Farhan membuka matanya tiba-tiba, peluh membasahi kening dan tubuhnya, merembes ke bajunya. Seakan baru saja tenggelam, ia meraup sebanyak-banyaknya udara, takut jika kehilangan hal tersebut sekali lagi. Bau yang familier menyeruak ke hidungnya dan membuat ingatan akan kejadian sebelumnya melintas di pelupuk mata.
Seketika itu juga dadanya sakit, seperti dihantam gada bertubi-tubi. Dentumannya membuat jantung Farhan berdegup lebih kencang hingga ia sendiri seakan bisa mendengarnya. Sontak ia memegang dada, berharap bisa meredakan sedikit saja debaran yang menurutnya tak wajar ini.
Kemudian, kepalanya tiba-tiba terasa ringan seakan bisa terbang kapan saja. Tak berhenti sampai di situ, perlahan terdengar dengungan di telinganya, semakin lama semakin keras. Farhan mencoba meminta pertolongan, tetapi suaranya menolak keluar. Dalam hati ia hanya beristighfar, menyebut nama Penciptanya. Tak ada yang tahu umur, barangkali inilah bagaimana ajal menjemputnya.
Namun, samar-samar terdengar suara seorang perempuan memanggil namanya, sangat jauh, sangat pelan. Pandangannya yang kabur berusaha menangkap wajah pemilik suara. Bahu Farhan bergerak perlahan seirama gerak tangan yang memegangnya dan suara yang terus memanggil namanya. Remaja itu mencoba fokus pada titik hitam yang bergerak di matanya. Dahinya mengerut tajam.
Perlahan penglihatannya membaik, dengungan di telinganya meredup, semuanya mulai terlihat jelas. Ada seraut wajah lega yang menatapnya, lengkap dengan leleran air mata yang ditemani seutas senyum. Debaran di dadanya mulai mereda. Farhan mencoba ikut tersenyum melihat wajah yang dirindukannya, sambil menahan sisa-sisa sakit di dadanya. Tanpa ia sadari, matanya juga ikut basah.
"Te," suara parau akhirnya keluar dari mulutnya setelah berhasil menggetarkan pita suara, setelah bersusah payah.
Perempuan itu berhambur ke pelukannya, menangis di dadanya.
"Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah," ucapnya berkali-kali menyebut nama Tuhannya yang Maha Kuasa, yang mampu menjadikan apa pun terjadi sesuai kehendak-Nya.
Tangan Farhan bergerak perlahan meraih pundak perempuan itu, dan menepuknya berkali-kali, mencoba meredakan isakannya yang makin menjadi, juga berusaha menenangkan tubuh yang gemetar itu.
"Bajunya basah, Te," ucap Farhan lagi dengan suara paraunya, tetap menepuk pundak itu. Kemudian perempuan itu menarik kepalanya, menatap wajah Farhan lekat-lekat. Wajahnya pucat dan kuyu, semakin menatapnya semakin ia tak bisa menahan leleran air mata. Teringat kembali betapa mengerikannya peristiwa malam itu, juga menyeruak rasa bersalah dalam dadanya karena telah membuat Farhan terlibat.
"Saya panggil dokter dulu," katanya sembari menghapus jejak air mata di pipi, "tunggu di sini."
"Saya nggak bisa kemana-mana," ucap Farhan mengingatkan lalu tersenyum kecil.
Perempuan itu tersenyum sebelum menghilang di balik pintu. Ditinggal sendiri membuat Farhan merasa santai, memberinya sedikit ruang untuk menata ingatan dan mengumpulkan kesadaran yang rasanya masih tercecer. Perlahan ia mengatur napasnya. Lalu mengucap hamdalah, atas kesempatan yang masih Allah beri padanya, sebanyak apa pun sisa waktu untuknya nanti.
Sebelumnya, Farhan hanya pernah melihat adegan 'mempertaruhkan nyawa' di film laga yang ia tonton. Selalu terbesit rasa kagum pada karakter yang rela mengorbankan nyawanya demi orang lain. Namun, ia tak pernah membayangkan akan sesakit ini rasanya. Rasa jera muncul di hatinya, tetapi tak ada rasa menyesal. Malah terbesit rasa bangga karena telah bisa melindungi nyawa orang lain.
Toh jika seandainya rezekinya memang sudah habis, ia akan termasuk mati syahid karena melindungi keluarganya dari kejahatan orang lain.
Ya, keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Tante
RomanceFarhan cengo mendengar apa yang baru saja si Tante katakan. Benarkah ini? Dengannya yang belum genap delapan belas tahun? Sebelum lulus SMA? Sekarang? Sengebet itukah ingin menikah, tetapi malas mencari hingga harus memintanya? Lalu jika terjadi, b...