Journal 4: Hi Hello, Seoul

8 1 0
                                    


p.s: segala komunikasi pada latar tempat di Korea Selatan mohon dianggap menggunakan bahasa Korea ya.

p.s.s: picture credited by pinterest

================================================================



Vanilla menginjakkan kakinya di Incheon International Airport malam hari. Dia keluar dari pintu kedatangan luar negeri. Senyumnya mengembang. Rasa capeknya selama duduk berjam-jam di pesawat terbayar sudah begitu melihat orang-orang dengan berbagai macam ras sibuk berlalu-lalang menggeret koper dan membawa barang-barang mereka. Gadis yang memakai jaket parka itu berjalan ke arah tempat pembelian dan pengisian T-money. Seperti yang sudah diketahui bahwa negara tersebut lebih sering bertransaksi menggunakan uang elektronik.

Selesai mengisi T-moneynya dengan uang yang cukup untuk beberapa minggu ke depan, dia kemudian menuju taksi yang terparkir. Seorang laki-laki berusia paruh baya ditandai rambut yang sedikit memutih dengan sigap membantu Vanilla memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam bagasi. Begitu selesai keduanya masuk taksi kemudian Vanilla menyebutkan alamat apartemen yang sudah dia pesan via online. Supir taksi tersebut dengan ramah langsung mengantarkan Vanilla ke alamat tujuan.

"Datang darimana, Mbak?" tanya supir taksi tersebut melirik Vanilla dari kaca dalam mobil yang menggantung.

"Indonesia, Pak." Balas gadis itu sembari memasang syal ke lehernya. Meskipun belum masuk musim dingin, tetap saja udaranya terasa dingin mengingat negara itu terletak di posisi subtropis.

"Apapun tujuan Mbak di sini, semoga betah ya." Ujar laki-laki paruh baya itu. Vanilla lantas mengucapkan terima kasih pada supir tersebut. Dia mengetikkan pesan di grup chat keluarganya memberikan kabar bahwa dia sedang berada dalam taksi yang membawanya ke alamat apartemennya.

Membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk masuk kota, akhirnya taksi Vanilla telah sampai tujuan. Setelah membayar tarif taksinya, Vanilla lantas membuka pintu dan menuju bagasi guna mengambil barang bawaannya yang dibantu oleh sang supir. Vanilla dengan sopan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Saat taksi tersebut meninggalkan kawasan apartemen Vanilla, gadis itu bersama barang bawaannya menuju kamar apartemennya. Semuanya dia lakukan sendirian karena dia juga tidak punya waktu untuk meminta jasa siapapun. Dia meletakkan koper dan barang bawaan lainnya di sudut ruangan kemudian langsung merebahkan diri ke kasur. Dipandangnya langit-langit putih kamarnya.

Aku sekarang sendiri, Semoga aku bisa survive di sini. Semoga Semesta baik padaku, batinnya berbicara. Dia bangkit dari rebahannya kemudian merogoh saku jaketnya mengambil ponsel. Dia bertanya dalam grup chat keluarganya apakah memungkinkan bagi mereka untuk melakukan video call pukul sebelas malam ini. Vernon dalam grup tersebut menyarankan bahwa acara mereka diundur saja esok hari dan menyarankan adiknya untuk beristirahat saja dan mempersiapkan segala kebutuhan apabila Vanilla memiliki jadwal besoknya. Ayah dan ibu gadis itu tidak mempermasalahkan juga. Gadis itu pun menurut. Ponselnya lantas dimatikannya, lalu mengisi baterai ponselnya. Vanilla membuka kopernya dan mengambil handuk. Tubuhnya berkeringat. Dia pun berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan diri sebelum benar-benar tidur nanti. Perjalanannya cukup melelahkan. Vanilla juga ingat besok dia harus berbelanja kebutuhan pokoknya dan mempersiapkan untuk bertemu pihak perusahaan lusanya.


***


Pukul 08.00 pagi Vanilla sedang bersiap-siap dengan pakaian dan make-up dikarenakan sebelumnya dia repot menata pakaian-pakaian dan peralatan lain yang berada dalam koper dan tas-tas jinjingnya. Ponselnya pun berbunyi memperlihatkan panggilan video dari Vernon dari sebuah aplikasi chatting. Dia langsung menekan tombol hijau untuk menerimanya. "Annyeonghaseyo, na dongsaeng!" Sapa Vernon keras di ujung sana. Vanilla terkekeh geli mendengarnya.

HI HELLO, SEOUL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang