Hello! Selamat hari kamis!
Hari ini double up yay ^^"Hope you enjoy the story!
Happy reading!
..
.
.
.
,🌸🌸🌸
[16 Maret 2020 / The news ]
Aku terbangun di atas kasur rumah sakit , menyadari bahwa kedua tanganku tengah digenggam erat oleh ayah dan ibu yang tertidur di kedua sisi kasur ku.
Gerakanku membuat mereka terbangun, mereka lantas tersenyum dan mengeratkan pegangan tangan kami.
Hari sudah berubah menjadi siang, mataku mengerjap berusaha beradaptasi dengan cahaya yang tiba-tiba saja masuk ke mataku.
Aku mencoba menggerakan kakiku dan berhasil, sepertinya tidur yang cukup panjang membuat kondisi tubuhku kembali normal.
Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi saat ini , apakah aku kelelahan karena harus mengurus pekerjaan rumah dan sekolah setiap harinya?
Apakah tubuhku terbentur sesuatu yang keras? Apakah aku salah mengkonsumsi sesuatu?
Tatapan ayah dan ibu pada saat itu tak dapat kuartikan. Kedua mata mereka berkaca kaca, namun senyum mereka tak pudar. Ayah bergegas memanggil dokter yang kemudian dokter meminta kami untuk datang ke ruangannya.
Aku yang sudah dapat berjalan pun berjalan menuju ruang dokter dengan tiang infus yang kuseret dengan tangan kananku, sedangkan ayah dan ibu mengikutiku di belakang.
Tak ada pembicaraan diantara kami hingga kami tiba di ruangan dokter dimana dokter mempersilahkan kami untuk duduk.
Dokter perlahan mulai menjelaskan, mulai dari gejala yang kualami , hasil tes yang dilakukan saat aku tengah pingsan, dan analisis dokter mengenai kondisiku.
Tubuhku membeku. Demikian juga dengan kedua orang tuaku. Tak satupun kata-kata dapat terucap dari bibir kami setelah mendengar perkataan dokter yang ada di seberang tempat duduk kami.
"d-dokter.. a-apa kami tidak salah dengar?" ibuku akhirnya buka suara setelah beberapa detik kesunyian itu. Nadanya bergetar menahan tangis, tangannya menggengam erat tanganku dari bawah meja.
Dokter itu menggeleng. Ia menaikan kacamata yang dipakainya sembari menatap kami bertiga dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Matanya terlihat iba, namun tak mengurangi keseriusan di setiap kata-katanya.
Ia lalu menyalakan layar X-ray di samping tempat duduknya, menunjukan hasil tes x-ray yang dilakukan pada tubuhku beberapa waktu lalu.
"Anemia Aplastik , suatu kelainan pada autoimun tubuh putra anda yang menyebabkan penghambatan dalam produksi darah dalam tubuh karena kerusakan sumsum tulang belakang. Apakah benar Solar sering mimisan sewaktu kecil?"
Kami saling berpandangan dan aku mengangguk lemah.
Memang benar.. sejak kecil aku seringkali mengalami mimisan yang datang tiba-tiba. Awalnya kukira itu karena aku terlalu sering makan strawberry, namun orangtua ku berkata kalau aku mengidap anemia dan memintaku untuk menjaga tubuhku agar tidak terlalu lelah.
Aku tidak pernah tahu apapun selain itu, atau mungkin memilih untuk tidak tahu..
"mimisan adalah salah satu gejala dari penyakit ini. Ini bukan anemia biasa, melainkan sudah di tahap yang berbahaya. Untuk sekarang, saya menyarankan bahwa sebaiknya putra anda mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit untuk beberapa waktu ke depan, saya juga menyarankan untuk putra anda menjalani kemoterapi untuk menunjang kondisinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Starly Project 2nd : ℝ𝕖𝕕𝕒𝕞𝕒𝕟𝕔𝕪 (Solar x Halilintar) [✔END]
Lãng mạn"Solar, perpisahan itu pasti ada. Tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu waktu itu tiba.. karena itu, kumohon jangan mencintaiku" "Hali, kamu lupa satu hal. Perpisahan akan selalu ada, tapi kalau bisa memilih..aku ingin menghindari perpisahan...