Journal 6: Day One

0 1 0
                                    

Hari ini merupakan hari debut. Kelima laki-laki dan satu perempuan berkumpul kembali di studio. Pun besok adalah hari dimana Vanilla mulai memasuki dunia perkuliahan lagi. Dia jujur tidak sabar dan juga agak deg-degan. Dia pelan-pelan memahami deskripsi pekerjaan yang akan dijalaninya untuk beberapa tahun ke depan bersamaan dengan band yang berada di bawah kendalinya itu.

Band di negeri Ginseng adalah sesuatu yang agak tidak lazim karena biasanya dunia hiburan negeri ini adalah grup wanita dan pria menari yang diisi oleh personil cukup banyak. Jadi untuk sebuah band, mereka harus ekstra keras melakukan promosi dalam bentuk apapun. Berhubung merupakan hari debut, semuanya harus memantau papan chart lagu digital hari ini. Makanya, Vanilla malah makin super deg-degan.

Pada debut ini mereka mengeluarkan mini album yang berisi enam buah lagu dengan berbagai macam genre. Kelimanya tidak berharap terlalu banyak musik mereka dapat diterima oleh semua kalangan. Mereka hanya perlu melakukan yang terbaik dengan memberikan usaha yang sedikit lebih keras. Tapi tetap saja, rasa ingin diakui juga ada dalam diri mereka. Mereka juga sudah melakukan banyak pengorbanan untuk bisa sampai tahap ini. Menjalani masa pelatihan bertahun-tahun bukan hal mudah bagi para trainee.

Trainee merupakan kosakata cukup awam bagi orang-orang yang tidak begitu tertarik pada musik korea. Trainee merupakan calon artis yang akan masuk dalam bentukan boyband atau girlband dan siap untuk dikonsumsi publik dimana saat sudah dikenalkan merekapun akan dipanggil dengan sebutan Idol. Biasanya para calon ini akan menghabiskan masa pelatihan yang cukup lama, tergantung kesiapan diri dan perusahaan untuk menerbitkan artis baru.

"Kalian sudah list semua tempat yang memungkinkan untuk busking live?" tanya Vanilla membuyarkan fokus kelima laki-laki yang sibuk menyetem alat musik masing-masing.

"Kak Saddam sudah ada daftarnya." Jawab Damian. Vanilla sontak mengarahkan pandangannya ke Saddam. Dia mengulurkan tangannya ke arah pria berambut hitam tersebut, meminta daftar tempat busking live mereka. Busking live merupakan pertunjukan jalanan bagi mereka yang ingin memperlihatkan keahlian seninya kepada orang-orang.

Saddam menyerahkan buku catatannya. Vanilla lantas membaca daftar tempat itu satu persatu. Ada sekitar lima tempat yang rencananya akan mereka kunjungi. Belum tahu kalau bakal ditambah lagi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Tiba-tiba sebuah ide melintas ke otaknya. "Apa kalian memiliki rencana untuk tampil di sebuah klub juga?"

Jay menyatukan kedua telapak tangannya hingga menimbulkan sebuah suara tepukan. "Perfecto. That was what I thought last night!"

Alis kiriku terangkat. "Serius?"

Jay mengangguk. "Kita semua sudah legal untuk bisa masuk sana. Damianpun baru memasuki umur legal juga. Jadi, kupikir nggak ada salahnya kita tampil di klub atau kafe-kafe malam. Lagipula kita hanya tampil, kan, tidak berbuat macam-macam."

"Aku setuju-setuju saja, sih.." Winter menyeletuk kemudian disusul anggukan Brian.

"Saddam dan Damian, bagaimana?" tanya Vanilla meminta jawaban.

"Aku nggak masalah."

"Dami?" tanya gadis itu lagi. Damianpun mengangguk.

"Ok. Let's make lists again!" Kata Jay. Semuanya berdiri menunda kesibukan masing-masing kemudian duduk melingkar di lantai untuk berdiskusi.


***


Matahari perlahan ingin kembali ke ufuknya. Sudah tiga jam aku dan Saddam stay di sofa melihat chart digital yang terus bergerak naik-turun bak papan bilboard. Saat pertengahan perdebatan tadi, Saddam mengingatkanku untuk memantau pergerakan chart yang terpampang di lantai satu yang sayangnya juga sempat kulupakan karena ulah Jay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HI HELLO, SEOUL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang