Happy Reading
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
Bugh
"Luca!" sentak Lubna dengan menatap tajam kearah Luca.
Semua yang berada disekitar lobby hotel tersebut terlihat sangat terkejut. Arka yang melihat Luca ingin kembali memukul orang tersebut langsung menahan Luca kuat.
Setelah Lubna membantu orang tersebut untuk berdiri, Lubna mendekat kearah Luca dengan raut wajah dingin serta tatapannya yang tajam.
"ADA HAK APA LO SAMPAI BERANI PUKUL ORANG YANG SEDANG DEKAT DENGAN GUE, HAH!" tunjuk Lubna langsung pada dada Luca dengan tatapan penuh emosinya.
"SHIT!" emosi Luca.
"GUE INGATIN YA SAMA LO! KITA GAK SEDEKAT ITU SAMPAI LO BERANI NYENTUH ORANG TERDEKAT GUE! DAN GUE INGATIN JUGA SAMA LO, SEKALI LAGI LO SENTUH ORANG TERDEKAT GUE, GAK PEDULI LO SEHEBAT APA DAN SEKUAT APAPUN ITU, GUE HABISIN LO!"
"BANGSAT!" emosi Luca langsung melepas cekalan Arka kuat, dan dia mendekat lebih dekat kearah Lubna dengan tatapan tajamnya.
"LO GAK BEGO, KAN? LO TAU SIAPA DIA, HAH!" ucapnya penuh emosi. "DIA PENYEBAB DARI SEMUANYA! DAN LO DENGAN MUDAHNYA MEMBIARKAN DIA TETAP DISAMPING LO, LO SEDANG GILA?!"
"DIA URUSAN GUE, BUKAN URUSAN LO! STOP BERTINGKAH SEOLAH KITA DEKAT, LUCA!"
Seketika Lubna sadar kalau dia sedang menjadi pusat perhatian dari mereka semua yang berada di lobby tersebut. Lalu dia berusaha untuk mengontrol emosinya sebelum kembali bersuara.
"Lo harus tahu hal apa yang paling gue benci, Luca." ucapnya dingin disisa sisa emosinya menatap Luca dengan tatapan kecewanya.
Setelah itu Lubna pergi bersama seseorang yang menjadi pusat keributan saat ini.
"Lo kontrol emosi lo!" sentak Arka menatap Luca yang terlihat masih emosi.
"Gak gini caranya kalau lo mau miliki dia." lanjutnya kembali.
Luca terlihat acuh dengan ucapan dari Arka, lalu dia bergegas keluar dari hotel itu.
"Gue duluan, titip Maudy." pamit Arka pada mereka yang ingin menyusul Luca.
"Itu sisi lain dari Luca?" sahut Calista speachless.
"Lo sepupunya, dan lo gak tau?" tanya Sava.
"Selama ini dia tenang dan sesekali suka bercanda. Gue baru tau, kalau dia bisa jadi singa saat tidak bisa mengontrol emosinya." jawab Calista.
"Yauda, kita bubar. Gak enak banget di lihat yang lainnya." sahut Saka.
"Lo akan tau fakta lain yang akan mengejutkan untuk lo, Calista." ucap Kefan dingin lalu pergi meninggalkan mereka semua.
"Gue duluan." pamit Sava menyusul Kefan.
"Gue gak ngerti." sahut Danu.
"Gue lebih gak ngerti." sahut Calista.
Lalu terjadi keheningan diantara mereka. Saat mereka ingin pergi dari lobby tersebut, Calvin tiba-tiba membuka suaranya.
"Jangan pernah terlibat dengan urusan mereka, kalian cukup pintar untuk mengerti dengan apa yang saya katakan. Kelas mereka dan kita terlalu jauh perbedaannya, salah sedikit saja, mungkin kalian gak akan bisa lihat matahari kembali." ucapnya, lalu Calvin berlalu pergi meninggalkan mereka semua yang berada disana.
"Biarkan itu menjadi urusan mereka. Kalian cukup diam tanpa melakukan apapun yang membahayakan diri kalian sendiri." tambah Alvano sebelum dia pergi dari area lobby tersebut.
"Gue setuju. Diam pilihan yang sangat tepat, dan jangan terlalu bertanya." ucap Agam menambahkan perkataaan dua pria tadi.
Mereka semua setuju, lalu mereka pergi dari lobby tersebut.
Sangat menarik, pembalasan segera dimulai*batin seseorang.
----
Di lain tempat
"Awshhh." Rintihnya. "Pelan-pelan."
"Lemah banget, gak sakit juga paling." ucap Lubna santai.
"Lo gak lupa 'kan dia dari marga siapa? Clovis bener - bener gila, keturunan mereka gak pernah gagal." ucapnya kesal.
Lubna hanya diam tanpa ingin membalas ucapan dari laki laki itu.
"Sorry." ucapnya menyesal.
"Gue yang harusnya minta maaf."
"Gini doang gak akan bikin gue mati."
"Jangan mati, tetap di samping gue sesuai janji lo dulu." pintanya.
"Gue gak akan ingkar."
"Good. Sekarang kita pergi dari sini, keliling atau kemana pun itu, terserah." pinta Lubna.
"Okey, Tuan Putri." ucapnya, lalu dia mengendarai mobilnya meninggalkan parkiran apotik tersebut.
-----
Di lain tempat
"Ada hal yang menarik hari ini."
"Apa itu?"
"Akan gue kirim vidionya."
"Rencana selanjutnya?"
"Hold, kita liat situasi saat ini."
"Okey, gue akan ikutin. Tapi lo harus pastikan semua berjalan dengan lancar."
"Sesuai dengan kesepakatan diawal."
"Jangan jadi penghianat, kalau lo gak mau sesuatu hal buruk akan terjadi."
"We will see."
"Gue bisa melakukan sesuatu yang akan membuat lo sakit." tegasnya.
Tut
Panggilan diputuskan secara sepihak.
-----
Lanjutannya, ada di fizzo, ya, kak.
Disana penulisan in sya allah lebih rapi.Yang punya akunnya, langsung mampi, ya. Free, kok, hehe
Aku tunggu, disana, ya.
Terima kasih❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna
Random(Sequel Abu Abu) Follow dulu yuk sebelum di baca, hehe Sebagian part beralih ke Fizzo/Deynaraa Setelah menghilang beberapa tahun lamanya tanpa ada yang mengetahui keberadaanya, Lubna si gadis cantik dan anggun ini mulai menginjakkan kakinya kembali...