BAB 28

2.4K 200 25
                                    

Nana mengelap darahnya kasar

"Baru juga mulai" Kesal Nana, namun jujur saja pusing di kepala nya semakin menjadi jadi

'Masak tumbangnya sekarang sih? Masih seru padahal'_Nana

Entah sejak kapan dan bagaimana saat Nana berbalik, Felix sudah siap siaga di belakang Nana

'Kayak setan'_Nana

Percayalah itu bukan umpatan, namun memang Felix itu seperti setan yang suka muncul tiba tiba

Namun wajah pria itu tampak senang? Ia sedikit tersenyum
Nana kebingungan dan berbalik, di sana ia melihat para lawannya sudah tidak berbentuk

Nana melotot melihat nya, tubuhnya bergetar hebat lalu tak lama kemudian Nana langsung pingsan
Tubuhnya sudah dibatas akhirnya

"ADENA!!!"

.
.
.
.
.

"Ibu... Aku mohon bantu Nana" Adrian dan Atlas terus memohon pada sang ibu (Emira)

"Gue gak bisa, saat ini tubuhnya lagi menyerap sihir. Kalo tubuhnya tersentuh sihir, sihir itu akan keserap dan tubuhnya bisa meledak karna kebanyakan sihir" Emira juga sebenarnya sangat khawatir dengan cucunya itu, namun ia tidak mau melakukan sesuatu yang beresiko fatal

"Kau gila?! JADI KAU INGIN MEMBIARKAN NANA BEGITU SAJA?!" Teriak Felix marah
Pria itu mulai kehilangan kontrol dirinya

"Tidak mungkin tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nya. Pasti ada cara lain kan? Iya kan?"

Emira diam, ia tidak bisa menjawab Arsen

"Emira..."

"KATAKAN PASTI ADA CARA UNTUK MENYELAMATKAN DENA!" Rian semakin di serang panik karna keterdiaman Emira

Dan Lana? Wanita itu tengah menangis menatap sang putri yang sedang berada di ambang kematian

"Sayang... Kamu bilang kamu kangen mama kan? Ayok bangun sayang. Adena anak mama ayok bangun" Lana terus mengusap tangan Nana agar membuatnya hangat, karna tangan Nana yang perlahan tapi pasti mulai mendingin

Nana merasa ada seseorang yang tengah mengusap kepalanya lembut, sangking lembutnya sampai membuatnya tidak ingin membuka matanya

"Kamu bisa istirahat sekarang" Ucap orang itu, yang sepertinya seorang wanita

"Istirahat yang tenang ya"

Tidur Nana semakin nyenyak, kesadarannya sudah hilang sepenuhnya

.
.
.

Emira memeriksa kondisi Nana, wanita itu tiba tiba panik dan langsung melakukan pertolongan pertama
Semua yang ada di sana bukannya tidak mengerti maksud tindakan Emira itu

Namun sayang, pertolongan pertama itu sudah tidak berguna, Nana sudah tidak bisa di selamatkan

Kalo kata dokter indos**r apa?

Emira langsung mengecek kondisi sihir Nana, dan untungnya sihir itu masih ada sedikit, sangat sedikit namun masih bisa menjadi peluang untuk hidup Nana

Jujur saja sebenarnya Emira menunggu tubuh Nana mati agar ia bisa menggunakan sihir untuk membantunya
Karna saat tubuh Nana sudah mati, tubuhnya akan berhenti menyerap sihir

"Lana, bantu gue. Pusatkan sihir Nana di jantungnya. Itu akan ngebantu mompa jantungnya" Titah Emira
Lana langsung melakukan perintah Emira

"Felix! Bantu aku bicara dengan pikiran Nana, kalian sisanya tolong tahan sihir Nana agar tidak meledak di luar kendali karna aku akan meledakkannya"

"1"

"2"

"3"

Semua dengan cepat langsung melakukan tugasnya masing masing

Emira seperti sedang menyetrum dada Nana
Ia sedikit meledakkan sihir Nana, hanya ledakan kecil yang akan membantu untuk mengejutkan jantung Nana

"Nana! Bangun! Jangan dengarkan dia! NANA BANGUN!"

Nana merasa seperti Emira tengah berteriak memanggilnya
Namun usapan di kepalanya membuat Nana enggan membuka mata, apa lagi di tambah dengan senandung lembut itu

"Sial! Dia gak mau dengerin gue" Emira menggeram marah
Ia sempat melupakan salah satu musuh sialannya itu.
Namanya Arizta, dia akan menyerang pikiran orang yang tengah sekarat dan akan membuat mereka tidak ingin bangun "mati"

"Felix, apa kau sanggup membuat kami semua bicara kepada Nana? Aku memerlukan bantuan kalian semua untuk bicara dengan Nana" Pinta Emira

Tanpa berpikir panjang Felix langsung mengangguk, padahal sebenarnya jika ia melakukannya ia bisa kehabisan sihir hingga mati, karna menerobos masuk ke dalam pikiran orang mati lebih sulit dari pada membaca pikiran hewan dan tumbuhan
Ia harus mengeluarkan tenaga yang sangat sangat ekstra

"Atlas, Adrian. Bantu Felix. Kita mulai sekali lagi. 1, 2, 3" Emira juga tau Felix akan mati jika melakukannya sendiri

"MULAI"

"ADENA! BANGUN!" Teriak mereka kompak, kecuali Felix, Atlas, dan Adrian karena mereka harus fokus agar yang lain bisa berbicara dengan Nana

Nana langsung membuka matanya karna terkejut

"Nenek? Ibu?"

"Stt... Tidurlah Nana, kau harus istirahat" Suara lembut itu membuat mata Nana kembali tertutup

"HEH! CEWEK SIALAN LEPASIN ADENA ANJING!!" Teriak Emira marah

Felix, Atlas, dan Adrian sudah sampai di batas mereka
Mereka sudah tidak sanggup
Mereka langsung keluar dari pikiran Nana

"Bener bener ya tu cewek sialan banget"

"Ya, bagus, tidur lah, tidur yang nyenyak dan jangan pernah bangun lagi"
Ucap Arizta masih dengan usapannya di kepala Nana

---------------------

MAAF GES LAMA 
Kemaren pas liburan aku jalan² ke gunung jdi gk ada jaringan

Dan setelah masuk sekolah aku langsung di banjirin tugas jadi gak sempat (┬┬_┬┬)

Me And My Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang