BAB 3

11K 1.1K 9
                                    

"Haaah" Nana menghela nafas panjang

Sudah 3 bulan lebih dia disini
Ia tidak tau cara kembali ke dunianya.

Tempatnya sekarang ini berbeda jauh dengan tempat nya yang dulu, tempat ini sangat kuno, tidak ada mobil, kereta, supermarket, gedung semuanya.

"Kapan gue bisa balik. Gue kangen tempat tidur gue!" Nana terus mengoceh tidak jelas

Hingga Eva dan anak anak lain menatap Nana dengan tatapan bingungnya

"Kenapa gue bisa nyasar kesini sih?!!"

Sekarang Nana tinggal dengan Ibu Ana, untungnya Ibu Ana mau menampung Nana yang tidak jelas asal usulnya. Ibu Ana adalah pemilik panti asuhan, Eva juga salah satu dari anak anak lain yang tinggal di panti Ibu Ana
Tidak banyak yang tinggal di panti ini, hanya ada 7 orang anak saja, itupun Nana sudah masuk itungan

"Kak, kakak sakit?" Tanya Eva khawatir melihat Nana terus memegangi kepalanya

"Hah? Oh enggak, aku hanya sedikit pusing" Nana tidak bohong, ia memang pusing di tambah frustasi dengan keadaannya sekarang

'SEHARUSNYA GUE GAK NGIKUTIN CAHAYA SIALAN ITU!!! '_Nana

Nana sangat ingin berteriak sekarang tapi ia tahan karna ini bukan rumahnya

"Nana bisa tolong bantu Ibu" Panggil Ibu Ana yang datang daru dapur

"Bisa. Bantu apa bu?" Tanya Nana

"Belikan bahan makanan. Lemari sudah hampir kosong" Ucap Ibu Ana sembari menyodorkan kertas catatan beserta sekantong uang

"Ooh. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu" Pamit Nana kemudian pergi ke pasar

........

"Sayur udah, daging juga udah, roti udah, oke yang lain juga udah lengkap, tinggal pulang deh" Nana mengecek satu satu barang belanjaannya agar tidak ada yang kurang

Tapi saat di perjalanan pulang ia tiba tiba teringat dengan hutan racun yang membawanya ke tempat ini

"Gue masuk kemari lewat hutan itu, seharusnya gue juga bisa keluar dari hutan itu! Tapi kenapa pas gue coba gak bisa?!"
Nana sudah pernah mencoba masuk ke hutan itu lagi tapi semakin dalam dia masuk maka akan semakin gelap dan semakin banyak pepohonan

Nana tidak bisa menemukan ujung dari hutan racun itu, ia sudah mencoba beberapa kali dengan bantuan Ibu Ana tapi tetap saja ia gagal
Hingga pada percobaan ke 17  ia tetap gagal dan memilih menyerah

"Atau mungkin gue salah jalan kali ya? Tapi kayaknya gak mungkin! Ya kali gue salah jalan sampek 17 kali! Kan gak lucu! Au ah gelap mending gue belik makanan biar keny-"

BRUK

"Njir!"

Ada sesuatu yang menabrak nya hingga Nana terjatuh dan barang bawaannya berserakan di mana mana, ia juga jadi pusat perhatian karna ini

"Aduuuh.. Pantat gue...."

Nana ingin bangun tapi ada sesuatu yang menimpanya dan saat di lihat ternyata ada seorang pria yang menimpanya bahkan ia memeluk Nana erat

'Njing! Ni orang udah nabrak bukannya minta maaf malah nimpahin gue! Mana sambil meluk lagi!'_Nana

"Permisi tuan bisakah anda menyingkir dari tubuh saya?" Nana mendorong tubuh itu pelan tapi bukannya di lepas pria itu justru memeluknya lebih erat dari sebelumnya hingga Nana merasa sakit di pinggangnya

'Njir ni orang meluknya gak main main! Pinggang gue sampek sakit anjir!'_Nana

"Tuan bisakah anda menyingkir? Dan tolong, sikap anda sangat tidak sopan pada saya, tuan" Nana kembali mendorong pria itu, tapi kali ini ia mendorong sedikit lebih kuat

Saat Nana memegang tangan pria ini ia baru sadar satu hal

'Ni orang dari tadi meluk gue sambil gemetar? Emangnya ada apa sih?'_Nana

Baru saja Nana ingin bertanya tiba tiba ada seorang pria datang sembari menodongkan sebuah belati ke arah pria yang sedang memeluk Nana tadi

"Ternyata kau disini. Kau sudah tidak bisa lari lagi!" Ucap pria itu sembari menyeringai

Kemudian Nana sadar dan wajahnya langsung berubah datar

'Oalah! Jadi karna ini toh! Gue kira kenapa'_Nana

Kemudian dengan sekuat tenaga Nana mendorong pria yang sedang memeluknya ini hingga terlepas

"Ck! Ganggu aja pun! Apa kau tau pinggang ku sangat sakit karena mu!" Kesal Nana

Nana bangkit dan mengumpulkan barang barangnya yang berantakan tadi
Sementara pria yang memeluk nya tadi masih meringkuk gemetar ketakutan di tanah

"Dan tuan apa kita punya masalah hingga anda menodongkan belati itu padaku?" Tanya Nana pada pria yang sedang memegang belati ini
Ia tau jika pria ini tidak menodongkan belati itu padanya tapi pada pria yang memeluknya tadi tapi tetap saja belati itu mengarah padanya bukan?
Intinya secara tidak langsung pria itu menodongkan senjata pada Nana juga

"Minggir lah jalang! Aku tidak ada urusan padamu!" Sarkas pria itu sambil mendorong Nana ke samping

"Hei coba ulang perkataan mu? Sepertinya aku salah mendengar sesuatu" Nana berjalan kembali ke tempat dia berdiri tadi, yaitu membelakangi pria yang memeluknya tadi

"Apa kau tuli?! Ku bilang menyingkir lah jalang!" Pria itu kembali mendorong Nana tapi kali ini Nana tidak terdorong, bahkan Nana tidak bergerak sama sekali

"Ah ternyata aku tidak salah dengar"

Nana menaruh kembali belanjaannya dan berjalan mendekat ke arah pria yang menodongkan belati tadi

"Hei pak tua! Kau tiba tiba datang dan langsung menodongkan senjata lalu kau berkata aku ini jalang? Heh gila" Nana terus berjalan mendekati pria itu sambil tertawa remeh

"Hei kau mau main main denganku? Kau ingin mati?" Tanya pria itu mengancam Nana, kini ia benar benar menodongkan belati itu pada Nana

"Mati? Heh kau sangat lucu!"
Tanpa babibu Nana langsung membogem pria yang ada di depannya ini hingga jatuh tersungkur
Semua yang melihat itu terkejut bahkan pria yang meringkuk tadi juga terkejut

"Huh kau sudah jatuh hanya karna satu pukulan? Betapa lemahnya dirimu" Nana menyeringai puas melihat pria yang mengatainya jalang ini jatuh tersungkur di hadapan orang ramai

"Dasar kau jalang!" Pria itu bangkit dan menyerang Nana balik
Tapi Nana dapat menghindar dengan cepat dan bahkan dia berhasil merebut belati yang ada di tangan pria itu

Nana membanting tubuh pria itu ketanah hingga terdengar suara retakan tulang







Me And My Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang