Chapter 3

78 10 1
                                    

Tenn lagi-lagi harus berhadapan dengannya. Baru dua hari yang lalu mereka sudah bertemu. Dan mungkin bagi Gaku, pertemuan mereka masih belum cukup. Apa mau dikata, Tenn tetap datang menemui Gaku.

"Apa lagi?" Tanyanya ketus.

Gaku menaikkan sebelah alis, jelas sekali kalau ia merasa heran. Nada si peramal terdengar samar-samar kesal. PMS mungkin? Gaku tiba-tiba teringat dengan Takanashi Tsumugi, salah satu staffnya yang selalu berubah menjadi orang lain tiap kali akhir bulan.

Tapi hei, apa nenek tua bisa PMS?

"Aku yakin kau tahu apa yang aku inginkan."

Jeda sejenak, tidak ada jawaban dari sang nenek tua. Gaku jadi gemas sendiri ingin berlari ke tempat si nenek tua, kalau saja dia tidak ingat dengan jampi-jampi yang membuat sendi jadi jeli.

"Itu semua memang perbuatan Nicholas. Mereka menyusup, dan pasukanmu tidak tahu."

"Jadi Nicholas benar-benar datang ke Albania?"

"Ya," si nenek tua menunjuk ke barat. "Aku melihat banyak gagak dalam mimpiku, dan gagak-gagak itu berasal dari arah sana."

Samar-samar Gaku bisa melihat jarinya, menunjuk ke arah barisan pepohona. Tapi Gaku tahu artinya, si nenek sedang menunjuk bagian barat, tepatnya pulau Silchar.

"Hati-hati."

Gaku menaikan sebelah alisnya lagi. Dia dapat menangkap nada tak biasa dari sang nenek. Nada penuh peringatan dan--perhatian?

"Segeralah kembali ke ibukota. Albania sangat berbahaya, sebaiknya kau segera pergi."

"Ya."

Suasana hening. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat memecah keheningan. Merasa jengah, si nenek membuka suara. "Kau tidak pergi?"

Gaku memiringkan kepalanya, "Kau bahkan tidak memberiku salam."

"Sebegitu inginnya kau mendapat salam dariku?"

"Ya," senyum menggoda terlihat terbit di bibir Gaku. Tenn harus akui, bulu kudunya berdiri. "Berkali-kali aku mengunjungimu, dan kau selalu mengucapkan salam 'hangat'. Lalu sekarang tidak lagi, pasti ada yang salah denganmu. Apa mendadak bibirmu kram karena terlalu banyak mengomel?"

"Satu-satunya yang salah disini adalah otak dan sifatmu."

"Terima kasih atas sanjunganmu." Gaku tersenyum. Membuat Tenn benar-benar jengah. Ia angkat kaki, ingin segera meninggalkan tempat ini.

Untuk terakhir kalinya Tenn menoleh. Gaku masih disana, menunggunya pergi sama seperti biasanya.

"Segera pergi, dan jangan kembali sebelum malam festival."

"Siapa kau dan apa hakmu melarangku ketika aku bebas melakukan apapun yang ku mau, bahkan aku bisa membuat kedamaian instan yang kau miliki hancur sekarang juga."

"Tanah yang ku pijak boleh jadi milikmu. Tapi ini nyawaku, aku yang menentukan hidup dan matiku. Kau bukan malaikat maut, tanpa perlu kau beri kematian, aku juga akan mati dengan sendirinya."

Tenn menghela napas, ia menatap iris silver Gaku. Lagi-lagi harus mengakui kalau Rajanya memang mempesona. Tidak peduli meskipun terkadang terlihat seperti psikopat.

Tapi itu adalah salah satu daya tariknya. Para gadis-gadis selalu jatuh bertekut lutut dihadapannya karena sorot mata tajam Gaku. Belum lagi sifatnya yang baik-baik kejam. Bisa ditebak, pasti para gadis yang memuja Gaku adalah orang masokis level Dewa.

"Selamat siang Raja Yaotome, tidak terlalu senang mengetahui kalau anda masih hidup dan sehat."

Gaku terdiam melihat kepergian sang peramal. Mereka memang selalu berpisah dengan tidak baik-baik. Toh, pertemuan pertama mereka bisa dibilang tidak baik.

The Winter WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang