L 2

4.8K 413 17
                                    

Happy Reading

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian

Pagi hari yang cerah ini, Lubna merasakan sedikit kenyamanan saat dia bangun dari tidurnya. Entah kenapa dia bisa merasakan hal tersebut, beda dari hari biasanya yang dia rasakan di negara itu dahulu. Hari ini tepat hari kedua dia berada di indonesia.

Setelah dirasa cukup bersantai di tempat tidurnya, dia berjalan menuju balkon yang ada di kamar apartment nya itu. Kilasan balik seketika terlintas di pikirannya saat ini, kilasan waktu dia bertemu dengan Lean waktu di amerika hingga mereka bisa bersama.

Flashback On

"I'm sorry, I accidentally spilled your drink." ucap nya menatap perempuan itu yang tengah membersihkan sedikit minumannya yang terkena dressnya.

"It's okey." jawabnya santai tanpa melihat siapa yang menabraknya.

"Kafka sister, right?" tanyanya pelan.

Lalu perempuan itu menatap kearah seseorang yang menabraknya, tampan*batinnya.

"Hey?" sapanya menyadarkan perempuan tersebut.

Lalu perempuan tersebut menatap sekitar cafe sebelum kembali bersuara.

"Dari ma-" perempuan tersebut langsung menggelengkan kepalanya. "How do you know?"

"Lean." ucapnya memperkenalkan diri.

"Lub-"

"Lubna, right? See you soon." ucapnya lalu mengacak pelan rambut Lubna dan bergegas pergi dari sana. Lubna yang melihat kepergian Lean dan hal yang dilakukan kepadanya, hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

----

"Ngapain lo disini?"

"Berangkat bareng." ajaknya.

"Gak deh, gue berangkat sendiri. Lo teman dekat Kafka, bukan berarti lo bisa deketin gue semau lo." ucapnya dingin.

"Bentar lagi lo akan mencair, dan akan jadi milik gue." ucapnya percaya diri.

"In your dream!" ketusnya.

----


"Dia selingkuhin gue, dia jahat banget." ucap Lubna lirih, namun tidak ada air mata yang jatuh di pipinya. Hanya sesak didadanya.

"Mau gue bunuh?"

"Apaan, sih! Jangan berani lo sentuh dia seujung kuku pun." kesalnya.

"Masih cinta?"

"Gak lah, dia sudah berani selingkuh. Kenapa gue masih harus cinta, kayanya gue gak cinta-cinta banget deh." ucapnya sedikit kesal.

Lean yang mendengar hal itu tersenyum senang di hatinya, lalu dia segera menarik Lubna kedalam pelukannya.

"Lo milik gue sekarang, jangan dekat sama siapapun tanpa gue tahu." ucapnya yang masih memeluk Lubna. Lubna yang mendengar hal tersebut merasakan sesuatu yang aneh di hatinya.


----

"Jangan dekat sama cowo manapun, atau dia akan mati." ucap Lean dingin menatap Lubna intimidasi.

"Iya, cemburan banget. Lagian ya kita gak ada status apa-apa, jadi gue masih bebas."

"Gak ada status bukan berarti lo bisa dekat sama yang lain. Lo milik gue, akan selalu jadi milik gue. Paham!"

"Paham, ganteng banget sih kalau cemburu begini." godanya.

"Aku serius, Lubna. Kamu sudah buat aku jatuh cinta, dan kamu harus tanggung jawab." ucapnya

Flashback Off

Setelah dirasa cukup mengingat kembali masa-masa itu, Lubna menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Lalu dia mendongak kearah langit yang cerah.

"Lean, kamu pasti bisa liat aku, kan? Kamu pasti selalu ngawasin aku kan. Balik Lean, aku masih nunggu kamu dengan rasa yang masih sama." lirihnya.

"Atau kalau lo gak mau balik, gue yang akan nyusul lo kesana." lanjutnya. Lalu dia bergerak sedikit hingga dekat dengan pagar dan dia menatap kearah bawah yang terlihat orang sedang berlalu lalang.

"Tinggi banget, pasti sakit banget kalau jatuh." gumamnya. Lalu dia bergidik ngeri dan beranjak dari balkon menuju pintu untuk keluar dari kamarnya.

Saat dia keluar dari kamarnya, betapa terkejutnya dia melihat seseorang yang tengah duduk santai di sofa dekat dengan kamarnya.

"Ternyata keturunan Clovis ada yang tidak tahu etika." ucapnya dingin dan melewatinya begitu saja menuju dapur.

Laki laki itu tersenyum manis saat melihat wajah kesal dari Lubna, lalu dia beranjak dari duduknya untuk segera menyusul Lubna.

"Indah banget pemandangan pagi hari ini, lebih indah lagi kalau bisa liat setiap hari." goda nya pada Lubna yang tengah asik menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

"Gue gak akan tanya gimana lo bisa masuk. Tapi gue minta sekarang lo keluar dari apartment gue." ucap Lubna dingin.

"Keluar Luca!" sentak Lubna.

Luca yang masih berdiri di tempatnya hanya tersenyum tipis, lalu perlahan dia mendekat kearah Lubna. Hingga sampai dimana jarak mereka tersisa dua jengkal dengan Lubna yang terpojok dekat wastafel.

"Lo berani macem-macem, gue habisin lo." ucap Lubna dingin.

"Gue cuman mau satu macem." ucapnya santai masih dengan menatap Lubna intens.

Lubna hanya acuh, dan berusaha mendorong Luca. Saat itu juga, Luca menarik pinggang Lubna agar lebih mendekat kearahnya, hingga jarak mereka hanya beberapa centi.

Saat Luca semakin mendekatkan wajahnya pada Lubna, saat itu juga Lubna membenturkan kepalanya kuat pada wajah Luca.

"Arrghhhhh." Teriak Luca spontan dan sedikit menjauh dari Lubna sambil menyentuh hidungnya yang mengeluarkan darah.

"Lo!"

"Kenapa? Mau lagi? Tolong jaga batasan Lo, Luca." ucal Lubna dingin.

Luca yang tidak perduli dengan hidung yang mengeluarkan darah serta Lubna yang sedang menatapnya dengan raut kesal, lalu Luca menarik Lubna kedalam pelukannya.

"I'm miss you so bad."

-----


Hey Bestie,
Aku lagi gabut banget dan mager parah, jadi aku up part ini deh.

Jangan lupa commentnya ya, hihi

Thankyu 😊

LubnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang