1st.

874 99 9
                                    

Cerita ini adalah karya fiksi.
Apabila ada kesamaan tokoh, agama, organisasi, dan jalan cerita adalah unsur kebetulan karna karya fiksi ini murni dari hasil pikiran saya sendiri.






















































Tok!

Tok!

Tok!




Palu di meja hijau dibunyikan 3 kali. Hakim sudah memberikan hukuman. Pelaku pelecehan tersebut dikawal oleh dua petugas menuju jeruji sel tahanan.

Wanita dan pria paruh baya menunjukkan raut kelegaan namun masih tersirat bahwa mereka ingin pelaku tersebut dijatuhi hukuman mati saja.

Sidang selesai, Takemichi hanya memandang kosong ke arah depan. Badan berjengit kala menerima sentuhan dari sang ibu, mencoba menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu menarik kedua sudut bibirnya tersenyum lembut.

Sedang pria paruh baya yang merupakan ayahnya, sedikit menjaga jarak. Masih takut anak semata wayangnya akan kembali mengingat kejadian kejadian yang membuatnya trauma berat.

Hanagaki Takemichi, 18 tahun. Korban dari pelecehan seksual dimana saat itu ia baru berumur 14 tahun.

Selama 2 tahun, disekap oleh pelaku dan dijadikan budak seks untuk memuaskan nafsunya. Selama 2 tahun pula dia menerima berbagai perlakuan keji, mulai dari dipukul, hingga terpaksa melakukan hubungan intim berkali kali dengan pria brengsek itu.

Dalam dua tahun, polisi dan keluarga Takemichi mengerahkan seluruh tenaga mencari anak malang tersebut.

Dan ketika dirinya ditemukan di sebuah gudang yang minim pencahayaannya, pemuda surai raven itu ditemukan terkapar dengan kondisi memar hampir di sekujur tubuh, dengan cairan sperma menjijikkan mengalir dari arah belakang.

Tubuhnya menjadi sedikit lebih kurus. Dirinya tak kehilangan banyak berat badan, karna setidaknya pria brengsek itu masih memberikannya makanan. Saat ditanyakan alasan pelaku, dia berkata "Jika anak itu menjadi kurus, maka tubuhnya tidak akan enak lagi untuk aku jamahi."

Polisi lantas langsung menyelimuti Takemichi dan menggendong tubuh mungil itu untuk dibawa ke rumah sakit.

Di umurnya yang ke-16, pemuda netra lazuardi itu menjalani perawatan intensif. Dimulai dari tubuh, dan keadaan mentalnya. Semua diberi pengobatan khusus.

Saat pertama membuka netranya setelah tidur selama 3 hari, pemuda itu akan langsung menjerit histeris saat seorang pria mendekat. Entah itu adalah dokter, perawat, atau bahkan ayahnya sekalipun, dia akan menangis dan menjerit ketakutan.

Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis setiap kali melihat anaknya ketakutan. Dibawanya tubuh rapuh anaknya dalam dekapan, dan mencoba menenangkan nya. Membisikkan kata "Dia bukan orangnya, sayang. Tenanglah, tidak apa."

Dan bahkan disaat pemuda itu benar benar diluar kendali emosi, perawat wanita terpaksa harus menyuntikkan obat tidur agar Takemichi tidak menyakiti dirinya sendiri.

Selama 7 bulan, pemuda netra lazuardi itu menjalani perawatan di rumah sakit. Selama 7 bulan itu pula, dirinya diberi psikoterapi. Mencoba membuat mental dan psikologis nya menjadi lebih baik.

Bahkan hingga sekarang, dimana umurnya sudah menginjak 18 tahun, psikoterapi masih dijalaninya walau tak sesering pertama kali. Dirinya diperbolehkan dokter yang membantunya untuk sesekali saja mendatangi jika ingin psikoterapi.


meet again 𖧵ֹֺ໋໋݊ maitakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang