Koh Hendra adalah sosok yang terkenal di kantornya, terutama di devisi pemasaran, dimana ia bertugas sebagai manajer di devisi itu. Orang-orang selalu terpukau oleh tampangnya yang tampan dan maskulin, dengan badan berotot seperti karakter pahlawan-pahlawan dari komik, bedanya tubuh koh Hendra lebih montok lagi, pantat, dada, dan lengannya sampai nepak dengan kentara dari balik seragam kantornya yang rapi, tentu saja badan itu terbentuk karena kedisiplinan koh Hendra, yang tiap pulang kantor pasti pergi fitness. Citra penuh martabatnya serta penampilan klimisnya tersebut, membuat para cewek yang bekerja disana klepek-klepek dengan dirinya, membuat pria lain yang ada di kantor pada cemburu.
Walau begitu, semua rekan kerjanya juga segan dengan dirinya, sebab koh Hendra bukan hanya keren secara fisik saja, ia adalah sosok manajer yang handal, walau memiliki karakter yang serius dan pendiam, ia tahu cara berkomunikasi dengan bawahannya secara tepat, ia juga sangat bijaksana dalam memilih keputusan, program dan kebijakan terkait pemasaran selalu di tangani dengan cermat oleh koh Hendra.
Koh Hendra adalah tipe pekerja yang mengerahkan yang terbaik untuk pekerjaannya, oleh karena itu ia sudah menjabat sebagai manajer pemasaran selama 4 tahun, di salah satu perusahaan yang bergengsi, dan kemungkinan akan di promosi dalam satu atau dua tahun kedepannya. Pedahal umur koh Hendra baru menginjak 38 tahun, dan kebetulan ia akan berulang tahun di hari senin nanti, bisa dikatakan ia sudah berumur 39 tahun, bila di bandingkan dengan umur manajer lain, koh Hendra termasuk cukup cepat dalam pencapaiannya selama ini.
Kejelian koh Hendra membuat orang yang kurang senang dengan dirinya, tidak mendapatkan celah untuk merendahkan dirinya, bahkan atasannya sekalipun tidak tahu bagaimana cara untuk mengusik harga diri koh Hendra, yang terlihat sesuai dengan bentuk tubuhnya, sangat tinggi dan perkasa.
Atasan koh Hendra yang menjabat sebagai manajer adalah seorang direktur, yang dimana bertanggung jawab dalam mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manajer), nama beliau adalah Rusli. Pak Rusli sangat tidak menyukai koh Hendra, sebab dirinya yang berhidung belang tidak bisa menerima, bahwa hampir semua karyawan perempuan yang masih lajang, pada bucin mengejar-ngejar koh Hendra. Membuat pak Rusli tidak memiliki kesempatan sedikit pun untuk menggoda, dan bermain-main dengan mereka.
Dan yang memiliki perasaan yang sama dengan pak Rusli juga banyak, bahkan hampir semua karyawan pria, termasuk para OB juga. Mereka para pria yang bekerja di devisi pemasaran, bahkan harus lebih sabar lagi menahan rasa cemburu mereka. Setiap hari mereka berada di satu ruangan yang sama, dengan manajer mereka yang selalu sempurna itu, di tambah lagi harus terus menyaksikan koh Hendra yang berbadan besar dan kekar itu, selalu di kerumuni cewe-cewe di kantor.
Di jam makan siang para wanita akan berbasa-basi, bertanya apakah koh Hendra mau makan di luar hari itu, namun seperti biasa koh Hendra menolak dengan dingin, sebab ia sudah bawa bekal. Sedangkan di jam kerja beberapa bawahan perempuannya akan sengaja datang, untuk bertanya akan omong kosong, yang kemudian beralih ke pembicaraan tidak penting, dan lagi-lagi pembicaraan akan segera di tutup oleh koh Hendra dengan dingin.
Cara koh Hendra yang dengan angkuh dan tanpa basa-basi menolak para cewek, namun tetap di kejar-kejar oleh mereka, membuat kaum pria di kantor merasa sangat panas! Sok sekali koh Hendra, pikir mereka membayangkan bila mereka yang ada di posisi koh Hendra, mereka akan meladeni cewek-cewek manis itu dengan hangat, tidak seperti manajer mereka yang berlagak sok suci dan penuh martabat.
Hari itu sudah menunjukan pukul 16:00 WIB, di tengah-tengah kesibukan mendekati jam pulang, salah satu karyawan muda di devisi pemasaran, yang bertugas sebagai salah satu tim marketing, di minta oleh asisten koh Hendra, untuk bicara dengannya. William pun berjalan menuju meja koh Hendra, yang berada di ujung tengah-tengah ruangan.
"Kamu tau mengapa saya panggil kamu kesini?" Tanya koh Hendra dengan suaranya yang berat dan dalam kepada bawahannya itu, dengan nada khas pria jantan yang berkharisma.
"Sa-saya kurang tau koh." Jawab William kikuk, terdengar ragu.
"Benar kamu yang bertanggung jawab sama PT. Hype Retail?"
"Iya benar koh, saya yang kemarin datang menemui pihak mereka."
"Baik kalau begitu saya langsung ke inti permasalahannya saja, jadi begini tim dari PT itu, mengatakan kepada saya akan janji-janji dari marketing perusahaan, yang dimana tidak ada di dalam struktur yang telah disusun oleh saya. Kenapa kamu ga bicarakan dulu sama saya?"
"Maaf pak, tapi saya kira perusahaan bisa fleksible akan hal itu."
"Bisa saja fleksible, tapi itu kalau pendapatan per-tahun lebih tinggi dari jumlah yang di tentukan, tapi tahun ini ngga seperti itu, makanya sebelum membuat janji-janji yang riskan biasanya tim marketing lapor dulu ke saya, ngerti?"
"Ngerti pak."
"Sekarang mereka sudah deal dengan kita melalui kamu, tapi kalau ujung-ujungnya mereka merasa kena tipu oleh kita, bagaimana coba? bila janji yang kamu janjikan ke mereka saya tepati sekarang, sudah pasti pencapaian omset akan terganggu, dan pastinya ngga akan di ijinkan oleh direktur."
William terdiam, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membenah tindakan gegabahnya kemarin, di saat otaknya kosong ia malah teralihkan dengan dada montok koh hendra yang terbungkus ketat oleh kemeja kerjanya, di tambah lagi puting susu koh Hendra menjiplak dari balik kemeja putihnya yang tipis, bayang-bayang puting coklatnya terlihat kentara, walau samar-samar tapi tetap terlihat jelas dari balik kain putih kemeja itu.
"Bagini saja, kamu janjikan saja ke mereka kalau perjanjian yang kamu janjikan bisa di terapkan dua atau tiga bulan ke depan, tapi kamu harus bisa capai target dua kali lipat di banding rekan marketingmu yang lain dalam kurun waktu itu, supaya bisa nutup kerugian yang kamu buat. Nah tapi kalau tidak sanggup, yah kamu akui kesalahanmu secara pribadi tanpa membawa nama perusahaan, dan kalau mereka mau batal, kamu urus surat-suratnya secara discreet saja."
Mata William yang tadi teralihkan, kini kembali menatap mata koh Hendra, mereka berdua sama-sama berketurunan tionghoa, dengan bentuk mata yang berbeda.
Mata William lebih bulat dengan garis kelopak mata yang dalam, sedangkan mata koh Hendra, lebih sipit dan runcing tanpa garis kelopak mata. Kedua mata mereka pun saling bertemu, namun karena tajamnya tatapan koh Hendra, William tidak sanggup terus beradu mata. William hanya bisa menunduk, kembali melihat ke arah puting besar koh Hendra, sambil berpikir akan apa yang bisa ia lakukan."Akan saya usahakan bisa capai target dua kali lipat pak, terima kasih." Ucap William mengundurkan diri, lalu kembali ke mejanya. Walau masih optimis dengan pekerjaannya, William sekaligus juga merasa jengkel dengan kesalahan dirinya sendiri. Namun membayangkan pandangan koh Hendra tadi menambah rasa gundah di hati William, ia sangat benci dengan rasa inferior, yang timbul gara-gara koh Hendra yang sangat dominan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Target di Kantor
General Fictionkoh Hendra adalah tipikal pria yang dominan, badannya tinggi kekar, karakternya dingin dan serius. ia juga di kejar² banyak wanita di kantor, membuat karyawan pria yang lain pada iri, apa yang akan di lakukan mereka terhadap koh Hendra? -mengandung...