•7• SOMEONE?

67 19 5
                                    

Jangan Lupa Vote & Commentnya geng!

"Lebih baik money come and go dari pada people come and go"
-Shanna

Enjoy this story
_________________

Siang itu, Gio sedang mager. Dirinya lebih memilih nongkrong di kamarnya sambil bermain game dibanding nongkrong bersama kedua curutnya yang sedang berada di warkop mang idut.

Dengan celana pendek hitam yang Ia gunakan, serta dengan posisi yang sedang tidak memakai baju, Gio memposisikan dirinya dengan terlentang di atas kasur miliknya.

Ketukan pintu terdengar, tanpa waktu lama, seorang remaja dan seorang anak kecil dengan postur tubuh mungil itu langsung  berlari dengan kencang ke arah Gio. Mereka berdua adalah adik-adik Gio, Giana dan juga Gala.

Cewek cerewet dan juga mengesalkan, itu dia Giana. Bagi Gio, adik perempuannya itu sangat menyebalkan dan juga jelek. Giana suka sekali mencepu tentang dirinya kepada Ayah dan bundanya. Apalagi perihal pacar-pacar gabut Gio, hadeh jangan ditanya lagi dah!

Adik bungsu Gio yang berumur 3 tahun itu menaiki kasur Gio di bantu oleh Giana. "Bang, gala mawuu main!!" Pekikan dari mulut bocil itu membuat Gio menutup telinganya rapat-rapat.

Dengan reflek, tangan kekarnya kembali menurunkan Gala dari atas kasurnya. "Abang lagi push rank, Gal. Emergency banget ini, jangan gangguin abang dulu ya?" Ucapnya membuat Gala merenggut kesal.

Ia bercakak pinggang didepan Giana. Kedua adiknya itu kadang sering sekali menjadi biang rusuh Gio. Contohnya ini, menggangunya saat Ia sedang bermain game dengan asik. "Lo apa-apaan sih yan! Dikit-dikit bawa ke Gue! Emang lo gak bisa apa biarin Gue nyantai dulu gitu?" Lontar Gio pada adik perempuannya itu.

Perkataan Gio merupakan tipu muslihat!

"What's? Enak aja lo! Gue lebih berfaedah kerjaannya!! Ngerjain tugas! Ini? Apaan lo bang? Nge-game sama adek pentingan mana?"

Ia menjulurkan lidanya kemudian berbalik pergi dari hadapan Gio sebelum Ia mendapatkan jeweran maut dari abang satu-satunya itu.

"Adek setres emang!" Pekiknya.

Dengan perasaan terpaksa, Gio menyimpan handphonenya demi samg adik tercinta Gala yang wajahnya sudah di tekuk sedari tadi karena Gio menolak ajakan bermainnya.

Entah kenapa, Gala sangat suka bermain dengan Gio dibandingkan dengan Giana ataupun Ayahnya. Memang yah, lebih seru emang kalau main sama abang sendiri.

"Kamu mau mainn apaan, Gal??"

Bocil  itu tersenyum ceriah, Ia mulai berlari mengitari kamar Gio. Lantas Gio menghela nafas. "Niatnya mau nyantai,eh malah dibikin susah, capek deh sama bocil satu ini." Ucapnya lalu Ia berlari bermain kejar-kejaran dengan adik kecilnya itu.

Gala sangat-sangat lihai dalam berlari. Gio saja sulit untuk mengejarnya. Bocah kecil itu tertawa senang, bahkan ketika Ia terjatuh, Ia kembali bangkit berdiri dan berlari kembali. Dasar bocah!

Gio bercakak pinggang. "Gal, kamu kayaknya kalau besar nanti jadi pelari internasional aja, deh. Susah banget ngejarnya! Emang beda banget adek Gue! badan bocil, tenaga kuat amat mirip petinju!"

ALVASKAGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang