Suara Hati Dafa

2K 80 5
                                    


“Aku hamil?” tanya Aina. Jiwanya kaku, akhirnya apa yang ia takutkan selama ini terjadi juga. Apa yang harus ia lakukan, bagaimana caranya ia menghadapi semua kenyataan ini?

Jika  dia hamil, itu artinya ia mengandung anak dari laki-laki itu. Laki-laki yang ia sendiri tidak tahu wajahnya seperti apa. Apa yang harus ia lakukan pada janin yang ada di dalam kandungannya. Kepalanya  benar-benar pening saat ini.

“Iya, Aina. Kamu hamil, selamat ya aku ikut bahagia mendengar ini. Hey, kenapa malah menangis? Apa kamu tidak bahagia? Kamu akan menjadi seorang Ibu Aina. Berikan nomor telepon suamimu, aku akan menghubunginya. Dia pasti juga akan bahagia mendengar semua ini.” Dafa terlihat sangat ceria, entah kenapa itu justru membuat rasa di hatinya semakin terasa menyakitkan.

Bimbang.

Aina tidak sanggup memendam rasa sakitnya sendirian. Tapi ia tidak tahu, harus dengan cara apa ia membagi dukanya pada Dafa. Sepupu sekaligus sahabatnya sejak kecil.

“Aina, ada apa?” Lagi-lagi ia hanya bisa menatap kosong wajah sahabatnya. Otaknya sedang merangkai kata untuk menceritakan hal yang membuat dia semakin merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

“Aku tidak mau hamil, Dafa. Aku tidak mau anak ini. Ini bukan anak Abraham, aku tidak mau mengandungnya!” Ia histeris. Kata-kata indah yang terangkai di kepalanya buyar dan berganti dengan kemarahan. Ia tidak menginginkan anak itu, ia tidak mau mengandung benih dari pria asing.

“Apa maksud kamu, Aina? Kamu nggak mungkin selingkuh dari Abraham. Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa ini bukan anaknya? Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi?”

“Dafa, Abraham tidak memberiku nafkah batin. Ia berjanji pada istri keduanya untuk tidak pernah menyentuhku lagi. Kamu tahu apa yang telah ia lakukan padaku? Dia ....” Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Kenyataan ini terlalu menyakitkan, ini sangat tidak adil untuk seorang wanita yang sangat setia dan berbakti seperti dirinya.

“Ada apa Aina? Katakan padaku, apa yang terjadi?” Dafa terus mendorongnya untuk bercerita.

“Dia ... dia membayar orang untuk menyentuhku. Ia membayar orang agar aku tidak merajuk padanya terus menerus. Ia memberikan tubuhku pada laki-laki lain, Dafa ... hiks.”

“Siapa pria itu?”

“Aku tidak tahu.”

“Bagaimana bisa?”

“Dia memberiku alkohol. Aku tidak tahu siapa laki-laki itu. Ini menjijikkan sekali, aku tidak mau anak ini. Anak ini tidak boleh ada di dunia ini. Aku nggak mau!”

Disentuh pria lain sudah menjadi hal yang menjijikkan baginya, ditambah sekarang ia harus mengandung anaknya? Aina hancur, hatinya patah oleh laki-laki yang ia percaya untuk menggenggam hatinya.

‘Apa aku harus menerima Elea dan kembali bersama Abraham?’

***

Bruakk!

“Arrrrggghhhhh!”

“Sial!”

Marah. Itu yang saat ini Dafa Reifansyah rasakan. Hatinya perih mendengarpengakuan Aina tentang apa yang telah Abraham lakukan.

Sejak pertama datang ia sudah tahu ada yang tidak beres dengan rumah tangga sepupunya. Tapi ia sama sekali tidak pernah menyangka akan separah ini.

Membiarkan laki-laki lain menyentuh istrinya?

Hanya laki-laki b*d*h yang bisa melakukan hal serendah itu.

“Apa yang telah dilakukan Abraham pada Aina sudah keterlaluan. Aku tidak bisa memaafkannya. Dia sudah dengan sengaja menyakiti wanita yang sangat aku cintai. Dia harus membayar mahal untuk setiap penderitaan yang Aina rasakan,” desisnya pelan. Tapi aura marah tetap terpancar jelas di wajahnya.

“Andai saja hari itu ....”

“Arghhhh!” Dafa menyesal. Andai hari itu ia tidak menyerah dan membiarkan Aina menikah dengan pria itu. Pasti semua ini tidak akan pernah terjadi.

Hari itu langit begitu cerah. Cuaca yang menggambarkan suasana hati seorang Dafa Reifansyah. Pria yang tengah kasmaran itu mengkayuh sepeda sport kesayangannya menuju taman yang biasa ia gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Aina Mahadewi. Gadis yang diam-diam bersemayam dalam lubuk hatinya.

Sejak lama ia ingin mengungkapkan perasaannya itu, namun ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya. Hari ini setelah berjam-jam ia berdebat dengan dirinya sendiri di depan cermin, ia memutuskan untuk memberitahu Aina yang sebenarnya.

“Aina, aku sangat mencintaimu. Aku ingin hubungan kita lebih serius lagi, will you marry me?

“Iya.”

Jantung Dafa serasa berhenti, hancur harapan Dafa begitu mendengar percakapan dua insan di hadapannya. Setangkai bunga yang sejak tadi ia genggam, luruh dan jatuh ke tanah. Setelah pernikahan Aina dengan Abraham, ia memutuskan pergi ke London.

Ia sendiri yang memutuskan pergi, namun ia sengaja mengatakan kepada Aina bahwa dirinya pergi karena dikirim oleh ayahnya.

Bertahun ia bersembunyi di negeri orang. Tapi kenyataan membawanya kembali, kenyataan bahwa ia sangat mencintai Aina. Ia ingin ada di dekat Aina sekalipun hanya sebagai sepupu atau seorang sahabat saja.

Kenyataan yang ia dapatkan hari ini membuatnya kecewa karena telah meninggalkan Aina bersama laki-laki seperti Abraham.

“Arrgghhh!” pekiknya lagi.

“Dafa? Kamu Dafa, ‘kan? Sejak kapan kamu ada di sini?” tepukan pelan di bahunya membuat wajahnya mendongak.

‘Abraham!’

Brugh!

Bersambung ....

Di KBM App sudah tamat yaa
Judul : Nafkah Batin Sewaan
Penulis : ArzaDerya

Nafkah Batin SewaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang