Episode 2 - Tetangga apartemen

741 8 0
                                    

"Akhirnya selesai," gumamnya.

Gadis itu menutup laptop. Dia mendengus kesal. Malam indahnya, berubah buruk dengan pekerjaan dadakan yang Rey berikan. Mau marah, tapi dia ingat Rey atasannya. Gini rasanya jadi budak korporat.

Lula tak bisa melanjutkan tidur. Dia memilih turun dengan secangkir kopi hangat yang dia buat.

Lula kembali ke ruang tengah, dan menyalakan televisi. Gadis itu terdiam saat berita mengenai pria itu muncul.

Jika dulu dia masih bersama dengan pria itu, apakah hidupnya tak akan sesulit ini? Sorot mata Edhi Pramono, begitu menyayangi Margaret— putrinya. Seharusnya, dia yang berada diposisi seperti itu. Bukan gadis itu.

Lula memalingkan wajah, dan mengambil ponselnya. Dia mulai mencari tau, Margaret. Matanya tertuju pada nama Jack Gilbson pada pencarian. Dia menekannya, dan melihat beberapa artikel mengenai pria itu.

Alisnya terangkat sebelah. Jadi ini, tunangan anak kesayangan Ayahnya? Beberapa tayangan video menunjukan bagaimana Margaret begitu memperhatikan Jack, dan terlihat mencintainya.

"Bar Venhag?" gumamnya.

————

Mengingat hari ini adalah hari Minggu, Lula tak perlu terburu- buru. Dia lebih bersantai. Tangannya bergerak menggelung rambut, dengan jedai miliknya. Seperti biasa, jika weekend seperti ini, dia akan memasak.

Kaki wanita itu menuju ke dapur. Saat dia membuka kulkas, ternyata kosong. Tak ada sisa bahan makanan sedikit pun. Apa dia lupa berbelanja?

"Sepertinya aku terlalu sibuk belakangan."

Tak ada yang bisa dimasak. Baiklah, dia akan belanja nanti. Sarapan kali ini mungkin dia akan membeli bubur.

Lula dari keluar apartemen dengan pakaian santai, karena jaraknya pun tak terlalu jauh, tinggal beberapa menit jalan pun sampai.

Baru saja dia menutup pintu, dia terkejut dengan sapaan hangat seseorang.

"Selamat pagi."

Rey melempar senyum hangat disampingnya. Gadis itu sedikit terkejut.

"Selamat pagi juga Pak."

"Loh, mau pergi kemana pagi- pagi?"

"Mau mencari sarapan. Dan berbelanja bulanan."

Lula memang bukan gadis yang suka basa- basi. Dia hanya berbicara secukupnya saja.

"Saya juga rencananya akan mencari sarapan. Kamu mau makan apa?"

"Bubur."

"Wah, sama. Bagaimana jika kita cari makan bersama? Oh ya, kebetulan saya juga akan belanja bulanan, kamu tau sendiri apartemen saya kosong. Sepertinya banyak sekali kesamaan kita, La. Ayo!"

Rey pergi setelah mengatakannya. Lula, tertegun menatap punggung Rey.

"Kenapa malah jadi begini?"

————

Di dalam mobil, Lula terdiam. Sungguh dia merasa canggung. Meski Rey mencoba mencairkan suasana, sesekali membuka obrolannya, namun tetap saja, dia belum terbiasa dengan situasi sekarang.

"Proposal yang kamu kirimkan semalam mendapatkan approved oleh klien. Mereka memuji karena merasa senang."

Lula mendengarnya tersenyum kecut. Nasib budak korporat sepertinya, bersusah - susah dahulu, yang bersenang - senang adalah Bosnya. Yaa, pribahasa untuknya seperti itu.

HASRAT WANITA KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang