Tredecim

79 9 0
                                    

Acara jalan-jalan yang direncanakan Pelita dan Bulan terjadi juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara jalan-jalan yang direncanakan Pelita dan Bulan terjadi juga.







Namun, Pelita merasa bingung.


Gimana tidak, Bulannya bersikap lumayan aneh hari ini.


Bulan yang jarang berfoto-foto dengannya, jadi sering sekali. Kasihnya bahkan hampir menangis saat melihat lumba-lumba.


Hmm, mungkin karena ini pertama kali Bulan ke akuarium kali.







Iya.

Karena itu.



Tapi tambahan dari itu, Bulan lebih bisa dibilang lebih clingy ke Pelita hari ini.

Maksud Pelita, pegangan tangan atau pelukan itu normal buat mereka.

Tapi gelendotan, cium pipi, itu baru buat mereka.

Pelita saja agak kaget dengan perilaku Bulan, walau Bulan sepertinya tidak terusik sedikitpun.









Hmm, aneh.











Untuk menambah kebingungan Pelita.

Mereka sekarang berada di rooftop sekolah mereka.

Iya, Pelita tadi ditarik Bulan untuk ke sekolahnya di hari Sabtu. Dan Bulan pun sekarang hanya memejamkan matanya dan tiduran di lantai rooftop.



Mungkin Bulan hanya kangen sekolah?










Aneh.









Iyalah, aneh.

Tiba-tiba Bulan mengajaknya makan di restoran spaghetti yang mereka makan bersama untuk pertama kali.

Now, don't get Pelita wrong. Pelita juga kangen dengan memori itu.

Tapi ini tiba-tiba sekali.

Mereka bahkan tidak makan, cuma duduk.

Bulannya terlihat senang sih. Tersenyum manis sepanjang acara mereka, dan kalau Bulan senang pelita bisa apa.







Sekarang hari sudah menuju sore dan manisnya mengajaknya membeli mie ayam dan menariknya untuk makan di grass field dekat daerah mereka.












Aneh.






































Tapi, Pelita tahukah kau?

Saat itu aku ke dokter, dosis obatku dinaikkan.

Aku bercerita padamu bahwa aku membaik.

Aku berbohong.

Waktu kita berbincang di taman, aku sudah menguatkan hatiku setengah,

Untuk meninggalkanmu.

Anda kamu menoleh saat itu, kamu bisa melihat mataku yang sedih melihatmu.






Pelita tahukah kau?

Saat kita mengalami salah paham, hatiku hancur sekali.

Di hari-hari itu, aku sangat merindukanmu tapi aku tidak yakin kau merindukanku kembali.

Kalau bukan karena Anca yang setiap hari memberitahuku mengenai kabarmu, mungkin aku sudah terpantuk rindu yang berat.






Hari dimana aku pingsan itu, aku terlalu banyak memikirkanmu.

Saat aku terbangun dari lelapku, namamu merupakan yang pertama kali aku panggil

Bahkan Bang Aga, menjahiliku soal itu.











































tbc.

Apa Kabar, Pelita?     (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang