Bab 5

5 1 4
                                    

Misa memutuskan untuk memberi gertakan pada Namjoon. Melawan atau tidak, mungkin akan tetap berujung pada kematian. Dibanding tidak melakukan apa-apa, Misa lebih memilih melakukan gebrakan awal untuk memperingatkan Namjoon bahwa gadis itu bukan perempuan yang bisa dia injak begitu saja—gadis... Miris sekali. Misa tersenyum kecut. Padahal sudah menikah, tapi belum bisa melepaskan statusnya sebagai gadis. Namjoon tidak sudi menyentuhnya.

Misa melepaskan bantal palsu yang ada di perutnya. Keluar dari rumah mewah itu tanpa pengawasan ketat. Pergi ke tempat umum untuk berbelanja. Sengaja untuk membuat kekacauan.

Jika dilihat oleh orang awam, sebenarnya aneh karena Namjoon tidak memiliki pembantu. Hanya ada keamanan dan supir pribadi saja. Biasanya hanya akan memanggil jasa bersih-bersih saja. Tidak berminat untuk memiliki pembantu tetap.

Kalau saja semua orang tahu bahwa Namjoon tengah menyembunyikan dosa besar, tentu itu tidak akan terlihat aneh. Namjoon memang sulit sekali mempercayai orang lain. Bahkan pihak keamanan dan supir pribadinya sama sekali tidak boleh masuk ke rumah kecuali atas izin Namjoon. Tertutup sekali.

Tentu saja berbelanja hanya sebuah alibi saja. Tujuan yang sebenarnya adalah memancing paparazi dari pihak oposisi Namjoon untuk menangkap kejanggalan yang ada di tubuh Misa. Kira-kira berita apa yang keluar esok hari?

Kehamilan palsu? Keguguran? Pasti akan timbul spekulasi yang mengerikan di masyarakat. Penasaran sekali apa yang akan Namjoon lakukan selanjutnya.

Misa tersenyum sambil memasukkan beberapa bungkus sup rumput laut instan ke dalam troli belanjanya. Sudah gila memang, tapi Misa tidak peduli. Asalkan bisa menggertak Namjoon, Misa akan melakukan apapun. Usai berbelanja dengan tenang, Misa kembali ke rumahnya. Dia harus menyusun rencana lain kalau-kalau sang suami memberikan serangan balik.

"Kau dari mana?"

Begitu masuk rumah, Gitta langsung menembak Misa dengan pertanyaan. Wajahnya tampak cemas—bukan mencemaskan Misa, tapi dia khawatir dengan dirinya sendiri. Matanya menyapu seluruh penampilan Misa dan matanya melebar begitu ia melihat perut Misa yang datar.

"Kau tidak melihat kantung belanjaan yang sedang aku bawa?" tanya Misa retorik.

"APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN PERUTMU?!" Gitta histeris sekali.

Misa pura-pura kaget juga. Bahkan kantung belanjaan yang berada di tangannya sengaja ia jatuhkan. "Astaga, aku melupakannya."

Wajahnya bahkan dibuat semelas mungkin. "Aduh, aku memang tidak pandai berpura-pura hamil."

Gitta tidak menanggapi lagi. Dia pergi dari hadapan Misa. Senyum asimetris mulai terpulas di bibir gadis yang sekarang tengah menunduk untuk mengambil belanjaan yang berserakan di lantai. Tidak perlu bertanya, wanita simpanan itu pasti melaporkan kejadian ini pada Namjoon.

Selesai membereskan belanjaannya, Misa berjalan di ruang tengah, mengambil remot dan menyalakan televisi dia harus memastikan rencananya berhasil. Ponsel juga sudah digenggaman. Membuka pencarian untuk mencari berita tentangnya. Dan abrakadabra, berita tentangnya sudah dimuat.

Menjadi headline gosip. Fotonya tampak sangat jelas dengan perutnya yang kecil. Misa sangat puas. Apalagi di headline itu, menyantumkan foto Misa dengan perut besarnya sebagai perbandingan. Judul artikelnya cukup provokatif, "Apa yang Terjadi pada Perut Nyonya Kim?"—mengundang berbagai asumsi publik.

Komentar nitizen terhadapnya juga beragam. Ada yang berkomentar buruk tapi tidak banyak. Pun yang lain membela karena percaya bahwa Kaluarga Kim Namjoon adalah orang baik. Misa tertawa sendiri membacanya. Sekarang Misa bisa tahu mengapa para politikus gemar sekali membuat riuh suara masyarakat karena penggiringan opini mudah sekali dilakukan.

CATACLYSMICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang