KEPERGIAN YANG TERGANTIKAN

3 1 0
                                    

Hari berganti akhirnya waktu pemberangkatan ke Bandung pun tiba, aku benar-benar sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan kota ini dan mencoba untuk melupakan semua tentang Rangga untuk memulai hal baru di sana. Aku sudah merapikan seluruh bawaanku semua yang kuperlukan kubawa pada koperku, kecuali beberapa foto bersama Rangga yang masih menempel di dinding kamarku, sengaja aku meninggalkannya agar di sana aku tidak terus terpaku dengan kenangan Rangga.

Sebelum berangkat ke Bandung Aku mengunjungi kebun teh di bukit untuk terakhir kalinya, berat rasanya meninggalkan kota ini namun aku akan lebih tersiksa jika terus bertahan disini. Kulihat beberapa kenangan di kebun teh itu, tempat duduk kayu yang biasa aku gunakan duduk bersama Rangga, pohon manggis yang menjadi tempat berteduh kami berdua ketika berada di kebun teh ini, aku mengingat semua kenangan bersama Rangga, terlebih saat kulihat ukiran inisial R&R pada pohon manggis itu. Entahlah, saat melihat ukiran itu tiba-tiba dadaku terasa sesak, Rangga kembali mengisi seluruh pikiranku, mataku berkaca-kaca dan tak terasa pipiku basah. Aku memegang ukiran itu yang membuat tangisanku semakin menjadi. Dalam hatiku berkata "Rangga terima kasih untuk segalanya, untuk setiap warna yang menjadi kenangan kita selama ini. Terima kasih atas semua kebaikanmu untuk tahun-tahun di sini, kau memberikan 3 tahun terakhir ini jauh lebih indah, yang membuat jiwaku benar-benar mengakar di kota ini. Hanya saja caramu mengakhiri segalanya benar-benar membuat aku hancur, kini aku tak tahu kau dimana. Mungkin akan ada banyak sekali orang yang akan menggantikan posisiku di hatimu, entahlah yang pasti posisimu di hatiku masih tetap istimewa. Rangga selamat tinggal, jika kau meninggalkan aku di kota ini, maka aku pun akan meninggalkan kota ini dan juga kenangan mu" tangisku terus saja semakin menjadi, aku benar-benar telah larut dalam kenangan bersama Rangga. Aku mencoba untuk mengakhiri semua ini dan bergegas kembali pulang ke rumah untuk bersiap-siap berangkat ke Bandung.

Setelah itu aku bergegas pulang ke rumah dan benar saja di rumah mama telah bersiap-siap untuk pemberangkatan, semua barang bawaan sudah berada di depan rumah dan kami siap untuk berangkat. Kami menggunakan kereta api untuk pergi ke Bandung. Barang bawaan kami yang begitu banyak tak dapat kami bawa sekaligus, kami hanya membawa barang-barang yang penting dulu yang sekiranya akan kami gunakan sehari-hari. Untuk barang-barang selebihnya rencananya kami akan membawanya dalam berapa tahap. Hari berikutnya mama mungkin akan dibantu oleh Om Rendy kembali ke Bogor untuk mengambil sisa barang-barang yang masih tertinggal.

Sesampainya di Bandung Kami disambut dengan hangat oleh keluarga kami, terutama nenek yang sangat merindukanku karena memang aku dan mama jarang sekali mengunjungi mereka. Nenek memelukku dan menanyakan kabarku "Rere cucu nenek, kamu sudah besar ya, terakhir kali nenek melihatmu ketika kamu duduk di kelas 4 SD, sekarang kamu sudah mau masuk ke sekolah menengah atas sungguh waktu ini tidak terasa, bagaimana kabarmu sayang?" Tanya nenek kepadaku. "Ya Nek sekarang Rere sudah besar dan mulai sekarang Rere akan tinggal bersama nenek dan melanjutkan sekolah SMA di sini, Alhamdulillah kabar Rere baik, bagaimana dengan nenek?" Aku menjawab sekaligus menanyakan kembali kabar nenek. "Alhamdulillah kami semua disini baik, senang rasanya nenek bisa tinggal bersama cucu nenek yang satu ini" ucap nenek kepadaku.

Setelah itu akupun diperlihatkan kamar yang akan aku tempati, rumah nenek memang tidak begitu megah tapi untuk ukurannya sangat luas, maklum kalau desain rumah zaman dulu memang seperti itu, ukurannya memang luas karena dirancang untuk keluarga besar yang memiliki anak dan cucu yang banyak. Hanya saja sekarang anak-anak nenek sudah tidak tinggal lagi di rumah ini, mereka semuanya sudah menikah dan mempunyai tempat tinggalnya masing-masing. Jadi pantas saja kalau rumah ini banyak memiliki kamar yang dikosongkan. Kecuali anak terakhir nenek yaitu om Rendy yang masih tinggal di sini bersama istrinya dan 1 orang anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD.

Malam hari aku, mama, nenek, Om Rendy dan juga semuanya melakukan makan malam, dalam makan malam itu om Rendy bertanya padaku, "Re, jadi rencananya kamu mau melanjutkan sekolah di mana, sudah ada pilihan kah?" Tanya om Rendy padaku. "Belum om, aku belum tahu harus melanjutkan sekolah di mana soalnya kan aku belum begitu mengenal dengan sekolah-sekolah yang ada di Bandung" jawab ku pada Om Rendy. "Ya sudah kalau seperti itu bagaimana kalau om yang pilihkan?" Pinta Om Rendy padaku. "Boleh Om, kira-kira di mana?" Jawabku pada Om Rendi. Om Rendi sangat baik, dia ramah padaku. Benar kata Mama ternyata adik Mama ini orangnya sangat baik sekali. Hanya saja kenapa sedari dulu Mama lebih memilih tinggal sendiri di kota Bogor ketimbang tinggal di Bandung bersama keluarga nya yang sangat baik. Sampai saat ini aku tidak tahu alasannya karena memang sedari aku bayi aku sudah tinggal di Bogor, jadi aku tidak tahu mengapa alasan Mama sampai tinggal di Bogor jauh dari keluarganya.

TATAP YANG KAU TITIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang