Zahra mengeratkan cekalan tangannya pada tali tas gendong warna biru langit yang berada di sisi kanan kiri tubuhnya. Berjalan menyusuri jalanan menuju tempatnya menimba ilmu. Dengan seragam putih biru dan sepatu tali berwarna hitam, gadis itu dengan semangat melangkahkan kakinya memasuki gerbang bertulisan SMP Warrior 7.
Yap! Hari ini sudah mulai masuk sekolah kembali. Zahra sangat senang karena akhirnya masa liburan telah berakhir. Sekarang waktunya dia berjuang kembali untuk menuntut ilmu. Semester 2 di kelas akhir, tidak mempunyai banyak waktu seperti sebelum-sebelumnya. Maka dari itu, Zahra tak mau menyia-nyiakan kesempatannya.
Tapi... Ada satu hal yang tidak Zahra sukai di hari ini. Hari ini adalah hari senin yang pastinnya harus dilaksanakan upacara. Huft, jujur saja Zahra tak suka dengan kegiatan yang satu itu. Apalagi ini awal masuk sekolah, biasanya yang akan menjadi pembina ada Kepala Sekolah. Dan kalian tau? Orang dengan tahta tertinggi di sekolah itu kalau memberikan amanat bisa sampai setengah jam! Mana hari ini panasnya lumayan terik. Ck.
Zahra sampai di depan bangkunya yang sedikit berdebu. Gadis itu lantas mengambil kemoceng membersihkannya dahulu, sebelum akhirnya menaruh tas pada kursi tempat duduknya. Zahra tak sempat untuk mendudukan dirinya dulu, para guru sudah menyuruh semua muridnya agar segera ke lapangan karena upacara akan segera dilaksanakan.
"Ra! Ayo cepetan!"
Seruan dari arah pintu membuat Zahra buru-buru membenarkan topinya. Zahra menghampiri orang yang memanggilnya tadi, orang tersebut adalah Liana. "Ayo!" Mereka berjalan beriringan menuju lapangan untuk mencari barisan. Sampai pada barisan kelasnya, Zahra langsung mendapat pelukan erat dari salah satu teman sekelasnya juga yaitu, Lena.
"Duh... Gila gue kangan sama lo, Ra!"
Zahra terkekeh mendengar cetusan yang baru saya keluar dari mulut sahabatnya. "Zahra tau kok kalo Zahra emang ngangenin. Bukan cuma Lena yang kangen, tapi Ana juga. Iya kan, Ana?" Dengan percaya diri gadis itu menanyakan hal tersebut pada Liana yang biasa dipanggil Ana.
Liana melotot mendengarnya. "Dih, apa-an? Enggak ya, sorry," bahtahnya.
"Masa sih? Terus yang kemarin nge-chat pengen main ke rumah si Ara siapa, ya?" tanya Lena bermaksud untuk mengejek.
"Oh ada yang pengen ke rumah Zahra ya, Len? Duh duh, padahal kalo kalian main, Zahra bakal dengan senang hati memerima kalian. Soalnya kan, kalian kalo main suka bawa cemilan. Hahaha..." balas Zahra dengan tawa di ujung kalimatnya. Itu memang benar, Liana dan Lena kalau main pasti akan membaca camilan, Zahra mah ya ikut makan saja. Tapi bukan itu sih sebenarnya, Zahra memang senang jika ada temannya yang berkunjung ke rumah. Setidaknya dia berpikir bahwa rumahnya masih layak untuk disinggahi oleh orang-orang, meski terlihat sempit dan sederhana.
PERHATIAN KEPADA SELURUH MURID. SEGERA RAPIKAH BARISANNYA, KARENA UPACARA DIMULAI LIMA MENIT LAGI!!
Pengumuman yang dikumandangkan itu membuat murid-murid mulai merapikan barisannya sesuai dengan kelas masing-masing. Termasuk Zahra dan teman-temannya yang kini sudah berbaris rapi walaupun masih saja berbisik-bisik.
"Eh lanjut di kelas aja, Guys. Takut ada guru ngawas," ucap Liana yang dianggukki oleh Lena dan Zahra. Setelahnya, mereka melaksanakan upacara bendera dengan penuh aturan. Meski terik matahari dan wejangan dari Kepala Sekolah sangatlah menyebalkan, tapi sebagai murid dan warga indonesia yang teladan, mereka tetap mengikuti kegiatan tanpa keluh dan resah sebagai penghormatan pada Para Pahlawan.
***
Waktu istirahat sudah tiba. Zahra dan yang lainnya sedang berada di kantin. Liana dan Lena memesan masing-masing satu porsi bakso dan es teh manis. Sedangkan Zahra, hanya memesan air mineral botol saja. Untuk makannya Zahra membawa bekal sendiri berupa nasi putih dengan telor goreng.
"Selamat makan, guys!" Lena berseru sebelum akhirnya mereka menyantap makanan itu setelah berdo'a terlebih dahulu.
"Eh, guys. Gak ada yang mau cerita gitu, selama liburan kalian ngapain aja?" Lena mencoba untuk memulai obrolan disela-sela mereka makan. Dari mereka bertiga, gadis ini memang yang paling ceria, suka memulai obrolan duluan.
Menelan terlebih dahulu makanan di mulutnya, Zahra akhirnya memjawab ucapan Lena, "Kalo Zahra sih ya kaya biasa aja. Dirumah, beres-beres, atau gak ke rumah sama toko dinda. Udah sih, itu doang."
Ya memang benar, kan? Itu memang kegiatan selama liburan. Hanya saja, Zahra tidak menceritakan tentang pergi ke pesantren diam-diam. Hanya dia, Ayahnya, dan Tuhan saja yang mengetahui itu.
Obrolan berlanjut semakin seru. Apalagi, saat Lena dengan hebohnya menceritakan bawa dia melihat cogan yang sampai bikin gamon saat belibur ke Bali kemarin. Tanggapan Liana yang memasang wajah judes dan cibiran-cibiran pedasnya membuat meja mereka sangat riuh meski hanya berisikan tiga orang.
Tak terasa waktu istirahat telah berakhir. Zahra, Lena dan Liana kembali ke kelas mereka. Hari ini full tidak ada pelajaran atau jamkos. Pagi tadi hanya dilakukan pembinaan Wali Kelas, dan setelah istirahat ini adalah waktunya untuk bersih-bersih kelas.
Siapa yang suka bersih-bersih kelas? Sepertinya hanya sedikit murid yang seperti itu. Apalagi bergotong royong seperti sekarang, jadwal piket satu kali dalam seminggu aja dikerjain sambil mendumel tidak jelas. Sama seperti yang ada di kelas IX B ini, hanya sedikit murid yang membersihkan dengan sukarela. Kecuali saat ada guru yang melintas di depan kelas, barulah semuanya ikut berpura-pura membantu.
"WOY BUANG SAMPAH NIH!" Liana menunjuk tong sampah yang isinya sudah seperti gunung. Liana orangnya memang tidak suka dengan yang namanya sampah, dia itu anti kotor. Maka dari itu, dia marah-marah seperti sekarang.
Mereka satu kelas sedang bergotong royong untuk membersihkan halaman di sekitar kelas, mulai dari depan, belakang dan sisinya. Semua rumput-rumput liar dicabut agar lingkungan terlihat bersih. Tapi masalahnya, tidak ada yang mau membuang sampah.
"Ana, jangan marah-marah deh. Katanya kalo suka marah-marah cepet tua, loh!"
Perkataan Zahra membuat orang di sekitar tertawa. Lena yang memang sedang di samping kanan Zahra, menanggapi omongan gadis itu. "Si Ana kan emang udah tua, dia udah pikun juga, guys!" sambung Lena.
Memag benar adanya, Liana itu sering sekali melupakan sesuatu. Tapi anehnya, dia tidak lupa dengan semua mantan dan juga musuhnya. Dia hafal bahwa jumlah mantannya sudah sepuluh, dia juga hafal raut wajah orang-orang yang tidak suka dengan dirinya. Heran memang.
"Awas ya, kalian!!" Liana mengangkat sapu lidi di genggamannya. Dia mencoba memukulkan benda itu pada orang-orang yang ikut menertawakannya.
"Lagian lo juga, Lena. Kan lo yang paling tua, gimana sih? Umur gue aja satu tahun lebih mudah dari lo. Huh!" ketus Liana. Mereka semua kembali tertawa, merasa terhibur dengan pergelutan abal-abal yang terjadi.
"Udah, udah, guys. Biar adil, Zahra yang paling muda diantara kalian semua!"
Dan, kalian tau apa yang terjadi setelah itu? Zahra disoraki oleh semua murid, bahkan ada guru yang kebetulan berjalan melewati mereka ikut terkekeh melihat tingkah anak didiknya.
***
Jangan lupa tinggalkan vote, komentar, dan share ke teman-teman kalian!
Follow akun ini dan akun instagram: jasjusolen_
---
Minggu, 16 April 2023
JasjusOlen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Az-Zahra: Kesalahan yang Tidak Disesali
Novela JuvenilSetiap orang pasti memiliki mimpi. Mimpi indah yang diharapkan akan menjadi nyata. Tapi, tidak semua mimpi bisa terwujud dengan cepat. Terkadang Tuhan menunda untuk mewujudkan, karena ingin melihat perjuangan orang tersebut. Terkadang juga Tuhan tid...