7. Aku "Tidak" Cemburu!

683 63 2
                                    

"Sesedih apapun, harusnya kau menahan air matamu itu." Keluh Rama sambil memberikan sebuah salep pada bercak merah di wajah Riri. Riri hanya nyengir.

"Maaf."

"Putri, jika seperti ini, ikatannya.."

"Bukankah itu yang kau harapkan?" Sela Riri.

"Ha?"

"Kau dikirim kesini untuk menghancurkan ikatanku kan? Agar aku cepat kembali ke Rune kan?" Tanya Riri. Tak seperti biasanya, kini nada bicaranya penuh kekesalan dan kebencian. Rama mengangkat sebelah alisnya sambil berdehem.

"Mungkin sebagian perkataanmu benar." Ujarnya. Rumah Riri benar-benar sunyi saat itu, karena memang hanya ada mereka berdua disana. "Tapi ini semua tak ada gunanya kalau kau tidak bahagia."

"Kau peduli?"

Rama tersenyum sambil menutup obat salepnya. "Tentu tuan putri."

Riri balas tersenyum. "Sudahlah. Urus saja urusanmu dengan kak Farah itu." Mendengar kalimat Riri, Rama hanya bisa tersipu malu saja.

_____
"Rian, anu, Riri dimana?" Tanya Raisa hati-hati disamping Rian yang berjalan menuju kantin.

"Hah? Nggak tahu." Jawab Rian ketus. Raisa tersentak mendengar jawaban kasar itu. Rian mEnyadarinya. "Maaf. Ayo ke kntin saja." ujarnya. Raisa mengangguk.

Di jalan, mereka berdua menemukan sosok yang sangat mereka kenal. Riri. Disamping kanannya ada Rama. Rian mendengus kesal melihatnya.

Kakek baru saja meninggal, bukannya menghiburku dia malah bersama si rese itu?

Mereka berjalan saling melewati satu sama lain, tapi tak ada yang bersua. Raisa menyadari keanehan itu.

"Anu.. kalian kela-" raisa tak melanjutkan kalimatnya setelah menerima tatapan tajam dari Rian.

"Abaikan saja dia." Ujar Rian tiba-tiba dengan kesal.

Riri dapat mendengarnya. Kilatan merah dimatanya muncul sesaat.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Rama lembut.

"Tidak. Hanya lelah." Jawab Riri. Ia menyelipkan rambutnya dibelakang telinga. Rama hanya mengangguk saja.

Farah berdiri dihadapan mereka berdua, bercanda bersama kedua temannya.

"Ikatanmu." Ujar Riri iseng. Rama menyikutnya pelan. Dengan gugup dia mendekati Farah. Riri mngikutinya.

"Anu Far.."

"Iya?" Farah menoleh dengan senyuman khasnya yang menenangkan. Rama sektika membeku ketika melihatnya. Riri hampir saja tertawa melihatnya.

"Kalian duluan saja." Ujar Farah pada kedua temannya. Kedua temnnya itu mengangguk dan berlalu.

Masih dengan tubuh yang membeku, Rama berdiri menerima tatapan bingung dari Farah.

"Dia ingin mengatakan sesuatu kak." Ujar Riri mewakili. Rama menyikut Riri pelan.

"Anu, aku hanya minta ijin saja kok." Tambah Rama.

"Apa?" Tanya Farah. Senyumannya tidak juga mmudar membuat Rama semakin gugup.

"To-tolong jangan marah." Ujarnya. "Aku tahu kita berpacaran. Harusnya aku lebih menghabiskan banyak waktu bersamamu. Tapi.." Rama melirik Riri sekilas. "Aku malah lebih sering menghabiskan waktu dengan bocah tengik ini.."

Riri sontak menjitak kepala Rama pelan setelah mndengar celotehannya. Farah tertawa renyah.

"Itu tidak masalah Ram.." jawab Farah. "Riri sebatang kara dan hanya memilikimu sebagai kenalannya. Dia lebih mmbutuhkanmu." Ujarnya.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang