.
.
.
Drrrkk–
Kalea membuka pintu rumahnya, melangkah naik melalui satu persatu anak tangga dengan lemas. Ia tak sempat latihan hari ini karena gangguan dari Shaka, apa alasan bocah tengil itu terus mengusiknya, Kalea tak habis pikir.
"Kalea," sapa Deena kepada sepupunya.
"Eh tangan lo berdarah Le! kenapa?" sambungnya panik.
"Gue tadi jatoh, berdarah dikit doang kok, udah gue obatin juga," jawabnya.
"Syukurlah, mau nonton film gak Le? Gue gabut nih gak ada kelas," pinta Deena.
"Oke, kebetulan ada film baru di netflix, nanti kita nonton, gue bersih-bersih dulu ya," jelas Kalea, yang hanya dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.
Deena menunggu di kamar gadis yang ia sebut sepupu. Ruangan yang lebih luas dari miliknya, terdapat kamar mandi di dalam ruangan itu, tak seperti kamarnya.
"Huhh,” ia mendengus sebal, matanya terpaku pada botol kaca kecil diatas nakas, parfum yang kemarin sempat menyita perhatiannya. Deena meraih benda kotak itu dan menyemprotkan di beberapa titik, segar— aroma yang menyeruak hanya dengan sekali semprot, Deena menyukainya.
Tak lama kemudian Kalea mendekat dengan handuk yang masih bertengger di kepalanya.
"Mau film spiderman aja?" tanya Kalea.
"Boleh," balas Deena.
Kalea sibuk mengutak-atik televisi, disusul film spiderman yang mulai diputar.
Ting- Ting-
Handphone Kalea berdenting beberapa kali, si empunya segera meraih ponsel yang berada diatas ranjang.
"Bukain pintu," pesan singkat yang otomatis membuat Kalea kesal.
"Dih siapa lo?" balas Kalea ketus.
"Arshaka Ardana,"
"Anaknya siapa lo?"
"Ngapain pake nanya gue anaknya siapa sih? bukain aja pintunya," omel laki-laki yang tak berwujud itu.
"Ogah nanti lo culik gue," Kalea menatap layar ponselnya ganas.
"Pede gila, makan lo banyak! tekor gue. Itu abang delivery, mencet bell daritadi kaga ada yang bukain pintu," sederet kalimat panjang membuat Kalea mengingat-ingat apakah dia memesan sesuatu.
"Gue gak pesen apa-apa," seingatnya Kalea tidak pernah memesan apapun yang menyebabkan kurir mengantar kerumahnya hari ini.
"Gue yang pesen, buat lo,"
Gadis itu mengernyitkan dahinya sejenak sebelum menentukan apa yang akan ia katakan sebagai balasan.
"Oh oke," Kalea berdiri dan bergegas membukakan pintu.
Terlihat kurir delivery yang telah memasang ekspresi bete di depannya, dengan cepat memindahtangankan coklat dan permen yang melimpah.
"Buset?!" batin Kalea tak percaya, matanya membola terkejut sekaligus bingung dengan apa yang dilakukan musuhnya.
"Lo mau bikin gue gendut?!" protes gadis itu pada Shaka.
"Iya biar pipi lo mbem, gemes." yang diseberang membalas asal-asalan.
"JIJIK." maki Kalea.
Ia kembali ke kamar dan duduk dengan gusar, tanpa mengindahkan tatapan penasaran gadis disebelahnya.
Berusaha memikirkan apa alasan Shaka mengirimkan semua itu ke rumahnya, apakah benar karena ingin menghancurkan dietnya? Atau- Oh! Kalea teringat sesuatu, Shaka mendorongnya hingga terjatuh ke lantai tadi siang.
"Hum... Hum...," Kalea mengangguk angguk mengerti, pemuda itu pasti merasa bersalah terhadapnya.
Benar, biar bagaimanapun Shaka adalah orang yang sangat berperikemanusiaan, walau sifat buruknya saja yang selalu ditunjukan kepada Kalea.
“Iyalah, udah seharusnya dia merasa bersalah, batin Kalea seraya menampilkan smirk-nya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALEA [TAMAT] ✅ -Revisi
Teen FictionSEBELUM BACA BOLEH YUK DI FOLLOW AUTHORNYA^^/ ⚠️ Harsh Words ⚠️ Playing Victim ⚠️ Manipulation ⚠️ Toxic Parents Namanya Kalea Angelica dan senyumnya tersimpan dalam kisah hidup banyak orang, namun gadis itu memiliki musuh abadi, seorang pemuda yang...