L 6

3.1K 348 79
                                    

Happy Reading

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian


Saat acara resepsi yang di gelar benar-benar telah selesai. Kini hanya tersisa mereka dan beberapa keluarga yang masih berada di ruangan tersebut.

"Lo masih gak mau ngaku sih dimana lo selama ini." Kesal Calista.

Lubna tak menjawab, melainkan dia melirik kearah Luca dan juga Kefan. Terlihat sangat jelas wajah Kefan sangat tidak bersahabat melihat kearah Luca, untung saja Sava berada di sebelah Kefan untuk menenangkan Kefan.

"Lubna!" sentak Maudy.

"Jangan paksa kalau dia gak mau." sahut Agam dingin.

"Hey, Aga, bagaimana kabar papi Noah dan mami Nayla?" tanya Lubna menatap Agam.

"Baik banget."

"Nanti kalau gue ada waktu luang, gue mampir ke rumah lo, ga." ucapnya.

"Jangan, na. Makin gagal move on dianya." ledek Danu.

"Oh, ya?" ucap Lubna menatap Agam dengan senyuman.

"Lo setelah menghilang tujuh tahun lamanya, balik ke indonesia sekarang lebih sering senyum ya na." sahut Danu yang langsung di senggol Regan dan Saka.

Lubna yang paham arah pembicaraannya Danu hanya terkekeh,

"Emang biasanya gue gimana, nu?" tanyanya menatap Danu.

"Mampus." bisik Regan pada Danu.

"Heh?!" Danu bingung harus menjawab apa.

"Seharusnya kita yang duluan, na. Bukan mereka." sahut Agam.

Mereka yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala.

"Tuh, kan, na. elum move on nih anak. Makannya jomblo sampe sekarang." sahut Danu.

"Gue juga masih jomblo, nu. Mau sama gue gak, nu?" balas Lubna santai.

"Njir, kenapa gak dari dulu, na? Gue sudah taken ini."

"Gaya lo!" sarkas Regan lalu menoyor kepala Danu.

Namun Luca yang diam saja sejak tadi hanya menatap Lubna dengan tatapan tak terbaca.

"Lubna." panggil seseorang yang baru saja mendekat.

Lubna yang di panggil langsung mengalihkan pandangannya.

"Halo Mr. Aldric, jantung aman?" ledeknya.

"Kamu! Ingin mengajak saya berdebat?!" ucapnya kesal.

"Tentu tidak, Mr. Aldric. Oohh iya kebetulan kita bertemu setelah sekian tahun. Anda tidak ada niat untuk membalas saya kan?" tanya santai menatap Aldric.

"Saya harap hal itu tidak terlintas di pikiran anda, karena kali ini balasan saya bisa lebih menyakitkan dibanding dengan sebelumnya." lanjutnya lalu tersenyum manis sesekali melirik pada seseorang diantara mereka.

"Bicara apa kamu!" kesalnya tak mengerti.

Lubna hanya tersenyum manis tanpa minat memjawabnya.

"Sudah, lebih baik kita kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Apa kalian tidak merasa risih setelah seharian ini?" sahut Mama Calista yang tiba tiba datang di antara mereka semua.

"Gue setuju, dan lo Lubna ikut kita. Jangan pergi dulu." pinta Calista tegas.

"Lubna bareng gue." sahut Luca dingin yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka semua.

LubnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang