Bersabarlah ketika ada cacian dan hinaan dari orang lain, sebab hijrah itu berproses. Tetap melangkah, jangan menyerah apalagi sampai berbalik arah.
-Lentera Senja-
@nurhoiriah16_🕊🕊🕊
Deringan telpon dan alarm berbunyi bersamaan pada saat pukul tiga dini hari. Alina terbangun dari tidurnya, kemudian dia segera mematikan alarm terlebih dahulu, lalu megambil handphone yang dia taruh di atas nakas, tertera nama Nindi, lantas gadis itu segera mengangkatnya.
"Assalamualaikum Lin, kamu udah bangun, kan?"
"Waalaikumussalam, udah Nin."
"Alhamdulillah, kalau gitu salat tahajud gih. Aku telpon cuma ingetin kamu sekaligus bangunin supaya salat tahajud."
"Iya Nin, makasih ya. Yaudah Nin aku mau salat dulu, ya."
Setelah mengakhiri panggilan telponnya dengan Nindi, Alina segera beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Usai itu dia langsung memakai mukena dan menghamparkan sajadahnya, kemudian melaksanakan salat tahajud dengan khusyuk hanya dua rakaat saja.
Ketika mengakhiri salatnya, Alina duduk bersimpuh memanjatkan doa kepada sang maha kuasa. Tanpa sadar air matanya jatuh membasahi kedua pipinya ketika mengingat semua dosa-dosanya.
"Ya Allah... maafkan semua perbuatan hambamu yang penuh dosa ini.
Maafkan aku yang berpakaian tidak sesuai syariatmu. Aku tahu syariatmu, tapi aku mengabaikannya. Maafkan aku ya Allah atas semua kelakuanku."Alina menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil menangis tersedu-sedu.
Sementara di kamar sebelah yang tak lain kamar Afnan, dia juga sedang berdoa usai melaksanakan salat tahajud. Ketika mendengar suara tangisan Alina. Afnan mengakhiri doa nya, kemudian dia beranjak keluar kamar. Peci dan sarung masih melekat ditubuhnya.
Afnan langsung menggedor-gedor pintu kamar Alina sembari memanggil namanya. Dia khawatir adiknya itu kenapa-kenapa.
Alina yang mendengar suara Abangnya memanggil. Dia langsung menghapus air matanya, kemudian membuka pintu kamarnya.
"Alin kamu kenapa?" tanya Afnan dengan nada khawatir.
Bukannya menjawab, Alina langsung menangis kembali. Kemudian Afnan langsung membawa adiknya itu duduk di sofa yang berada di kamarnya.
"Lin, cerita sama Abang, kamu kenapa?" Afnan berkata sembari mengelus kepala Alina yang tertutup mukena.
"Alin habis salat tahajud... hiks... Hiks...."
"Alhamdulillah, iya, terus?"
"Alin ingat dosa, Alin malu sama Allah... Apa Allah akan memaafkan Alin kalau Alin berhijrah? hiks... hiks...."
Tiba-tiba Afnan ikut meneteskan air mata, dia terharu mendengar perkataan adiknya. "Alhamdulillah, kalau Alin mau hijrah, Insya Allah, Allah memaafkan Alin. Asal niatkan hijrahnya karena Allah, ya."
Alina menyeka air matanya. "Bang, hati Alin udah yakin mau hijrah. Alin pengen berubah, Alin pengin menjadi anak yang salihah. Dan Alin akan belajar untuk menerima Ayah dan memaafkan kesalahan Ayah...."
"Masya Allah... Alhamdulillah...." Karena sangking terharu sekaligus senang, Afnan langsung memeluk adiknya itu.
"Bang, mulai sekarang Alin janji, Alin bakal pakai hijab terus Alin bakal pakai ghamis setiap hari. Dan Alin minta sama Abang buat selalu ingetin Alin untuk salat tahajud ataupun salat wajib. Bimbing Alin belajar ngaji juga ya, Bang, biar Alin nanti bisa jadi penghafal Qur'an kayak Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction⚠ Awas Baper! | Remaja - Islami | Bagi Alina Diatmika Pramidita, sosok Ayahnya itu seperti senja. Indah dilihat, dan hanya datang sekejap. Kemudian pergi meninggalkan semua kenangan. Terlahir sebagai anak broken home bukanlah keinginan Alina. Luka...