Segala sesuatu tidak semuanya harus berawal bahagia. Tetapi akhir yang bahagia terkadang justru berasal dari awal yang menyakitkan
🌄
"Gila Vanya, tadi tuh keren banget!" kata Feby sambil menepuk bahuku yang tiba-tiba datang dari arah pintu
"Sumpah ya, gua denger lu nyanyi tadi kayak bukan lu tau ga! Padahal kita dengernya juga bukan dari aula tapi udah segitu bagusnya, gimana kalo kita semua nonton bareng disitu. Ya, walaupun lagu Indonesia Raya itu udah sering banget gua denger dari jaman gua SD, tapi yang tadi... keren abis!!! Bangga kita punya sahabat berbakat kayak lo!" ucap Regi panjang lebar
Hari ini, di kampus, ada acara wisuda. Aku yang baru lulus semester 3, mendapatkan kesempatan untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Menjadi orang yang masuk di jurusan keperawatan, aku tidak sama sekali keberatan jika diundang dan disuruh tampil membawakan sebuah lagu. Sebab papaku sendiri adalah produser musik juga penyanyi terkenal di masanya, membuatku sedari kecil sudah berteman dengan nada dan irama.
"Udah ya, jangan puji gua terus, nanti gua terbang. Kalo gak bisa balik ke bumi lagi gimana? Kalian mau tanggung jawab?" balasku yang sudah tidak bisa berkata-kata apa pun lagi karena dipuji habis-habisan oleh mereka
"Tapi emang ya yang namanya Bintang Vanya Galaxia itu patut diapresiasi!" tambah Dian
Perkenalkan. Dian Ayu Lestari, Febriyanti, dan Regi Melati Fauziah adalah sahabat-sahabat yang selalu setia menemaniku dari kita memakai seragam putih abu-abu. Maaf, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perawakan mereka secara rinci, karena mereka sendirilah yang memilih untuk tidak dituliskan. Kalau soal karakter mereka? aku harap kalian bisa paham dengan sendirinya nanti sembari membaca cerita ini sampai akhir. Tentang bagaimana perawakanku? Tenang saja, nanti di bagian tengah menuju akhir dari cerita ini akan ada yang menjelaskannya kok!
Masuk di universitas ini adalah dambaan kami semua. Ya walaupun, di sini kami mengambil jurusan yang berbeda sesuai minat juga cita-cita yang akan kami bangun nantinya. Meskipun ini bukanlah universitas negeri yang terkenal di kalangan masyarakat, tetapi kami bangga menjadi bagian dari sini.
Sukses tidak harus lulus dari universitas negeri yang terkenal bukan?
"Kantin yuk! laper nih!" ajak Regi
"Ayo lah. Acara ini kan bukan acara kita, dan bukan angkatan kita juga. Jadi untuk apa kita di sini berlama-lama? Mending isi perut dengan makanan!" lanjut Dian dengan semangat 45
"Eh bentar-bentar, gua belum selesai beres-beres nih. Kalian mah kalo urusan makanan pasti nomor satu!" ucapku
"Ah lama deh, udah laper banget nih! Kita duluan aja deh ya, nanti lu nyusul!" kata Regi
Itulah sahabatku. Untuk urusan melakukan kewajiban ke diri sendiri, yaitu memberikan asupan ke dalam perut, mereka tidak akan menyia-nyiakan satu detik pun. Dan alhasil, mereka semua berangkat terlebih dahulu ke kantin, meninggalkan diriku yang kerepotan membawa barang banyak berisi baju ganti dan alat make-up. Dengan memakai satu set kebaya full, sepatu heels, juga riasan tebal seperti ini, tidak mungkin aku pergi ke kantin begitu saja. Bisa jadi tontonan orang lain jika tidak berganti baju sama sekali.
Setelah menghapus riasan dan berganti pakaian, aku menyusul sahabat-sahabatku yang lain. Sambil berjalan di lorong kampus menuju kantin, aku selalu mengecek apakah masih ada yang tertinggal ataupun tidak. Setelah dipastikan semuanya lengkap dan tidak ada yang tertinggal, ada seseorang yang keluar dari bilik pintu, dan tiba-tiba...
GUBRAKK....
Seorang laki-laki yang tingginya sedikit jauh dariku, menabrak tubuhku dengan cukup keras dan berhasil membuat tas yang aku bawa terlempar. Untung saja, tas itu sudah aku tutup dengan baik, jadinya tidak ada yang tercecer ke lantai. Aku buru-buru mengambil tasku dan melihat siapa orang yang telah menabrakku sampai aku sendiri pun ingin terjatuh. Dan betapa gilanya manusia satu ini. Dia tadi telah menabrak seorang wanita sampai barang yang dibawanya terlempar. Namun dia hanya memperhatikanku, dengan mulut yang tidak tahu mengucapkan kalimat apa, juga dengan wajah yang ketus dan dingin, menatap sinis. Lalu tidak ada kata maaf sedikit pun, dia langsung pergi dari hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUPILIH HATIMU UNTUK YANG KEDUA
Jugendliteratur"Katakan bahwa kamu mencintaiku!" "Tidak akan!" "Kenapa? Apakah selama ini aku salah mengira kalau kamu mencintaiku? Atau selama ini aku salah sangka kalau perbuatan baikmu itu merupakan bentuk cinta?" "Kamu dan dugaan kamu tidaklah salah. Aku hanya...