1. Pacar? Terikat!

1.2K 88 3
                                    

Rian menaruh tasnya disebuah kursi kosong. Kursi itu berada di baris yang paling dekat dengan jendela. Rian duduk disana sembari menatap keluar jendela. Matanya menerawang saat melihat Riri yang berlari memasuki gedung sekolah baru mereka dengan terburu-buru. Senyuman Rian terukir disana.

"Aku telat!" Suara teriakan itu membuat Rian segera menoleh dengan cepat. Riri berdiri diambang pintu dengan keringat yang bercucuran dan wajah panik. Nafasnya naik turun dengan rambutnya yang berantakan. Sedetik kemudian Riri melongo melihat jelas yang masih kosong.

"Loh?"

Rian menghampiri Riri dengan santai lalu memperlihatkan jam tangannya. Riri mengerjapkan matanya beberapa kali lalu terdiam. ekspresinya tak terbaca.

Rian kembali ketempatnya dengan wajah yang menahan tawa melihat kecerobohan Riri.

"EH?! Jam dikamarku sudah jam 7.30 tuh! Kok bisa sekarang jadi jam 06.15?!" Teriaknya. Dan tawa Rian tak dapat tertahankan saat mendengar perkataan Riri.

"Sepertinya jam mu rusak." Ujar Rian disela tawanya. "Sudahlah, duduklah disini." Pinta Rian sembari menunjuk bangku disebelahnya. Riri berpikir sebentar lalu menaruh tasnya disamping kursi Rian. Meja mereka bersebelahan, tapi terpisah.

"Padahal aku belum sempat menata rambutku.." ujar Riri lagi dengan lemas. Rian menarik kursi Riri sekuat tenaga.

"Keluarkan sisir dan ikat rambutmu, akan kukepang seperti dulu." Kata Rian. Riri mengangguk dan memgeluarkan barang yang diminta Rian. Sisir merah, ikat rambut karet, dan jepitan rambut sederhana dengan manik-manik ungu bercahaya berbentuk bunga.

Rian menyisir rambut Riri lembut lalu mulai mengepangnya dengan perlahan. Lambat laun rambut Riri sudah terkepang dengan rapi. Sedikit hiasan jepit rambut dipasangkannya untuk menahan poni Riri.

Riri lalu berbalik dan mengangkat tangannya untuk ber-high five dengan Rian. Rian hanya bisa tertawa dan membalas tangan Riri. Lambat laun kursi disekitar mereka mulai terisi oleh murid-murid yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

Hari pertama masuk sekolah Setelah MOS membuat Riri sedikit gugup untuk mencari teman baru.

"Hei, apa yang harus kukatakan pada anak perempuan disebelahku?" Tanya Riri berbisik pada Rian. Rian menghela napas panjang. Setiap tahun ajaran baru Riri pasti selalu menanyakan hal itu padanya.

Rian memperhatikan cewek dengan rambut yang diikat menjadi dua dengan hiasan pita merah tua. Dia terlihat sangat tenang sambil membaca buku novel yang dibawanya.

"Sapa saja dan tanyakan namanya." Usul Rian disertai anggukan dari Riri. Riri segera mencoba usulan dari Rian itu. Entah Riri sadar atau tidak, tapi Rian selalu memberikan usulan yang sama padanya untuk setiap pertanyaan yang diajukannya tiap tahun itu.

Riri segera membalikkan kursinya dan tersenyum gembira.

"Namanya Mira dari SMP Cahaya Bangsa! Itu kan sekolah elit!" Serunya setengAh berbisik. Rian tersenyum bangga karenanya.

"Rian gitu." Angkuhnya. Riri mengangguk saja.

"Ah, mau ikut ekskul apa?" Tanya Riri tiba-tiba.

"Musik. Tentu saja." Jawab Rian cepat. Tapi ia kemudian termenung. "Mungkin dengan sepak bola ya."

Riri seketika tercenggang mendengarnya. "Sepak bola? Kau serius?" Tanya Riri memastikan. Rian mengangguk mantab.

"Entah kenapa ingin saja." Jelas Rian. "Tenang, kau bisa datang melihatku latihan kok nanti." Tambahnya saat melihat wajah tak terima dari Riri.

"Kita akan duet kan?" Tanya Riri. "Pianoku, dengan biolamu."

Rian mengangguk setuju.

"Sudah pasti. Itu tak perlu ditanyakan lagi kan." Katanya. Riri mengangguk pelan mengingat Rian selalu duet dengannya sejak dulu.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang