23. Kelemahan

4 0 0
                                    

Karena sempat dipertanyakan, Ilham menjadi penasaran alasan yang membuatnya bisa suka dengan Ana. Jadi ketika selesai salat di mushola, Ilham langsung menghampiri meja kantin yang sedang Ana tempati dan duduk di hadapannya.

Rahma yang sejak awal sudah bersama Ana langsung merasa sedang mengganggu dengan menjadi orang ke tiga, "Eee, apa gue ganggu?"

Ilham menggeleng, "Tetep duduk situ aja, Ra."

"Tapi gue ngerasa sedang ganggu kalian."

"Gue yang justru ganggu kalian kok, udah terusin aja obrolannya, anggap aja gue nggak ada di sini," ucap Ilham sambil menopang dagu menggunakan tangan kanannya.

Rahma melirik Ana untuk meminta izin lain dan diberi jawaban berupa anggukan setuju, "Baiklah, jadi kapan kita mau nyerahin laporan PKL-nya?"

Berhubung alasan Ilham mendatangi Ana cuma untuk mencari tahu kenapa dia bisa sampai menyukai gadis ini, dia tak mengganggu obrolan yang dilakukan dan mulai sibuk berpikir sendiri.

Kenapa? Apa alasan Ilham bisa tertarik dan mulai menyukai Ana? Apa semua terjadi gara-gara Ana lah menjadi pasangannya ketika beberapa teman sekelas melakukan uji nyali?

Tidak. Andai saat itu yang menjadi pasangan Ilham adalah perempuan lain, pasti perkembangan hubungan tidak akan menjadi sejauh ini. Mana mungkin Ilham dapat dengan mudah menegur atau mengajak bicara duluan jika bukan karena sikap tomboy Ana.

Walau sikap tomboy Ana bisa menjadi semacam alasan, tapi sebuah kebetulan juga ikut berpengaruh. Karena adik mereka ternyata berada di sekolah yang sama dan juga teman sekelas, mereka jadi lebih sering melakukan interaksi.

Kemudian rajinnya Ana mendatangi mushola sekolah untuk bisa salat tepat waktu juga pasti semakin membuat Ilham ingin lebih banyak memperhatikan dan mulai ingin mengenal lebih jauh lagi.

Jadi kalau bukan Ana, tidak mungkin hati Ilham bisa terbuka. Gadis itu sendirilah yang menjadi alasan Ilham dapat merasakan yang namanya jatuh cinta.

Setelah merasa sudah paham, Ilham mengangguk beberapa kali dalam diam. Dengan ini dia dapat memberi alasan yang lebih layak jika Ana sampai mengajukan pertanyaan yang sama.

"Udah mau bel masuk, ke kelas yuk!"

Saat Ana berdiri terlebih dulu dari posisi duduknya, Ilham langsung menyadari keberadaan benda baru yang berada di pinggang Ana.

"Jaket siapa? Perasaan tadi kamu nggak pakai jaket deh," tanya Ilham sambil menahan pergelangan tangan Ana dan membuat Rahma memilih pergi terlebih dulu.

Ana menunduk untuk menatap jaket hitam yang dimaksud, "Punya Arka."

Saat tadi Ilham salat, sepertinya ada pertemuan yang tidak diketahuinya ya? Ini pasti karma gara-gara tadi Ilham ingin membuat Ana cemburu, sekarang malah dia yang cemburu, "Kenapa harus pinjam segala?"

Kali ini Ana mengalihkan pandangan ke belakang tubuhnya sendiri, ingin memastikan sesuatu, "Nembus, aku ingin menutupinya."

Ilham ber'ah' sejenak kemudian ikut berdiri dari posisi duduknya, "Ya udah yuk ke kelas."

Ana mengikuti sambil memperhatikan wajah Ilham yang terlihat jelas menunjukkan raut tidak terima, "Ilham cemburu?"

"Ya, tapi Ilham nggak bisa melakukan apa-apa karena hari ini nggak pakai jaket ke sekolah."

Meski mendapat jawaban jujur, Ana juga tidak dapat mengembalikan jaket pada Arka mengingat dia sedang butuh, "Maaf."

Ilham tersenyum, tidak ingin membuat Ana merasa serba salah, "Nggak usah minta maaf, anggap aja ini balasan karena tadi Ilham buat Ana cemburu pada Hany."

When I Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang