13

472 92 5
                                    


Terhitung sudah 2 hari dari kejadian Yeji pergi dari rumah, tempat keluarga kecilnya pulang dan beristirahat. Dan sejak 2 hari itupun jiwa Ni-ki, putra sulungnya itu berubah, ini bukan sepenglihatan Hyunjin saja, tapi anak itu memang benar benar kehilangan jati dirinya.

Hyunjin sedih, tentu saja. Sebab karena dirinya lah keadaan ini terjadi, dia harus merasakan sakit karena penyesalan ditambah harus kehilangan keluarganya secara bersamaan.

Putra sulungnya itu, yang seringkali ia panggil Rian, karena bagi Yeji panggilan itu merupakan panggilan awal sekaligus panggilan kasih sayang darinya atas kelahiran anak pertamanya

"aku mau panggil dia Rian" ucap Yeji saat Riki lahir. "Rian 'Riki anak no 1' bagus kan?" sambungnya

Hyunjin tersenyum, sebahagia itu Yeji saat dulu, sebelum semua kepahitan ini ia datangkan

"Maaf, amma" gumamnya.

Hyunjin sendiri, benar benar sendiri. Meskipun Ni-ki ada disini, tapi tidak dengan hatinya, anak itu selalu menghindarinya, karena kesalahannya.

Suara pintu itu terdengar, terdapat Ni-ki disana dengan segala beban pikirannya, dapat Hyunjin lihat dari wajah dan sorot matanya, dia, lelah akan semuanya

"Appa?" panggilnya

Hanya mendengar sapaannya saja dapat mengiris hati Hyunjin, masih pantaskah dirinya di panggil dengan demikian? Bahkan dirinya merasa sudah gagal

"Abang, maaf" bagi Hyunjin, saat kondisi seperti ini, umur bukanlah alasan, tidak ada istilah yang lebih muda yang harusnya meminta maaf, karena dia sadar, dialah dalangnya.

"Appa, Anastasya itu?" 2 hari, 2 hari Hyunjin menunggu pertanyaan ini, pertanyaan singkat yang merupakan inti dari semuanya

Ia ingin sekali menjelaskan, tapi percuma jika yang di ajak bicara tidak mendengarkan, jadi menurutnya, biarlah menunggu orang yang akan diajak bicara itu meminta penjelasannya sendiri__

__dan sekarang, saatnya dia menceritakan yang sebenar benarnya

"Abang, Anastasya itu sekretaris baru appa, dia emang selalu menunjukkan sifat dan sikap yang diluar tugas dia sebagai seorang sekretaris" Ni-ki hanya diam, mendengarkan sejauh apa Hyunjin berbicara

Hanya sedikit kepercayaan dirinya terhadap apa yang appa-nya utarakan, dirinya sudah terlalu muak akan omong kosong

"Appa ga sebodoh itu untuk sekedar sadar kalau perlakuan dia itu udah di luar batas, Riki" jelasnya penuh penekanan, untuk memberi isyarat kepada putra sulungnya jika dia benar benar jujur

"Terus kenapa appa ga tolak? Pikiran appa buntu kah buat sekedar sadar kalau apa yang dilakuin dia itu cuma buat hancurin keluarga kita?!" gagal, pertahanan yang Riki kumpulkan selama 2 hari itu gagal, dirinya benar benar tidak bisa menahan amarah jika menyangkut ular haus belaian itu.

"Rian come on, biarin appa jelasin dulu oke?" Hyunjin sedikit meringis, menjelaskan pada Ni-ki saja sudah seperti ini, bagaimana dengan Yeji?

Ni-ki sebisa mungkin menahan dirinya, dia benar-benar ingin tahu kebenarannya, agar ia tahu dimana letak kejanggalannya

"Appa tahu, sebesar apa obsesi dia buat dapetin appa, dan sebesar apa keinginan dia buat hancurin keluarga kita. Rian.. kamu udah cukup dewasa buat sadar apa maksud dari omongan appa" jelas Hyunjin dengan hati hati, agar anaknya paham dan tidak terbalut emosi

"Kalau appa ga turutin kemauan dia, Riki sama adek yang kena imbasnya?" tanya Ni-ki. Dia tahu, dia tidak bodoh buat sadar akal bulus tiap selingkuhan yang ada di dunia ini, manipulatif, ga tahu diri, ya itu lah, semuanya sama, SAMPAH.

Hyunjin mengangguk, dia tahu pikiran anaknya ini sangat sangat dewasa, dia selalu bisa menangkap apa yang kita utarakan

"Appa gamau kalian jadi korban, jadi appa ikutin permainan dia" Hyunjin melanjutkan dan membuat Ni-ki mendecih

"Ikutin permainan dia dan permainin perasaan amma? Harusnya Riki sadar kalau appa itu emang selalu nyari benefit dimanapun dan dalam kondisi apapun"

Hyunjin terbelak, anak yang ada di depannya ini benar-benar anaknya, otaknya dan cara berpikirnya sungguh sama seperti dirinya, selalu tidak ingin kalah dan tidak akan pernah membiarkan orang yang di ajak bicara mengambil celah

Tapi Hyunjin tersenyum dan mengatakan hal yang juga membuat Ni-ki terbelak, kaget, dan tak percaya

"Dan harusnya kamu sadar, Rian. Benefit itu selalu appa gunain buat ngambil benefit lainnya" Hyunjin menjeda kalimatnya, dan kembali tersenyum

"Appa ikutin permainan dia, buat bikin permainan yang lebih seru, dan dengan kamu di dalamnya, little Hwang" finnal Hyunjin

Ni-ki yang tadinya tak percaya, sekarang mengangkat sedikit senyumnya, dia hampir melupakan bahwa appa-nya itu lebih licik dari yang dia tahu

"Jadi, apa permainannya?"

Hyunjin bahagia, setidaknya dia punya satu orang yang ikut andil dalam rencananya.

Sementara itu di kediaman Yeji, ibu dari dua anak itu sedang bergelut dengan pikirannya, berfikir bagaimana cara bertahan atau justru melepas perlahan

"Yeji.." panggil minho, kakaknya

Yeji melihat kakaknya yang sedang menggendong jamjam, anak itu tertidur, anak tanpa dosa itu harus kehilangan kasih sayangnya

"Apa aku harus pergi?" tanya Yeji kepada kakaknya itu

"Terlepas dari salah atau ngga nya dia, dengerin penjelasan itu kewajiban kamu, dek" jawabnya

"Tapi ini udah kesekian kali, dia ga ada niatan berubah, bang" balas Yeji dengan keputusasaannya

"do you love him?"

"Untuk aku dan dia yang udah punya tanggung jawab besar, dengan dua anak dan keluarga kecil, cinta itu udah ga penting bang, yang penting itu ketahanan, bertahan atau udahan"

Yeji tidak berbohong akan itu, itu semua sesuai dengan kenyataan, nyatanya.. masih cinta atau tidak itu tidak penting, karena mau tidak mau mereka harus memilih, bertahan demi anak anak atau udahan demi ego masing masing

"Tapi kamu ga milih, Yeji" ucap minho

Ya benar, bertahan atau tidak yang Yeji katakan itu hanyalah omong kosong, nyatanya sampai saat ini, bahkan hanya untuk sekedar mendengar penjelasan saja dia tidak mau__

__apalagi untuk memutuskan pilihan.




TBC

Dikit duluan bestie, besok atau lusa di lanjut





Hwang Julid FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang