tak ingin membangunkan ibu yang nampaknya sangat lelah karena kurang tidur dan menangis semalaman.

Dengan susah payah, aku berusaha untuk turun dari kasur. Aku bersyukur bahwa aku dapat berjalan hari ini, tenagaku terasa penuh.

Aku lantas berjalan melewati kasurku untuk pergi ke toilet, masih berhati hati dengan suara karena aku tak ingin membangunkan ibuku.

Seusai aku melakukan urusanku di toilet, pandanganku tak sengaja menangkap seseorang yang berdiri tepat di kamar sebelahku.

Ia nampak seperti anak laki-laki sebayaku, mengenakan pakaian rumah sakit sama seperti yang kukenakan. Ia tengah bercanda dengan beberapa orang anak kecil yang nampaknya juga merupakan pasien di rumah sakit ini.

Aku menyeret tiang infusku lebih dekat pada pintu dan kembali mengintip laki-laki itu. Alangkah terkejutnya aku saat menyadari bahwa aku mengenal betul laki-laki itu.

Sangat mengenalnya hingga diriku merasa tertampar dengan fakta yang mencengangkanku.

Halilintar Thunderstorm.

Sejuta pertanyaan berputar di otakku. Aku masih tak percaya bahwa aku akan bertemu dengannya disini, dengan kondisi yang mirip sepertiku.

Padahal hingga kemarin, ia masih ceria dan bermain bola seperti biasanya.

Apa artinya ia..

"Solar Light?"

Suara familiar itu memanggil namaku. Lamunanku pun buyar dan pandanganku beralih pada pemuda yang sejak tadi menjadi pusat perhatianku.

"apa yang kamu lakukan disini?" ia bertanya, netra ruby nya menatapku bingung.

"a-aku.." kukulum bibirku, tak berani menjawab ataupun menatap sosok di depanku itu.

"kamu dirawat disini?" ia bertanya lagi, pandangannya berpindah pindah antara dirinya dan diriku yang mengenakan pakaian rumah sakit yang sama.

"k-kamu sendiri?? disini ngapain??" aku mengalihkan pertanyaannya dengan bertanya balik.

"oh..aku.."

Halilintar terlihat ragu untuk menjawab. Ia mengulum bibirnya dan menggengam erat tiang infus miliknya.

"aku cuma anemia kok" jawab Halilintar akhirnya, menampilkan senyum lebar di wajahnya.

Kata-kata itu terngiang di benakku. Itu yang selalu dikatakan orangtua ku sejak kecil.. tapi pada kenyataannya..

Tidak mungkin..

"anemia aplastik.."

Netra ruby itu melebar saat mendengar ucapanku itu. Ia menatapku tak percaya.

"k-kamu..bagaimana bisa.."

Aku hanya merespon ucapannya itu dengan senyuman lemah.














🌸🌸🌸













"sejak kecil.."

Aku menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatku.

Starly Project 2nd : ℝ𝕖𝕕𝕒𝕞𝕒𝕟𝕔𝕪 (Solar x Halilintar) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang