Hanya dengan menonton pak Rusli meremas-remas bongkahan pantat milik koh Hendra saja, William sudah sangat terangsang. Dari balik celana kerjanya, rudal besar itu ngaceng sampai berkedut-kedut, dan kini pak Rusli bahkan bertindak semakin jauh, hal yang dilakukan pak Rusli saat ini membuat William hampir mimisan saja.
Tangan kiri pak Rusli merogoh masuk kedalam celana koh Hendra, sedikit kesusahan karena celana itu cukup sempit, kemudian pak Rusli mencoba meraih lobang koh Hendra yang terletak di antara belahan pantatnya yang sangat besar itu, kemudian setelah berhasil merasakan anus keriput tersebut, pak Rusli pun langsung menyerang! Koh Hendra hampir ambruk rasanya, ketika merasakan jari pak Rusli mengobel anusnya dengan cabul.
"Hmpphh... ngghh... hah..."
koh Hendra sudah semakin tidak kuat di buat pak Rusli, bibirnya hampir tak sanggup menahan desahan dan rintihan, Winda yang mendengar itu menoleh ke atas, menatap wajah koh Hendra yang sudah semerah tomat itu."Koko... ga enak badan ya koh?"
Koh Hendra benar-benar tak berani menatap mata Winda, dengan tatapan menatap lurus kedepan, koh Hendra berusaha menjawab."I-iya... mung-mungkin gara-gara kepanasan... ka-kamu ti-tidur aja, koko ga-gapapa kok."
koh Hendra mencoba membuat Winda untuk kembali tidur sambil bersandar di dadanya lagi, soalnya ia takut kalau Winda bakal sadar akan gundukan pada selangkangannya, pasti terlihat jelas sekali kalau ia sedang ereksi.
Sebetulnya Winda sadar, toh ia cuma pura-pura tidur. di dalam hatinya Winda menganggap koh Hendra pasti ngaceng gara-gara dirinya, yang sedang mendekap ke tubuhnya, pedahal nyatanya koh Hendra ngaceng gara-gara pak Rusli yang sedang sibuk mengobel-ngobel silitnya.
*bnyek bnyek bnyek bnyek...Anus koh Hendra terasa lumayan licin di jari pak Rusli, mungkin karena keringatnya koh Hendra, semakin di korek, semakin lembut anus itu jadinya, bahkan sesekali anus itu menyedot jemari pak Rusli di saat empot-empotan keenakan. Sebetulnya pak Rusli merasa sedikit geli, tapi lagi-lagi merendahkan harga diri koh Hendra terasa sangat memuaskan, lagi pula pak Rusli merasa anus itu rasanya tak begitu berbeda dengan memek PSK yang biasa ia mainin, dan yang paling penting pak Rusli bisa melihat koh Hendra yang sangat di agungkan itu, sedang kewalahan demi menjaga martabatnya, ia mati-matian berusaha untuk tetap tenang di depan Winda dan William. Hati pak Rusli sungguh terhibur, rasa dongkol tadi pun sedikit demi sedikit sirna, tergantikan oleh rasa kemenangan.
Sedangkan di samping pak Rusli, William yang semakin sange itu mulai menggosok-gosok kontolnya sendiri, kontol berkulup itu menggunung dengan sangat kentara, pak Rusli sedikit terkejut melihat celana yang menenda itu. 'Besar juga punya si nak William ini... koh Hendra pasti tambah sange kalau tahu William juga punya kontol yang besar.'
Mengikuti ide yang muncul di dalam benaknya, pak Rusli menggenggam lengan kekar koh Hendra, dan lalu ia arahkan telapak tangan koh Hendra pada gundukan kontol William. Hati koh Hendra seketika berdesir ketika merasakan sesuatu yang tidak asing pada tangannya, awalnya ia sempat mengira kalau gundukan hangat itu milik si pak Rusli, namun posisi tangannya di arahkan jauh ke samping.Penasaran dengan apa yang di lakukan pak Rusli, koh Hendra pun mengintip dengan sedikit menoleh ke belakang. Ia tertegun ketika sadar bahwa gundukan yang sedang ia genggam rupanya milik William, dan tentu saja koh Hendra suka sekali... namun ia juga merasa tercekam dengan fakta bahwa ia sedang sange dengan bawahannya sendiri. Koh Hendra baru saja di lecehkan oleh atasannya dan kini ia juga bakal di lecehkan oleh bawahannya sendiri, harus serendah apa lagi kondisi yang akan ia terima? Namun walau gengsinya setinggi gunung, lagi-lagi koh Hendra kalah dengan nafsu terpendamnya. Tangan koh Hendra pun mulai mengelus-ngelus kontol milik William, ia tidak peduli lagi dengan tatapan heran William terhadap dirinya, pada saat itu yang ada di pikiran koh Hendra hanya... kontol.
William bingung dengan manajernya itu, ia terlihat sangat tertekan dan malu, namun tangannya tak berhenti mengelus-ngelus kontol milik William. Gerak-geriknya seolah-olah tidak sinkron dengan isi otaknya, dan hal itu ntah mengapa... malah membuat libido William mengalir semakin deras! 'Gue yakin kalau koh Hendra pasti gengsi sekali, tapi karena saking sukanya dia sama kontol... dia sampai ga bisa nolak, bahkan malah menikmati.' Dengan niat ingin menjerumuskan koh Hendra semakin dalam menuju kejujuran, William pun menurunkan resleting celananya dan kemudian mengeluarkan kontolnya.
Dengan gelagapan koh Hendra meraba-raba kontol yang kini sudah bebas dari sangkarnya, kontol berkulup itu terasa hangat, juga sangat besar, panjang dan tebal, kurang lebih mirip dengan milik pak Rusli, namun dengan bentuk yang berbeda. Kontol William menjulang tegak lurus dan di lengkapi dengan kepala kontol yang bulat dan besar, bisa di bilang kontol itu berbentuk mirip lobak.
Koh Hendra pun mulai mengocok kontol itu dengan gemas, dan William dengan sangat senang mendongak kenikmatan. Pak Rusli mendengus sambil geleng-geleng melihat tingkah murahan koh Hendra, selama ini koh Hendra paling sering menceramahi William, baginya William yang paling gegabah, namun sekarang ia malah keasyikan bermain dengan kontol milik bawahannya itu.
Roda berputar dengan sangat mudah, pikir pak Rusli... ia pun menambahkan satu jari lagi ke dalam liang silit koh Hendra, dengan nakal pak Rusli semakin cepat mengobel anus itu!
"AHHHH..."
Koh Hendra sontak menjerit dengan feminim, Winda tentu saja kaget dengan suara lengkingan koh Hendra, dan langsung menoleh melihat wajahnya. Koh Hendra segera menutup mulutnya dengan tangan kanan, ia lupa bahwa Winda sedang bersandar di dadanya, dan ia malah keceplosan mengeluarkan suara manja! tapi mau bagaimana lagi, jemari pak Rusli berkali-kali terus menghujam prostatnya dengan sodokan yang kuat, kaki koh Hendra sampai gemetar di buat pak Rusli.Gara-gara pak Rusli kocokan tangan koh Hendra menjadi tak karuan, dan William pun mengambil alih, ia menahan genggaman koh Hendra dengan kedua tangan, dan lalu memaju-mundurkan kontolnya pada telapak tangan koh Hendra yang sudah licin oleh precumnya.
Lalu tak lama kemudian William mulai tak sanggup lagi menahan rasa nikmat pada batangnya, begitu pula dengan koh Hendra, rasa orgasme dari jari pak Rusli yang semakin cepat mengobel lobangnya terasa semakin hebat! Dan serasa terbang di atas awan... William dan koh Hendra pun mencapai klimaks.
Tubuh kurus William menggelinjang hebat selagi menembakkan pejuh. Bagian belakang rok kerja Winda sampai terkena tembakan pejuh William yang muncrat tak terkendali, untung saja ia tidak sadar sama sekali.
Sedangkan koh Hendra sudah lupa untuk menahan suara rintihan manjanya, dengan nafas berat ia terus mendesah-desah merasakan getaran nikmat ejakulasi.
"Hngghh... mphh... nghh...."
Koh Hendra muncrat banyak sekali... Sperma merembes basah dari balik celananya sampai tumpah-tumpah mengotori lantai lift, dan badannya yang tinggi itu hampir saja jatuh gara-gara kelojotan dengan hebat. Winda sampai melompat ketakutan, ia pikir koh Hendra ini mungkin sedang keserupan. Melihat itu pak Rusli pun tersenyum lebar, ia merasa sangat puas dan bangga dengan apa yang sudah ia sebabkan.Dan tepat pada saat itu elevator pun hidup kembali, William dengan buru-buru segera menyelipkan kontol putihnya itu kembali ke dalam celana. namun apa daya dengan koh Hendra? tidak mungkin bisa mengeringkan celana yang basah dalam sekejap, koh Hendra panik setengah mati! sedangkan lift sudah melewati lantai delapan dan *TING! mereka pun tiba di lantai sembilan dan pintu lift terbuka lebar.
Koh Hendra sempat berencana untuk menghindari orang-orang, dan segera menyelinap ke WC di saat ia tiba di lantai kerjanya. Namun mereka malah di kerumuni keramaian para kolega yang sudah heboh sedari tadi, di saat mendengar kabar ada kolega-kolega mereka yang terjebak di dalam lift rusak.
Koh Hendra hanya mampu berdiri termangu, dengan wajah pucat pasi, berharap ia tak kasat mata pada saat itu. Sedangkan William yang sudah selesai merapikan celananya hanya pura-pura bodoh, seolah-olah tidak ada yang terjadi, dan pak Rusli masih tersenyum tenang, di dalam hatinya ia berbisik... 'Mampus lu koh Hendra.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Target di Kantor
General Fictionkoh Hendra adalah tipikal pria yang dominan, badannya tinggi kekar, karakternya dingin dan serius. ia juga di kejar² banyak wanita di kantor, membuat karyawan pria yang lain pada iri, apa yang akan di lakukan mereka terhadap koh Hendra? -mengandung...