•5• KECEPLOSAN

64 29 6
                                    


Votmentnya geng!🌷✨🦋

Enjoy this story
______________

Suara gebrakan meja sangat terdengar nyaring di ruangan BK yang kedap suara ini.

Pak Jaya berjalan mengitari kursi yang diduduki oleh tiga manusia setengah otak dengan pakaian yang serba amburadul dan dengan tampang tak berdosa.

"Kalian emang gak ada bosan-bosannya buat masalah terus?!" Pekik Pak Jaya emosi dengan kelakuan mereka bertiga yang sering sekali menciptakan masalah.

"Bapak Jaya Artukhusuma! apa gunanya ruang BK kalau gak ada murid-murid nakalnya?? masa sekolah itu gak bakalan indah kalau gak ada murid nakalnya Pak! Gak bakalan ada kenangan juga nantinya!!" ceramah Gio panjang lebar membuat Guru itu menepuk kepalanya.

"Betul itu pak! Setuju banget saya!" Timpal Reyhand sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Palingan bapak juga gak bakalan ada kerjaan!"

Bagas menatap kedua teman bobroknya itu dengan merotasikan kedua bola matanya. Selalu saja membuat masalah menjadi berbelit-belit seperti ini. Apasalah nya sih langsung minta maaf?

"Otak kalian yang bermasalah! Teori dari mana itu? Bukannya prestasi malah kebobrokan!" bentak Pak Jaya sambil membenarkan kaca matanya.

Gio tersenyum, dan memangkukan kakinya. Matanya tak sengaja tertuju pada secangkir kopi dan roti milik guru galak itu. "Mantap nih," ucapnya.

Tangan jahilnya itu hendak mengambil secangkir kopi itu, namun dengan pergerakan yang cepat Guru dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya itu menghantam tangan Gio dengan menggunakan mistar aluminium nya. "Gak sopan, kamu!" Tegur Pak Jaya.

Sedangkan Gio, cowok itu hanya cengesan di tempatnya. "Pelit amat pak, sama saya!"

Reyhand menampol kepala Gio menggunakan tangannya,Pasalnya Gio ini memang tidak pernah tau apa itu etika. "OMO!!! KELAKUAN LO SEBELAS DUABELAS MIRIP MONYET!!"

Mengkontrol suara? Sepertinya Reyhand benar-benar tidak bisa. Akibat suara toanya itu, Pak Jaya langsung mengetok kepalanya menggunakan mistar nya lagi.

"Goblok banget, dua codot." ucap Bagas.

Pak Jaya mengusap-usap dadanya dengan sabar. Berusaha menetralkan emosinya,agar darahnya tidak naik akibat ulah Gio dan kedua temannya itu.

Ketiganya menghela nafas panjang, sedari tadi Pak Jaya tidak pernah bosan mengeluarkan unek-uneknya karena kelakuan mereka yang di luar nurul. Lagian kelakuan mereka itu cuma karena gabut doang, bukan yang serius-serius amat!

"MARAH-MARAH TERUS PAK! NANTI CEP---- AWW!

"Urat leher kamu perlu saya putusin,ya Rey?!" Ancam Guru itu emosi.

"Cepet tua," sambung Rey dengan pelan.

"Udah kalian cepet keluar sana!! Bosan saya lihat wajah-wajah jelek kalian!" Ujar Pak Jaya dengan bercakak pinggang dan tangannya yang satu menunjuk mereka satu persatu.

"Jujur pak, kita juga bosan lihat wajah Bapak!" Kata Gio.

"Lain kali, jangan manggil ke ruang Bk lagi biar ketemunya skali-skali ajaa. Kita tahu kok, bapak bakalan rindu sama kita!" Tambah Reyhand percaya diri.

ALVASKAGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang