Elvano berhenti sejenak melihat pemandangan di depannya. Ia mengernyit menatap Geby yang tengah mengobrol akrab dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Siapa pria itu? tanyanya dalam hati. Pria dengan jas putih itu mengelus pelan puncak kepala Geby dan menatapnya dengan hangat. Elvano menyipitkan mata. Baru kali ini ia melihat Geby akrab dengan lawan jenis, sebelum-sebelumnya gadis itu hampir tidak pernah ia lihat bersama dengan pria mana pun kecuali kerabat dekat.
Apa pria itu juga kerabat dekat? Kalau memang kerabat dekat seharusnya ia juga mengenalnya. Tapi ia tidak mengenal pria itu. Siapa dia?
Elvano kembali melangkah mendekati Geby saat gadis itu memeluk pria berjas putih itu, namun sebelum ia sampai di hadapan mereka, pria berjas putih itu melangkah pergi meninggalkan Geby.
Sayang sekali, padahal ia ingin berkenalan dengan pria itu.
"Hei," sapa Elvano begitu sampai di dekat Geby.
Tatapan mereka bertemu dan ekspresi Geby langsung berubah. Tidak lagi ramah dan hangat seperti saat ia bersama pria tadi.
"Mas Elvano," Geby sedikit terkejut saat melihat Elvano berdiri di dekatnya. Sejak kapan pria itu berdiri di sampingnya? Tanyanya dalam hati.
"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Elvano.
Geby mengernyit, bukankah seharusnya dia yang bertanya seperti itu? Bukan sebaliknya. Setelah tidak ada kabar selama satu minggu, dia tiba-tiba muncul.
"Kalau mas Elvano lupa, ini rumah oma saya, yang berarti rumah saya juga. Jadi sudah jelas kenapa saya di sini."
Elvano terdiam menatap Geby. Tentu bukan itu yang dia maksud, namun nada sinis dari ucapan Geby membuatnya mengurungkan niat menjelaskan maksud pertanyaannya.
Mereka saling menatap lagi, dan itu membuat Geby gugup karena cara Elvano menatapnya dengan lekat membuat jantungnya tidak aman.
"Sudahalah. Ayo masuk." Geby menghela napas pelan, ia yang tadinya ingin bersikap dingin mengurunkan niatnya. Pria dihadapannya adalah batu tidak berperasaan. Mau seperti apa pun sikap Geby, seorang Elvano tidak akan bergeming.
Saat akan masuk ke dalam rumah, Geby berhenti serantak. membuat Elvano yang ada di belakangnnya pun ikut berhenti.
"Ngapain mas Elvano ke sini?" tanyanya dengan wajah serius dan sedikit panik.
"Untuk ketemu oma," Jawab Elvano.
"Ia, tapi untuk apa?"
"Oma baru keluar rumah sakit. Apakah saya tidak boleh menjenguk?"
"Bukan begitu. Hanya saja saya perlu tau apa mas punya tujuan lain?" balas Geby.
Alis Elvano terangkat, ia paham yang dimaksud Geby. Namun melihat reaksi panik Geby, sepertinya tidak masalah jika ia sedikit bermain-main dengannya. Ekspresi Geby yang suka bernganti-ganti dengan cepat cukup menghiburnya.
"Tujuan yang seperti apa maksud kamu?" tanya Elvano datar.
Geby terdiam, dahinya mengkerut dalam, matanyanya menyipit. Ia terus membuka menutup mulutnya tapi tidak juga bicara karena jelas ia ragu dan malu menjawab apa yang ada di dalam kepalanya. Tidak mungkin ia bilang kalau ia mengira pria itu datang untuk melamarnya. Itu terdengar seperti ia sudah tidak sabar untuk Elvano segera melamarnya.
"Bukan apa-apa." Akhirnya ia pilih menutup mulutnya dan tidak bicara lebih lanjut, ia melangkah engan cepat meninggalkan Elvano.
Elvano yang melihat itu hanya tersenyum simpul, walau jika dilihat oleh siapa pun wajahnya seperti tidak menunjukan senyum sama sekali.
***
"Oma sudah lebih baik, hanya sekarang cepat sekali lelah. Jadi lebih sering di tempat tidur," Nuria bersandar di kepala tempat tidur. Tubuhnya terbungkus selimut, wajahnya tidak lagi sepucat awal-awal ia keluar rumah sakit, lebih segar walau memang belum terlihat benar-benar sehat.
"Syukurlah kalau begitu oma. Maaf karena baru bisa kemari. Saya berada di Singapur selama lima hari, dan setelah pulang harus segera ke Bali, jadi tidak bisa ikut menjemput oma dari rumah sakit," jelas Elvano kemudian mengalihkan tatapannya pada Geby seolah tujuan penjelasan tadi untuk dirinya.
"Enggak apa-apa. Bisa sering mampir ke sini saja oma sudah senang. Oma sudah mengira kalau kamu sibuk, tapi dalam bayangan oma bukan hanya sibuk karena pekerjaan." Nuria terkekeh pelan.
"Memangnya ada kesibukan apa lagi yang bisa saya lakukan selain bekerja oma,"
"Loh memangnya apa lagi kesibukan yang bisa dilakukan pria matang seperti kamu, seharusnya selain bekerja ada aktivitas lain. Seperti berkencan misalnya."
Geby menengang di tempatnya, tidak menyangkah omanya akan membahas topik ini. Geby menatap Elvano namun pria itu tidak menunjukan tanda-tanda apa pun, hanya wajah datar seperti biasa yang ia tunjukan.
Lalu sampai kapan keheningan mencekam ini akan berlangsung. Geby was-was dengan jawaban Elvano.
"Kalau begitu apa menurut oma saya sudah pantas menikah?" tanya Elvano.
Geby berkeringat dingin. Ia meremas-remas tangannya tidak tenang. Berpikir kalau Elvano sinting membahas hal ini dengan oma tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu. Well, ini juga salahnya karena tadi tidak berterus terang bertanya tujuan Elvano datang hari ini. Kalau tadi dia terbuka membahasnya dan bukannya malu dan gengsi pasti mereka sudah berdiskusi dan merencanakan bersama apa yang harus dikatakan ke omanya.
Geby mengutuk dirinya.
"Tentu, umur kamu sudah pantas menikah. Kalau sudah punya pasangan nikahkan sesegera mungkin. Jangan terlalu lama menunda. Apa lagi yang mau dicari, kamu sudah punya segalahnya. Sudah saatnya cari pendamping hidup yang pantas untuk kamu." jawab Nuria.
Geby menelan ludah gugup.
"Menurut oma yang pantas untuk Elvano itu seperti apa?" tanya Elvano.
Nuria tampak berpikir beberapa saat sebelum ia menjawab.
"Kalau bisa dia harus mengimbangi kamu. Dia harus datang dari keluarga baik-baik, harus memiliki perkerjaan bagus, harus mandiri, smart, dan bergaul dengan baik. Pekerjaan kamu membuat kamu berkenalan dengan banyak orang, jadi pasangan kamu harus pandai bergaul dan memiliki latar belakang yang baik, agar saat kamu membawanya kemana pun ia bisa bergaul dengan baik. Dan yang paling utama dari semuanya adalah pasangan yang kamu nikahi haruslah seseorang yang kamu cintai,"
Geby terdiam. Apa yang baru saja dideskripsikan oleh omanya barusan jelas-jelas bukan sesuatu yang ada pada dirinya. Apa lagi hal terakhir yang disebut omanya. Cinta? mustahil.
Rencana pernikahan mereka berangkat dari rasa bersalah dari kejadian masa lalu. Tidak akan ada cinta dari Elvano untuknya. Apalagi persyaratan yang disebutkan omanya sangat jelas tidak dapat ia penuhi.
"Menurut oma begitu?" jawab Elvano singkat. Dan untuk pertama kalinya Geby melihat senyum simpul Elvano saat itu.
"Oma tenang saja. Saya akan bawa pasangan yang baik untuk saya. jadi jangan khwatir." lanjut Elvano.
"Apakah ini maksudnya kamu sudah punya seseorang Elvano?" Tanya Nuria dengan antusias.
Elvano terdiam sebelum menjawab, tatapannya mengarah pada Geby dan tatapan mereka bertemu.
"Siapa tau? Mungkin akan saya miliki sesegera mungkin."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/271712864-288-k489676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Love To You (Adult!)21+
RomansaWarning! 21+ Adult only!! He made love to you, he took your virginity, he was your first tapi disaat yang bersamaan dia menolak pernyataan cinta kamu. Itulah hal yang dialami Geby enem tahun lalu. Cintanya ditolak oleh pria yang memperkenalkannya p...