Berikan Aku Talakmu

4.6K 127 6
                                    


[Berikan Aku Talakmu]


“Aina.” Abraham kaku. Ia terkejut melihat Aina muncul dari belakangnya. Ia sama sekali tidak siap jika harus menghadapi Aina saat ini. apalagi di sampingnya ada Elea yang sedang hamil.

Sebagai laki-laki kejantanannya ia pertanyakan saat tubuhnya bergetar ditatap garang oleh Aina. Selama pernikahannya dengan Aina, empat tahun ia tidak pernah melihat Aina semarah itu.

Yang ia tahu tentang sosok istrinya itu adalah wanita lembut dan penurut. Tapi yang ia lihat saat ini, Aina lebih mirip seperti malaikat pencabut nyawa daripada seorang istri yang lembut.

“Aina aku ... aku bisa menjelaskan semua ini. Kamu_”

Plak!                                  

Wajah Abraham kaku, darahnya mendidih saat tangan lembut sang istri menampar wajahnya kuat. Kebas ia rasakan di area pipi, tenaga Aina ternyata sangat kuat. Ia sama sekali tidak pernah menduganya.

“Sshh.” Ia meringis.

“Aina.” Abraham meraih tubuh Aina untuk ia dekap. Tapi Aina dengan sigap mendorong tubuhnya.

“Lepaskan!” pekiknya berang.

“Jangan menyentuhku!” tambahnya lagi.

“Aina, aku mohon jangan seperti ini.” Ia tidak menyerah. Sekuat tenaga ia berusaha untuk merengkuh tubuh istrinya. Tapi apa daya, aina sedang kalap.

“Bukankah biasanya kau enggan menyentuh tubuhku? Kamu bahkan dengan tega menyerahkan tubuhku pada laki-laki lain, Mas. Jadi untuk apa bersandiwara?” Perkataan Aina begitu menohok. Itu benar, tapi entah kenapa Abraham seperti tidak menyukainya.

“Aina, Mas minta maaf. Mas khilaf.”

“Cukup. Ceraikan aku Mas! Aku tidak sudi dimadu, aku juga tidak sudi lagi menjadi istrimu. Kamu menjijikkan sekali, Mas.” Abraham kesulitan mengabulkan permintaan Aina. Ia tidak sanggup berpisah dengan istrinya itu.

“Apa kamu gila!” pekik Abraham, ia hilang akal. Jiwanya koyak mendengar permintaan cerai dari istrinya.

“Iya, Mas. Aku gila, lihatlah betapa aku gila karena mencintaimu? Aku gila ... maka ceraikanlah wanita gila ini.”

“Tidak, Aina. Aku tidak akan menceraikanmu. Bagaimana bisa? Aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan pernah menceraikanmu.’

“Cinta? Laki-laki mana yang akan memberikan tubuh wanita yang ia cintai pada pria lain? Apa kamu tidak sadar bahwa perbuatanmu begitu menjijikkan, Mas?” Hatinya perih melihat Aina begitu kosong. Kenapa perasaannya justru seperti ini saat di depan Aina. Bukankah rencananya ia akan menceraikan Aina nantinya?

Kenapa sekarang ia merasa tidak mampu?

“Tidak ada satu wanita pun yang siap dimadu, Mas. Elea juga tidak akan bahagia dengan pernikahan ini. Sekarang biarkan saja aku yang pergi, ceraikan aku.” Aina berlalu, ia hanya bisa menatap bahu Aina yang berguncang berjalan menjauh.

“Mas ....” Elea menahannya, ia tidak bisa mengejar Aina yang pergi dengan membawa amarahnya.

***

Tangis terus membanjiri wajah Aina, hatinya sakit mendapati kenyataan ini. Tapi ia tidak boleh kalah, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan suaminya.  

Pikiran kalut membuatnya ingin buru-buru sampai ke rumah. Polusi jalanan akan membuatnya semakin merasa stres dan tertekan. Apa karena ia lama memiliki seorang anak, jadi Mas Abraham memilih untuk berselingkuh dengan sekertaris di kantornya?

Entahlah, semua ini seperti susunan berantakan bagi Aina.

Sampai di rumah, tempat yang pertama kali ia tuju adalah kamar mandi. Ia merasa sangat kotor dengan tubuhnya. Ia jijik, bagaimana bisa ia membiarkan laki-laki lain menyentuh tubuhnya.

“Ya Tuhan aku berlindung di bawah takdirmu, hari ini aku merasa begitu kotor. Hari ini tolong ijinkan aku menulis kisahku sendiri, kisah yang tanpa ada Mas Abraham dan istri mudanya di dalamnya. Aku ingin hidupku berjalan sesuai dengan yang aku impikan selama ini.”

***

“Elea, aku pulang dulu, ya.” Abraham setelah mengantarkan istri mudanya.

“Iya, Mas. Ingat ya, aku tidak mau kamu menyentuh Mbak Aina lagi. Tiga tahun dan selanjutnya, kamu tidak boleh menyentuhnya.”

“Hemm.”

“Ingat, Mas. Kamu sudah berjanji akan menceraikan Mbak Aina saat pernikahan kita terungkap.”

“Iya, Elea. Kamu tenang saja.”

Abraham mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebisa mungkin ia harus berbicara dengan Aina. Ia tidak mau jika Aina sampai melakukan hal nekat. Ia tidak mau kasus pernikahannya dengan Elea menghancurkan karirnya.

Dari lantai atas Aina bisa melihat suaminya pulang. Seperti yang Marni katakan, Aina adalah wanita cerdas. Ia sudah mengunci semua pintu dari dalam. Satpam juga sudah ia suruh untuk menutup gerbang dan tidak perlu membukanya saat suami jah*namnya itu pulang.

Dari sana ia bisa melihat, suaminya marah marah. Tapi satpam rumahnya akan tetap taat dengan perintahnya. Tiba-tiba ....

“Apa itu? Pistol!” Aina membekap mulutnya kuat-kuat. Apakah selama empat tahun pernikahannya ini ia telah salah menilai suaminya itu?

Satpam terpaksa membukakan gerbang karena takut nyawanya akan melayang di tangan Abraham.

Dada Aina bergemuruh. Segala doa ia rapal agar laki-laki itu tidak bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak mau berurusan dengan pria yang sudah begitu tega membuatnya seperti pelacur.

Segala perasaannya terkikis sudah, cinta dan kerinduan yang menggebu sirna tak bersisa. Yang tersisa hanya kebencian. Aina membenci Abraham, ia tidak sudi berurusan dengan laki-laki seperti dia lagi.

“Aina!”

“Aina buka pintunya!” seruan itu terasa seperti petir bagi Aina. Tidak ada kelembutan, menakutkan. Mengerikan.

Lagi, ia tidak bisa membendung Air mata yang mengalir begitu deras. Meski sudah cukup lama ia menyiram kepalanya di kamar mandi, tetap saja bayangan mengerikan serta fakta mengejutkan terus saja mengusik hatinya.

“Aina!” Laki-laki itu tidak menyerah, Aina bisa mendengar suara pintu depan yang sedang didobrak. Tapi itu tidak akan berhasil, dengan bantuan asisten rumah tangganya, Aina meletakkan meja yang terbuat dari kayu jati di belakang pintu.

“Aina, maafkan aku! Aina! Aku membiarkan laki-laki itu menyentuhmu karena aku tidak tega melihatmu terus meminta. Aku tidak bisa memberikannya padamu karena aku sudah berjanji pada Elea, bahwa aku tidak akan pernah menyentuhmu lagi sebagai syarat aku bisa menikahinya. Aku mohon, maafkan aku Aina!”

“Pergi!” Suara Aina bergetar.

“Jika kamu tidak mampu mengingkari janjimu dengan wanita itu, tapi ingat kamu telah ingkar dengan janji suci yang kita ucapkan di hadapan Tuhan, di hari pernikahan kita!” Aina terluka. Ia marah. Bagimana bisa ia menikah dengan pria seb*d*h Abraham.

“Aina aku bersalah, maafkan aku. Terimalah Elea sebagai adik madumu.”

Aina tidak habis pikir, bagaimana laki-laki itu dengan tidak tahu malunya meminta agar dirinya menerima wanita sundal itu menjadi adik madunya?

Cih! Itu tidak akn pernah terjadi.

“Sampai dunia ini hancur sekalipun, aku tidak akan pernah mau menerimanya. Lebih baik kamu pergi. Atau aku akan menelpon polisi dan membuat perusahaanmu hancur jika kamu tidak segera pergi,” ancamnya. Ia tidak main-main dengan ancaman itu.

“Aina ....” Ia bisa mendengar suaminya lirih.

“Dengar, aku akan ajukan gugatan cerai ke pengadilan. Jangan mempersulit prosesnya, atau perusahaanmu yang akan menjadi taruhan.” Aian kembali ke kamarnya tanpa memperdulikan suaminya yang terus berteriak memanggil namanya.

Tunggu episode selanjutnya ....

Nafkah Batin SewaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang