Novem

80 7 1
                                    

Hari ini hari sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hari sabtu.

Hari dimana Bulan dan Pelita ada janji nge-date bersama.


Dilihat dari pergerakan Pelita sejak bangun pagi tadi sampai sekarang lagi ngaca di kaca kamarnya.

Pelita terlihat sangat bersemangat dan tidak sabar.

Telah terhitung berapa banyak lagu yang dia gumam, baju yang dia coba, dan berapa banyak menit dia berkaca seperti sekarang. 






Oke, udah pelita.

Sekarang saatnya kamu berkabarlah ke manismu itu.


Pelita dengan cepat mengeluarkan hp-nya dan mengirim pesan ke sang kasih, bahwa ia sedang dalam perjalanan.


Sedang dalam perjalanan gimana, orang masih di depan kaca.


Pelita langsung mengambil tasnya dan bergegas ke luar kamar.



Saat Pelita hendak pamit ke ayahnya dan kakaknya yang sedang berada di ruang tamu, ayahnya mencegatnya. "Kamu mau kemana?"

Senyum Pelita langsung merekah hendak menjawab ayahnya.

"Biasa, yah. Si Bulan." 

Belum sempat pelita berucap, kak Bintang sudah menjawab untuknya dengan nada jahil.

Pelita hanya bisa memutarkan bola matanya dan tersenyum kecil.




"Kamu.. masih pacaran sama Bulan?" ayah Pelita bertanya ragu-ragu ke arahnya.


Sontak pertanyaannya membuat kedua manusia yang awalnya tersenyum jadi diam dan tegang.

"Masih, emang kenapa, yah?" Pelita merasa curiga dengan pertanyaan ayahnya.



"Pel," ayah Pelita memajukkan badannya yang tadinya senderan di sofa, "Kamu sekarang udah kelas 12, udah saatnya mikirin masa depan. Ayah bukannya ngelarang kamu pacaran, tapi pacaran dengan Bulan itu sangat menguras emosi dan tenaga kamu."



Pelita langsung menggertakkan rahangnya dan hati yang awalnya berbunga sekarang jadi bergemuruh kesal.


"Ayah lihat akhir-akhir ini kamu jadi tidak stabil emosinya, makin stress dan keliatan capek." ayah melanjutkan bicaranya.







"Yah," Kak Bintang berusaha memberhentikan ayahnya, melihat sekarang adiknya sudah terlihat sangat kesal dan emosi.


"Bukan apa-apa, ayah takut karena kamu ngurusin Bulan, kamu jadi ga ngurus diri sendiri. Cinta boleh tapi jangan keterlaluan." 

Kata-kata akhir ayahnya akhirnya berhasil membuat tali sabar Pelita putus.



"Maksud ayah? Pelita sayang sama Bulan." ucap Pelita berusaha untuk tidak menaikkan intonasinya.



Apa Kabar, Pelita?     (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang