Terjebak Di Lift (Part 01)

12.5K 216 2
                                    

Sekarang lift sempit itu di isi oleh 4 orang, Winda, William, koh Hendra, dan lalu pak Rusli. Ketika melihat pak Rusli, kedua kaki kekar nan-gempal milik koh Hendra langsung terasa lemas, sontak anusnya berkedut ketika teringat kejadian semalam, ia bahkan tak sanggup untuk menyapa pak Rusli, pedahal sudah lumrahnya bagi semua bawahan untuk menyapa atasannya, apalagi jabatan orang itu adalah seorang direktur.

Sedangkan William yang tahu akan kejadian semalam, hanya mampu megangguk kepada pak Rusli, dan pak Rusli membalas dengan senyum lebar, senyuman itu seolah-olah berkata 'Gimana video semalam? Mantap? Bikin ilfil kan?'

Alhasil orang yang mampu menyapa pak Rusli dengan sewajarnya di dalam lift itu hanya Winda seorang.

Seolah-olah pagi itu masih belum cukup sial, ketika lift melaju menuju lantai sembilan, tiba-tiba lift itu macet! guncangan di dalam lift itu membuat semua orang kaget, terutama Winda.
"Ahh!"
Winda menjerit kecil.
"Aduh... gimana ini koh Hendra."
Ntah mengapa ia hanya bicara dengan koh Hendra saja, seolah-olah William dan pak Rusli tidak ikut terjebak di dalam lift.
Pak Rusli yang cemburuan itu ingin rasanya membuktikan diri bahwa ia lebih berguna.

"Te-." namun di saat baru saja dirinya mau bicara, koh Hendra duluan menjawab.

"Tenang aja, kita bisa hubungi operator gedung dari tombol speaker." Seperti biasa koh Hendra selalu bisa di dandalkan, sedangkan pak Rusli hanya bisa menahan rasa dongkolnya.

Koh Hendra pun berpindah ke depan untuk menekan tombol merah, yang terletak di pojok bagian atas tombol-tombol lantai. Di saat lift mati, semua tombol di dalam lift juga ikut mati, kecuali tombol speaker untuk panggilan darurat.

"Halo, bisa dengar suara saya? lift utama dari lobby mati, Halo?"

"Iya pak, kami bisa dengar suara bapak, baik pak kami akan segera kirimkan teknisi instalasi elevator untuk mengecek sumber masalah, bagi yang berada di dalam lift, mohon untuk tetap tenang."
Walau pihak informasi sudah berkata begitu, tetap saja sulit rasanya untuk benar-benar tenang.

"Wah, kok bisa mati ya, semoga bukan gempa atau kebakaran." Ucap William yang dimana membuat Winda merasa semakin takut, dari gerak-gerik Winda pak Rusli dapat melihat ia sedang panik, dan di saat pak Rusli hendak mencoba untuk mengambil hati Winda.

"Se-."
Namun lagi-lagi kesempatannya itu di potong oleh koh Hendra yang polos.

"Seharusnya bukan Will, kalau gempa atau kebakaran, lift bakal bergerak turun ke lantai dasar."

Setelah mendengar informasi dari koh Hendra, Winda merasa sedikit lebih tenang, nafasnya pun terdengar lebih stabil dibanding tadi. Dan pak Rusli semakin naik pitam saja di buat koh Hendra, dengan insting leadershipnya yang kuat, tanpa sadar koh Hendra dari tadi terus mengambil kendali dari pak Rusli atasannya. pak Rusli sontak menjadi semakin kesal saja dengan koh Hendra.'Sok tau sekali lagatnya, masih bisa-bisanya bertingkah kesatria, pedahal toh cuma banci kekar doang lu.' Pak Rusli ngedumel di dalam hatinya yang dengki itu.

Di pihak lain, William malah merasa sedikit jengkel dengan Winda yang mendapatkan perhatian dari koh Hendra, pedahal selama ini ia juga iri dengan koh Hendra, namun gara-gara video yang di kirimkan pak Rusli, di pagi hari itu, yang di rasakan William malah keterbalikannya.

Sudah cukup lama juga lift berhenti, ntah kendala apa yang terjadi, hingga teknisi sangat lama untuk memperbaiki kemacetan yang terjadi. Semua orang sudah sangat lelah berdiri terus di ruangan lift yang sempit itu, terutama Winda yang sedang mengenakan sepatu dengan tumit yang tinggi, betisnya mulai terasa kebas.

"Auh... pegel sekali..."

"kamu, gapapa?"
Tanya koh Hendra yang khawatir dengan koleganya itu, dan perhatian itu membuat Winda berpikir jauh. 'Pedahal Koh Hendra biasanya sangat cool, namun di saat aku rapuh begini ia tiba-tiba menjadi perhatian dengan aku!' (Sebetulnya hanya rasa khawatir sebatas kolega, namun Winda malah baper.) Hal itu mengingatkan Winda dengan karakter pria di dalam drama-korea yang biasa ia tonton.

Target di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang