.
.
.
Di sisi lain terlihat lorong sepi dengan beberapa lampu yang berkedip, Deena berjalan diantara ruangan menuju suatu tempat. Setia dengan setelan yang biasa ia gunakan saat pergi ke kampus, kemeja kotak dan celana jeans dilengkapi dengan sepatu kets. Ia melangkah pelan dan bola mata yang fokus menatap kedepan.
"Oi Deen, ada kelas?" tanya Eve ketua geng di kampus Deena, kalimat itu membuat gadis yang dipanggil menghentikan langkahnya dan menoleh. Surai yang terikat menjadi satu bergerak mengikuti arah kepala.
"Iya," jawaban singkat, darahnya berdesir dengan degupan jantung yang lebih cepat.
"Kemana aja lo? gue kan kangen~" suara manja yang dibuat buat disusul gelak tawa mereka.
“Tenang Deen.. lo setara sama mereka sekarang," batin Deena menenangkan.
Ketiga gadis didepannya seringkali membully Deena hanya karena ia tak memiliki apa yang anak lain punya, Deena selalu terlihat dengan baju yang kumal dan barang tanpa merk, pemandangan tersebut seakan menjadi gangguan bagi pandangan satu geng itu, melukiskan citra buruk katanya.
"Oh ya? kalau kangen kita kumpul deh," ajakan Deena sontak membuat Eve dan teman-temannya terbelalak.
"Boleh, Sunshine Cafe, malam ini jam tujuh," tantang ketua geng dengan satu alis yang terangkat.
“Gila! tuh kafe kan mahal banget, gue punya duit dari mana," seketika batin Deena mengutuk dirinya sendiri.
"Jangan telat ya, my clown," ucap Eve sinis seraya pergi menjauh.
“Duh sial,"
Deena ingin bersenang-senang layaknya gadis lain, tetapi ia tak ada niat bergaul dengan anak-anak biasa. Harga diri yang begitu tinggi membuatnya merasa hanya geng Eve lah yang cocok untuk menjadi teman. Namun karena perbedaan level dirinya dengan mereka, mau tidak mau ia harus mengurungkan keinginan tersebut.
"Tante, Deena mau ajakin tante makan malam bareng sama Kalea juga boleh?"
Ya, jalan satu-satunya adalah tante maya-- akal Deena mulai bermain.
"Baik banget kamu ajak tante, tapi masih banyak berkas yang harus tante urus, jadi kamu sama Kalea saja yang makan, bagaimana? nanti tante transfer ke Kalea,"
"Ke rekening aku aja tan, biar sekalian ditarik mumpung lagi diluar," seperti biasa Deena menghubungi tante nya melalui chat.
"Oke,"
Drrrtt-
Notif masuk yang menjelaskan bahwa ada dana masuk ke rekening Deena, 15 juta- deretan angka yang tertera di jumlah saldo yang masuk. Kini angka itu sudah biasa dimata Deena.
"Kayaknya masih kurang," batinnya tak puas.
Segera ia beralih ke chatroom dirinya bersama sepupunya.
"Le, kata tante tolong transfer ke gue dulu buat beli keperluan, soalnya tante maya lagi super sibuk," berbohong, itu satu satunya jalan yang Deena ambil dari sekian banyak jalan.
"Oh iyakah? yaudah gapapa, siniin nomor rekening lo," balas yang di seberang.
"Serius gapapa?"
"Iyaa, santai aja sih,"
"Oke,"
Deena mengetikkan rentetan nomor rekeningnya dan disusul dengan dana masuk sebesar 10 juta.
"Anjir menang banyak gue,"
Mata Deena berbinar.
"Gak nyesel jadi bagian dari keluarga ini, gampang banget dikibulin, kan jadi enak," batin Deena.
Dengan bangga ia akan mentraktir tiga orang yang berstatus sebagai geng Eve dan segera dirinya akan menjadi bagian dari mereka. Deena memasang smirk nya.
******
Pukul 19.00 di Sunshine Cafe
"Mana tuh bocah?" ujar Eve seraya mengitari pandangan mencari gadis yang dianggapnya sebagai 'badut'.
"Oh itu, di meja nomor 2,"
Suara Bintang--- salah satu anggota geng membuat Eve segera menangkap bayangan yang dikenalnya, terlihat Deena melambaikan tangan pada mereka yang membuat Eve and the geng mendekat.
"Aduhh sorry gue gak lihat lo, habis style lo lusuh banget, gak punya dress?" cibirnya.
"Hmm...," Deena merasa asing, seperti bukan lingkungannya.
"Eh kalian tahu tentang idol group The Destiny kan? OMG, si Park Jimyoung ganteng banget di MV terbarunya," Eve bercerita dengan antusias.
"Iya, gue juga streaming, sumpah MV nya bener-bener gak ngebosenin," timpal Lia.
"Kalo gue sih suka Park Solomon, lo pada nonton drama All Of Us Are Dead gak?"
"Gue nonton woi, gila seru parah," Eve tak kalah heboh.
"Umm.. Guys--," Deena hendak membuka suara, namun, ucapannya kembali terpotong.
"Gue sebel sama ending-nya, gak rela Cheongsan mati,"
Having fun mereka dilanjutkan dengan makan dan minum bersama, namun sialnya Deena sama sekali tidak dapat masuk dalam pembahasan mereka, Deena membenci dirinya sendiri.Tiga jam berlalu begitu saja tanpa bisa memberikan efek yang berarti bagi gadis dengan pupil hitam itu, pelayan mendekati meja mereka dan menyodorkan secarik kertas disana.
Tagihan senilai 20 juta terpampang jelas di bill, Deena berniat membeli kursi keanggotaan geng Eve seharga 20 juta, namun tidak sedikitpun ia merasa senang.
"Sial," gumamnya.
"Kenapa, lo gak suka? lain kali kalau mau keluar sama kita, pake baju bagus. malu gue,"
Hinaan yang selalu ditujukan kepada Deena belum juga hilang, disusul dengan suara desas-desus dari sekitar mereka, tak diragukan lagi, kini Deena menjadi pusat perhatian di dalam ruangan itu, membuat ia makin terobsesi dengan kehidupan mewah.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALEA [TAMAT] ✅ -Revisi
Teen FictionSEBELUM BACA BOLEH YUK DI FOLLOW AUTHORNYA^^/ ⚠️ Harsh Words ⚠️ Playing Victim ⚠️ Manipulation ⚠️ Toxic Parents Namanya Kalea Angelica dan senyumnya tersimpan dalam kisah hidup banyak orang, namun gadis itu memiliki musuh abadi, seorang pemuda yang...