"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(Q.S At-Taghaabun ayat 11)
🕊🕊🕊
"Bunda, kalau Alin udah kelas dua belas beliin motor ya, Alin berangkat sekolahnya nggak mau diantar jemput," ucap Alina yang sedang duduk di samping Bunda Ira yang tengah fokus menyetir.
"Bukannya Bunda nggak mau beliin, tapi Bunda khawatir, nanti saja kalau kamu kuliah ya," ujar Bunda Ira tanpa menengok ke arah Alina.
Alina memanyunkan bibirnya. Dia ingin bebas seperti teman-temannya yang ke sekolah bawa kendaraan, tanpa diantar jemput oleh Bunda atau Abangnya itu.
Terlihat toko Laundry Dahlia dia pun meminta Bundanya untuk berhenti di toko Laundry tersebut.
"Mau ngapain Lin? Pakaian kamu, Bunda sama Bang Afnan kemarin kan udah selesai dicuci Mbok Atun," ucap Bunda Ira heran sembari memarkirkan mobilnya depan laundry tersebut.
"Alin mau ambil baju olahraga teman Alin, kemarin dipinjam sama Alin Bun, habis Mbok Atun datangnya seminggu tiga kali sih, kenapa gak Bunda tetapin aja jadi ART, tinggal di rumah kita? Biar tiap hari ada di rumah nemenin Alin juga kalau Bunda sama Abang belum pulang," balas Alina.
Bunda Ira menghela napasnya sejenak, kemudian berkata,"Iya, nanti Bunda bicarakan sama Mbok Atun, ya."
Setelah itu Alina langsung keluar dari mobil kemudian mengambil baju olahraga Aksra yang kemarin dia laundry. Tidak berselang lama, dia kembali memasuki mobil Bunda Ira dan berlalu pergi menuju sekolah.
***
Ini pertama kalinya Alina mengunjungi kelas XI IPS 1 yang kebanyakan muridnya laki-laki, kalau bukan karena Aksara, dia tidak ingin pergi ke kelas itu. Apalagi Nindi tidak ingin bertemu Alden, dia hanya menunggunya di taman sekolah.
Alina berdiri mematung di dekat pintu kelas XI IPS 1, dia menyapu pandangan isi kelas namun tidak terlihat Aksara maupun ketiga temannya Alden, Rifal dan Vino. Kemudian gadis tomboy yang mempunyai rambut pendek seperti laki-laki menghampirinya.
"Lo cari siapa?" tanya gadis tomboy yang di badge namanya tertulis nama Nita.
"Emm... gue cari Aksara," jawab Alina to the point.
"Oh si Aksa lagi latihan basket, samperin aja sana," kata Nita.
"Oh iya, makasih ya." Alina berkata sembari tersenyum.
Kemudian gadis itu langsung berlari menuju taman meminta Nindi untuk pergi ke lapangan basket indoor yang berada di sekolah ini. Awalnya Nindi tidak mau, namun karena Alina terus memohon, akhirnya mau tidak mau Nindi pun menemani Alina untuk menemui Aksara di lapangan basket indoor tersebut.
Sesampainya di lapangan basket indoor. Terlihat Aksara, Alden, Vino, Rifal dan anak basket lainnya sedang berlatih.
"Lin aku duduk di sini aja ya, kamu yang samperin Aksa," kata Nindi yang lebih memilih duduk di kursi penonton.
Alina menghembuskan napasnya. "Hm.. Iya, iya. Kamu kenapa si Nin menjauh terus dari Alden?"
"Nanti aku cerita sama kamu, tapi gak di sini, ya."
Alina pun mengangguk setuju. Kemudian dia berjalan menuju lapangan basket tersebut. Ketika Aksara hendak melemparkan bola basket tersebut ke arah Alden, tetapi bola tersebut terlempar ke arah Alina tepat ke kepala gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja [SUDAH TERBIT]
Ficțiune adolescenți⚠ Awas Baper! | Remaja - Islami | Bagi Alina Diatmika Pramidita, sosok Ayahnya itu seperti senja. Indah dilihat, dan hanya datang sekejap. Kemudian pergi meninggalkan semua kenangan. Terlahir sebagai anak broken home bukanlah keinginan Alina. Luka...