Jadikan rasa sakit itu sebagai pengalaman, bukan sebagai trauma yang mendalam
🌄
"Vanya, aku jatuh cinta kepadamu bahkan sejak pertama kali kita bertemu, apakah kamu bersedia menjadi pacarku?"
Buku pelajaran yang sedang aku genggam terjatuh ke lantai saat mendengar kalimat itu. Pasalnya, ada seorang laki-laki yang menyatakan cintanya langsung di hadapanku tepat di tengah-tengah lapangan sepak bola. Dia. Orang yang aku kenal sewaktu kegiatan haiking kurang lebih satu bulan yang lalu. Dia yang aku kenal karena sama-sama anggota kelompok satu. Dia yang memberikan jaket tebal berwarna hijau army karena udara dingin yang mulai menusuk tulang-tulangku. Orang itu adalah Rizal.
Ya, dia adalah Rizal Agraha!
Aku tidak menyangka ternyata perhatian yang dia berikan selama kegiatan haiking berlangsung adalah bentuk rasa cintanya kepadaku.
Dengan beberapa tangkai bunga mawar merah dan berlutut di hadapanku, dia melakukan adegan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, dia menyatakan perasaannya tepat di tengah lapangan gedung utama kampus sehingga semua orang dapat menyaksikannya, bahkan para dosen yang sedang melintas pun, melihat adegan ini walau hanya sekilas. Sahabat-sahabat aku juga sepertinya terkejut melihat apa yang dilakukan Rizal ini.
"Terima terima!"
Sorakan semua mahasiswa yang melihat kejadian itu semua terdengar sangat keras, seolah-olah mendukung Rizal. Dan ketika aku menoleh ke arah sahabatku, mereka semua menganggukkan kepalanya dengan semangat yang berarti tanda setuju.
Bingung, gugup, terkejut, semuanya menjadi satu.
Tuhan, aku harus apa?
"Maaf Rizal, aku gak bisa. Jika kamu tanya alasannya, tanyakan saja pada sahabatku ini!"
Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutku
Mengambil beberapa buku yang terjatuh dari genggaman, dan langsung bergegas berlari keluar gerbang kampus. Dan secara kebetulan, ada taksi yang baru saja selesai mengantarkan salah satu dosen ke kampus ini, jadi aku langsung bisa menaiki taksi tersebut untuk secepatnya pergi dari sini.
Sorry, gua mau pulang. Bilangin sama dosen, gua ijin hari ini!
Sent
Terkirimlah pesan itu di grup chat kita berempat
Hari ini adalah hari pertama ajaran baru dimulai. Dan baru saja hari pertama, aku langsung absen tidak masuk kelas. Tidak peduli jika persentase kehadiran tidak mencapai 100%, tidak peduli jika aku ketinggalan beberapa pelajaran. Karena percuma jika aku mengikuti kelas nanti, aku tidak akan bisa fokus memikirkan hal barusan.
Setelah memberitahu alamat rumahku kepada sang sopir taksi, aku hanya bisa menatap jendela mobil di sebelahku dengan tatapan kosong. Pikiranku sedang melayang bebas tak tahu ke mana arahnya. Hingga tanpa aku sadari, mobil ini pun sampai di sebuah rumah yang aku tempati dari aku lahir sampai saat ini.
Membayar jumlah tarif yang seharusnya dibayar, langsung masuk ke kamar, dan menyalakan handphone yang sengaja aku matikan selama perjalanan tadi. Ternyata sudah banyak pesan yang masuk dan beberapa panggilan tak terjawab. Dan Regi membuka percakapan di grup chat.
Regi
Kenapa lu gak terima Rizal aja sih?
Dian
Iya Van, bener apa kata Regi. Menurut gua, Rizal orangnya baik kok!
Hanya aku read pesan dari mereka, tak ada niatan sedikit pun untuk membalasnya. Selang tak berapa lama, ada pesan baru masuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUPILIH HATIMU UNTUK YANG KEDUA
Teen Fiction"Katakan bahwa kamu mencintaiku!" "Tidak akan!" "Kenapa? Apakah selama ini aku salah mengira kalau kamu mencintaiku? Atau selama ini aku salah sangka kalau perbuatan baikmu itu merupakan bentuk cinta?" "Kamu dan dugaan kamu tidaklah salah. Aku hanya...