01• Datang

236 79 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Indera pendengaran gadis yang tengah terbaring itu diganggu dengan dering dari handphonenya, cuaca kelabu nan muram disertai dengan hawa dingin tentu akan membuat siapapun memilih untuk tidak melakukan aktivitas apa-apa, kebisingan yang timbul rupanya membuat gadis itu mengalah, ia menyeret langkahnya menuju meja rias yang menjadi sumber suara.

Nama gadis itu adalah Kalea, perempuan dengan paras yang anggun dan memesona, bola mata hazel-nya mampu membuat makhluk yang melihatnya terpana, bibir tipis berwarna pink alami, dilengkapi surai coklat panjang yang menghiasi penampilannya.

Netra gadis itu menangkap papan notif, menunjukkan panggilan masuk dari maminya. Ia membawa ponsel untuk berhadapan langsung dengan telinganya, disusul suara wanita yang mulai terdengar.

"Kalea, mulai hari ini Deena akan tinggal dirumah kita, saat dia sampai tolong langsung diantar ke kamarnya ya, Mami masih dikantor,"

Dengan cepat bibir itu terbuka, Kalea mengucapkan balasan dengan ekspresi senang yang terpatri disana.

"Iya Mi,"

Deena, nama yang akrab di ingatan masa kecil Kalea.

****

"Aww-" gadis kecil mengaduh dengan kedua tangan yang memegangi lututnya.

Terjatuh dari sepeda menyebabkan sedikit darah keluar dari lutut yang lebih muda. Rasa perih yang menjalar, memancing bendungan terbentuk di kantung mata Kalea.

"Lea kenapa?"

Anak sebayanya segera berlari menghampiri dan bertanya kepada Kalea yang hampir menangis, ya itulah Deena, Pupilnya mengangkap pemandangan yang semula tertutupi oleh telapak tangan.

"Gak apa kok, lutut Lea cuma lagi makan strawberry, jangan nangis ya... Cup... Cup..." tuturnya lagi. Begitulah hiburan dari anak kecil ke anak kecil yang lainnya.

****

Sepenggal ingatan tersebut membuat senyum Kalea mengembang seketika, dilanjutkan dengan meraih ponsel dan mengirimkan pesan kepada seseorang.

"Lo masih di bandara?" tanya Kalea melalui pesan singkat.

Tidak butuh waktu lama, pesan tersebut berbalas.

"Gue udah di taksi, bentar lagi nyampe, rumah lo nomor 10 kan? Udah dua belas tahun gue gak kerumah lo,"

"Iya nomor 10 Deen, hati hati ya, gue tunggu di depan gerbang, biar gak kesasar lo nya," Timpal Kalea.

"Oke,"

****

Semilir angin berhembus meniup surai coklat milik Kalea, dengan telaten ia menyelitkannya kembali ke belakang telinga. Sedangkan Mata bulat memandang jalanan yang kosong, menanti kedatangan sepupunya, Deena. Ia mengecek ponselnya beberapa kali untuk menghilangkan bosan.

KALEA [TAMAT] ✅ -RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang