“Tugas kali ini berkelompok, saya sudah membuat kelompok kalian masing-masing. Terdiri dari 3 orang, dan hasil kerja kalian akan saya nilai dari presentasi kalian. Sekian kelas hari, sampai jumpa minggu depan”
Entah harus senang atau was-was, Freya sekelompok bersama Gema dan juga Devan teman dekat dari Gema. Memikirkannya saja ia sudah cukup pusing, tapi mungkin saja ia bisa lebih dekat lagi dengan Gema, walau harapan itu terdengar seperti angin lalu.
“Kamu sekelompok sama kita, jadi nanti rencana nya kita bakal kerja kelompok di perpustakaan kampus aja.”
Freya hanya mengangguk dan tersenyum tipis mendengar ucapan Devan. Sedangkan Gema, ia sibuk memasukan buku-bukunya kembali kedalam tasnya. Tidak menghiraukan kehadiran Freya sama sekali.
Tidak memiliki pilihan lain, Freya hanya bisa mengekori Devan dan Gema menuju ke perpustakaan. Punggung Gema terlihat sangat jelas, selama ini ia hanya bisa menatap punggung itu, saat dulu maupun sekarang, tidak ada yang berubah. Tidak ada yang bisa ia sesali juga, tidak bisa memutar waktu kembali. Jadi, ia hanya bisa menerimanya walau hati nya yang rapuh semakin rapuh setiap harinya.
Mereka sampai di perpustakaan, tidak banyak orang di dalam perpustakaan, hanya ada beberapa yang sedang mengerjakan tugas sama seperti yang mereka lakukan. Freya mendapat tugas mencari buku refrensi yang berhubungan dengan materi, juga meringkasnya menjadi beberapa poin penting. Begitu juga dengan Devan dan Gema, setelah selesai merangkum materi masing-masing mereka akan menggabungkannya dan memilah mana yang harus di masukan dalam presentasi mereka nanti.
Suasana di antara mereka sangat canggung sekali, hanya Devan lah yang mengeluarkan suara memberi instruksi apa yang harus di lakukan keduanya. Gema langsung mengerjakan tanpa berkomentar atau mengatakan sepatah katapun, bahkan ia enggan menatap langsung pada Freya. Sekelompok dengan orang yang paling di bencinya adalah sebuah kutukan yang tidak bisa ia hindari.
Di tengah-tengah kesibukan mereka mengerjakan tugas, Devan si pencair suasana harus pergi lebih dahulu karena ada kepentingan mendadak, meninggalkan Freya dan Gema berdua di dalam perpustakaan. Mereka juga tidak bisa meminta Devan untuk tetap berada disana karena itu urusan mendesak yang tidak bisa di abaikan.
“Kalian, jangan pulang sebelum menyelsaikan tugasnya. Paling tidak selesaikan setengahnya dulu. Dan terakhir, yang akur lah. Aku tidak mau ke egoisan kalian menghalangi ku mendapat nilai bagus”
Dengan cepat Devan langsung melesat dari perpustakaan, hitungan menit saja sudah tidak dapat melihat sosok Devan lagi. Dia benar-benar pergi, itulah pikiran Freya. Jujur saja ia tidak ingin di tinggalkan berdua saja dengan Gema, hal itu pasti menyiksa bagi Gema karena melihatnya seharian ini.
“Apa kita harus mengakhirinya saja? Aku bisa mengerjakan sisanya dirumah, dan mungkin kau juga begitu” Freya memberanikan dirinya untuk memberikan saran pada Gema, itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
“Tidak bisa tutup mulut mu dan kerjakan disini saja? Dengan begitu kita tidak saling mengusik!”
Freya sudah menduga sikap dingin itu, lagian ia tidak akan pernah mendapatkan hal baik dari Gema. Ia memang pantas mendapatkannya.
Beberapa kali Freya mendapat pesan dari Deo, bertanya dimana dirinya berada. Tentunya Freya langsung menjawab ia sedang mengerjakan tugas bersama Gema. Hal itu membuat Deo terkejut, entah apa yang akan di lakukan Gema pada Freya mengingat emosinya yang selalu meluap saat melihat Freya. Tapi Freya meyakinkan Deo jika ia baik-baik saja dan bisa mengatasi situasi yang terjadi, walau dirinya sendiri tidak yakin jika ia bisa atau tidak.
Hari semakin menunjukan petang, mereka belum juga menyelsaikan tugasnya. Bahkan belum setengahnya selesai, itu memang tugas yang cukup berat. Tidak terbayang jika bekerja sendiri karena berdua saja mereka sudah cukup kewalahan. Belum lagi dengan tugas yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion di Pelupuk Mata
Teen Fiction"Setitik tinta mungkin tidak akan cukup untuk menembus dinding hatimu. Karena di dalamnya ada dia yang tidak bisa di gantikan dengan siapapun" - Freya Seraphina