Chapter Seven

266 28 2
                                    

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi Mrs. Josephine, Mr. Styles, Mrs. Jenner dan..."

"Mrs. Scout, sir." jawabku membenarkan.

"Ah ya! Mrs. Scout. Jadi ada apa sebenarnya?" tanya Mr. Alex lagi.

Kami semua saling bertatapan kecuali Kendall yang masih sibuk dengan air matanya. Ya, dia menagis.

Pat berdeham. "Sebenarnya, ini semua salahku. Jika saja aku tidak membicarakan tentang kejelekan Mrs. Jenner, hal ini tidak akan terjadi." Pat memberi jeda pada kalimatnya. "Tapi, aku bersumpah jika obrolan kami hanya obrolan kecil. Mrs. Jenner saja yang terlalu Sensitive."

Mr. Alex sang Kepala Sekolah, mengangguk-angguk mengerti.

Hening. Kendall masih menagis dalam sunyi sedangkan Harry, dia hanya menatap gadis itu dengan tatapan bersalah.

"Aku hanya tidak suka jika ada orang yang membicarakanku dari belakang, sir." Kata Kendall tanpa menoleh sedikit pun.

Sehabis perang yang terjadi di kantin sekolah, kami berempat di panggil oleh Kepala Sekolah, Mr. Alex agar segera keruangannya.

"Lalu, apa yang terjadi kepadamu Mrs. Jenner? Mengapa kau menagis?"

"Ini semua salahku, sir. Aku yang membuatnya marah karena aku membela Mrs. Scout. Ini semua salahku. Aku yang membuatnya menangis." kata Harry.

Sakit? Tentu saja.

***

"Hey! Allegra!" Bisik seseorang saat aku baru keluar ruangan Mr. Alex. Kutengok, itu Kendall.

Dia tersenyum ramah. "Maafkan aku. Aku tidak menyalahkanmu."

Dan dalam hitungan detik, mimik wajahnya berubah menjadi sinis. "Maksudku, tidak salah lagi, kau yang salah. Permisi."

Dengan begitu dia berlari ke habitatnya. Aku menghela nafas.

"Legra, maafkan aku. Ini semua salahku. Ak-aku hanya terlanjur kesal kepadanya dan akhirnya aku tidak memperdulikan orang-orang disekitarku. I'm sorry."kata Pat lalu memelukku singkat. Aku terkekeh.

"Ini juga salahku kok, tidak seharusnya aku ikut campur, tapi kau temanku yang sudah kuanggap sebagai sahabatku. Jadi aku harus membelamu kapanpun."

Dia tersenyum manis, manis sekali melebihi permen yang biasa dimakan oleh Niall. Dimana anak itu?

"Dim-"

"Hey! sudah selesai?" Niall datang secara tiba-tiba dihadapan kami.

Pat mengangguk dan senyum manisnya menghilang. "Sudah, aku menyesal, ni." Pat langsung menghambur ke dalam pelukan Niall. Aku rasa dia menagis.

"Niall paling suka adegan ini!" bisik Nathan disebelahku. "Modus? begitu?" Nathan mengangguk. Semua laki-laki memang begitu. Tidak Harry tidak Niall.

Dimana Harry? aku tidak melihatnya sejak tadi. Ah ya! sudah pasti dia mengejar gadisnya itu.

Tapi, mengapa hatiku sakit?

(A/N)

Halohaaaa!!!!!!

Chapter ini gue dedikasiin buat @december15th soalnya dia udah vomment di chapter sebelah*asiklah* thanks yaaa means a lot.

so, i have so many silent readers here, yang baca 'Harry' udah 400+ but i just have 19 votes? oh come on. Vote yaa buat para silent readers, okay?

HarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang